Kata lainnya, rumusn marah tingkat rendah itu=volume 100 dan kata kasar, agar yang dimarahi paham ada orang sedang marah akibat dari sikap dan perbuatan dari yang dimarahi karena tak sesuai yang diharapkan, meski sudah disindir, dikasih tahu, dingatkan dengan lisan dan tulisan dll.
Cara marah tingkat rendah adalah untuk membangkitkan kesadaran agar yang dimarahi itu sadar, istilahnya menjadi manusia yang sebenar manusia.
Sementara marah tingkat tinggi akan sangat pas bila yang dihadapi adalah orang yang cerdas intelegensi dan emosi, maka akan peka dan paham.
Makhluk sosial, Iseaki
Sebagai makhluk sosial, setiap individu manusia tentu diharapkan mampu menempatkan dirinya di segala situasi sosial dalam berbagai kondisi dan situasi.
Namun, harapan agar setiap individu manusia dapat dan mampu menempatkan dirinya di segala situasi sosial dalam berbagai kondisi dan situasi, akan sangat ditentukan oleh bekal perkembangan dan daya kemampuan  intelegensi, sosial, emosional, analisis, kreatif-imajinatif, dan iman (Iseaki) seseorang.
Karenanya, bagi orang-orang yang telah memiliki bekal Iseaki mumpuni, segala laku langkahnya akan terkontrol dan terkendali, pun mampu menjadi pengontrol dan pengendali bagi dirinya sendiri, juga bagi orang-orang yang Iseakinya masih perlu dibenahi, baik di lingkungan keluarga/pertemanan/persahabatan/sekolah/kampus/lingkungan kerja/instansi/dalam perkumpulan/grup/lainnya hingga kehidupan berbangsa dan bernegara.
Orang dengan Iseaki mumpuni, karena pondasinya cerdas intelegensi dan emosi, akan sangat peka mengapa orang sampai marah tingkat rendah, suara keras, kata kasar dll. Pun akan sangat paham mengapa dia tahu ada orang sedang marah tingkat tinggi, meski diam.
Jadi, mari kita perhatikan di sekeliling kita. Bila kita tahu ada orang lain marah pada diri kita dengan cara diam, jangan salah, orang itu sedang marah, ya. Bukan ngambek. Dan, orang itu adalah orang yang cerdas intelegensi dan emosi, karena dengan diam, kita tahu dia sedang marah dan dia tahu kita juga paham.
Sebaliknya bila kita kena marah orang lain, sampai orang lain marah tingkat rendah, membentak, teriak, kata kasar dan lainnya, maka harus diricek. Apakah diri kita yang tak cerdas intelegensi dan emosi, sehingga orang lain sampai begitu. Â Atau yang sedang marah yang tak cerdas intelegensi dan emosi.
Untuk itu, atas kisah-kisah tersebut, maka sikap kita adalah, marahlah tingkat tinggi (diam) Â pada orang yang cerdas intelegensi dan emosi karena pasti mereka peka dan paham.