Quote tersebut sesuai identifikasi masalah dan analisisnya, mustahil dapat dibantah atau diperdebatkan kebenarannya. Sebab, perbuatan yang benar dan baik, pasti datang dari hati yang bersih dan otak yang cerdas.
Namun, dalam potret kehidupan yang nyata, juga dapat dibaca, perbuatan yang benar dan baik  juga banyak yang datang dari otak yang cerdas, tapi bersumber dari hati yang kotor, hati yang jahat.
Percuma berilmu tinggi, tapi ilmunya digunakan untuk hal yang buruk dan jahat. Percuma berpangkat jabatan tinggi, menjadi pemimpin, bila hatinya kotor dan tak amanah.
Atas itu semua, maka di hari yang fitri ini pun, seluruh rakyat Indonesia dapat merefleksi tentang siapa dirinya, keluarganya, saudaranya, tetangganya, temannya, sahabatnya, rekannya, hingga siapa para orang kaya, siapa para elite partai, dan siapa para pemimpin negeri, hingga siapa para pengikut dan penjilat di negeri ini.
Siapa yang hatimya bersih, siapa yang hatinya kotor, dan mengapa ada yang hatinya terus bersih, pun ada yang hatinya terus kotor.
Andai saja Hari Raya Idul Fitri itu setiap hari, mustahilkah semua manusia hatinya bersih? Sebab Hari Raya Idul Fitri datangnya setiap tahun sekali, maka agar kita dapat mengontrol dan mengendalikan diri agar hati kita tak kotor, maka tancapkan dalam diri dan jadikan Idul Fitri itu setiap hari. Maka, hati kita akan selalu suci, fitrah setiap hari, setiap waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H