Sudah begitu bila membuat naskah sendiri, bukan adaptasi, banyak sekali kita jumpai kejadian di dalam kisah sinetron yang tidak masuk akal. Baik dari perilaku tokohnya, ceritanya, kebetulan-kebetulan yang terjadi, sampai peristiwa yang berkaitan tentang proses hukum seperti kritikan Mahfud MD. Juga yang berkaitan dengan kedokteran karena banyak sintron yang ceritanya berkaitan dengan sakit dan rumah sakit.
Sinetron mendidik dan meneladani
Sejatinya, bila sinetron ini ditertibkan, setop jangan membodohi masyarakat, ada tindak lanjut dari kritik Mahfud MD, Â maka keuntungan dari sinetron akan berlipat.
Sinetron yang jelas sudah menjadi hiburan sehari-hari mayoritas masyarakat Indonesia, dipastikan sudah mendukung perkembangan perekonomian Indonesia dengan perputaran uang yang dipengaruhi oleh iklan.
Sayang, dari unsur cerita dan tayangan iklan yang mendukung sinetron, juga meneladani masyarakat bergaya hidup konsumtif. Alur ceritanya, secara tersurat dan tersirat, terus menghujani otak dan perasaan yang menyugesti masyarakat untuk bergaya hidup tak sesusai kenyataan dan gaya hidup hedon.
Ingat, masyarakat Indonesia juga banyak yang sudah mendapatkan pelajaran sastra di kelas maupun ruang kuliah. Sudah banyak yang tahu apa itu sastra dan jenisnya. Sudah tahu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Sudah tahu logika naskah, logika penokohan, logika latar/setting/waktu, logika suasana, logika zaman, logika sosial, logika budaya, logika pendidikan, hingga logika hukum dan lainnya.
Sudah tahu cerita fiktif tetap ada pendekatan waktu, tempat, suasana, latar/setting, penokohan, setprop, handprop, properti, zaman, situasi sosial, situasi budaya, situasi hukum. Sudah tahu bahwa sinetron yang menghibur juga harus edukatif, mendidik, meneladani, bukan membodohi dan mengabaikan prasyarat unsur intrinsik dan ekstrinsik.
fiktif atau nyata, cerita fiktif kondisi nyata sekarang, lalu mengejar rating.
Ingat, bila ceritanya bukan komedi, mengambil waktu zaman purba, berarti kostum tokohnya serupa zaman purba, hukumnya hukum rimba, pendekatan sosial, budaya, hingga religinya juga zaman purba. Penulis naskah wajib studi tentang kedalaman cerita yang akan ditulis. Ada observasi, analisis, referensi, evaluasi, supervisi, hingga melibatkan tim ahli, nara sumber dll. Para tokoh aktor dan aktris pemeranya juga wajib mendalami karakter sesuai tuntutan naskah yang sudah valid dari berbagai sudut.
Tidak lucu kan, setting cerita zaman sekarang, adegannya bar-bar dan mengabaikan prasyarat logika dan fakta di kehudupan masyarakat, lalu bilang: "Maaf, ini hanya cerita fiktif, sekadar hiburan, bla... bla... bla... .
Lakukan PPKM untuk sinetron tak layak