Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Promotor yang Benar dan Baik di Tempat atau Komunitas Kita

23 Mei 2021   08:19 Diperbarui: 23 Mei 2021   08:25 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah masalah terbesar dalam sebuah lingkungan keluarga yang seharusnya ada  program pembinaan keluarga secara masif dari pemerintah. Sebab, bila terus dibiarkan, akan terus teregenerasi calon-calon orang tua baru yang meneladani sikap negatif para orang tuanya.

Dalam komunitas seperti perkumpulan seni budaya atau olah raga, pun banyak individu yang menjadi anggota sesuai peranannya, tak menjadi promotor yang baik bagi komunitas atau grupnya.

Sebab hanya merasa menjadi anggota, maka bersikap dan bertindak sekehendaknya, dan membiarkan dirinya terlihat tak bertanggungjawab, tak ada rasa memiliki, tak peka, tak peduli, tak simpati dan empati pada apa yang terjadi dan menimpa komunitas.

Sadar diri saja tidak, bagaimana bisa diharapkan menjadi promotor yang baik bagi anggota yang lain? Harus disadari, bahwa individu-individu semacam ini adalah penghancur komunitas dari dalam.

Untuk menegakkan komunitas agar tetap kokoh berdiri, individu yang tak militan ini, wajib dibimbing dan diarahkan. Tapi, bila tetap tak berubah dan mau ikuti aturan bahkan melawan, sangat wajib dilengserkan, tidak terus menjadi parasit, benalu. Hanya menjadi beban dan merugikan.

Di tempat dan komunitas yang lain, kejadiannya juga pasti sama seperti di pemerintahan, keluarga, dan komunitas seni budaya dan olah raga. Ada promotor yang baik di dalamnya. Juga banyak promotor negatif di dalamnya.

Menghadapi para individu yang menjadi promotor negatif, maka dibutuhkan ketegasan dan sikap disiplin dari para pemimpinnya. Semisal, di pemerintahan, Presiden sebagai pemimpin tertinggi wajib tegas dan disiplin kepada para pembantunya yang selama ini justru menjadi promotor negatif bagi pemerintahan.

Di lingkungan keluarga, kepala keluarga wajib tegas dan disiplin kepada para anggota keluarganya yang justru merusak citra keluarga.

Di komunitas seni budaya atau olah raga, para pemimpin atau ketuanya juga harus tegas dan disiplin mengarahkan para anggotanya. Tak ikuti aturan, persilakan angkat kaki.

Berlaku untuk semua

Hal ini juga berlaku untuk semua pemimpin di berbagai tempat dan komunitas, seperti tempat kerja, instansi dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun