Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selalu Ada Jalan Baru Saat Ada Jalan Buntu

23 April 2021   23:03 Diperbarui: 23 April 2021   23:56 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tak ada jalan buntu, sebab selalu ada jalan baru. (Supartono JW.24042021)

Dalam kehidupan nyata, sering kita temui jalan yang kita lalui buntu, tertutup salah satu ujungnya (jalan, pipa, dan sebagainya); terhalang (oleh sekatan dan sebagainya); tersekat; tersuntuk (tentang akal, pikiran, dan sebagainya), namun selalu saja ada jalan lain, jalan baru yang membikin kita mampu ke luar dari keadaan dan kondisi buntu itu, karena sebagai manusia yang lahir ke dunia, kita dibekali modal intelegensi, sosialisasi, emosi, analisis, kreatif-imajinatif, dan iman (ISEAKI).

Bersyukur sebagai manusia

Bersyukurlah bahwa sebagai manusia yang terlahir telah ada bekal ISEAKI yang ada dalam  hati dan jiwa, maka tergantung dari setiap individu manusia apakah akan mampu mengembangkan ISEAKInya atau tetap membiarkan ISEAKI dalam dirinya terpuruk dan tak berkembang, atau berkembang tapi ke arah yang negatif dan ke jalan yang salah.

Arah perkembangan ISEAKI seseorang, pun dapat dipengaruhi oleh latar belakang keluarganya, keimanan-agama, dan pendidikannya, hingga kemampuanya beradaptasi dan bersosialisasi dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dunia kerja, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ada yang ISEAKInya sangat berkembang dan tak pernah menemui jalan buntu dalam setiap langkahnya, sampai-sampai bisa jadi penguasa negeri dan dikelilingi orang-orang yang berkubang dalam intrik, taktik, dan politik, terus hidup hedon di atas penderitaan orang lain, rakyat. Sebab, masih banyak rakyat yang tak dapat mengembangkan ISEAKInya, hingga susah ke luar dari penderitaan, terus ada dalam situasi jalan buntu.

Karenanya, bila pada kesempatan ini coba saya berkisah tentang jalan buntu, yang hampir pasti pernah dialami oleh setiap manusia, maka karena ISEAKI yang berkembang, siapa pun tentu akan dapat menemukan jalan baru yang dapat membantu dirinya ke luar dari jalan buntu, ke luar dari masalah, ke luar dari keterpurukan.

Jalan baru karena diri dan orang lain

Kehidupan di dunia yang penuh dinamika, terus bergerak, terus berputar, tak pelak akan mengantarkan setiap kita pada sesuatu yang sesuai keinginan, harapan, dan cita-cita kita. Sebaliknya, juga membawa kepada  harapan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Bahkan,, kita akan lebih sering menemui sesuatu yang tak sesuai dengan keinginan dan kita berpikir sedang buntu.

Untuk itu, agar kita tak merasa ada dijalan buntu, maka sebagai manusia, kita harus terus berjuang mengembangkan ISEAKI kita, sehingga dapat cerdas berpikir, cerdas bersosialisasi, cerdas emosi, cerdas menganalisis, kreatif, imajinatif, dengan pondasi iman yang kuat. Sehingga dapat selalu membuka pikiran dan hati saat dalam kondisi susah, menderita dan buntu.

Dan, terpenting, manusia di dunia tak dapat hidup sendiri. Ada.orang lain yang sangat berperan dalam setiap langkah kesuksesan maupun kegagalan kita. Di antaranya keluarga kita, teman, sahabat, rekan kerja, dan orang-orang yang kita cintai dan menyayangi kita.

Saat kita ada masalah, menemui jalan buntu, dengan ISEAKI yang kita miliki, maka  kita mampu berkomunikasi, bersosialisasi, menggunakan daya intelektualnya, analisisnya, mengendalikan emosional, hingga mampu berpikir kreatif dan imajinatif,  sehingga ada orang lain yang dapat membantu membukakan jalan buntu dan masalah yang kita hadapi atas upaya dan kerja keras dari diri kita.

Karenanya, sejatinya, tak akan pernah ada jalan buntu di hidup kita. Sebab, hidup adalah perjalanan, perjuangan, berusaha, dan kerja keras. Bila kita berhenti karena merasa mengalami jalan buntu berarti sama saja kita telah melepas tanggung jawab terhadap diri kita sendiri. 

Semua butuh proses, tak ada yang instan.
Ingat, segala sesuatu yang datangnya instan, maka perginya juga akan instan pula.

Tak pernah ada jalan buntu, sebab kita mampu membuka jalan baru, tentu tetap akan ada orang lain yang membantu. Sebab, kita tak bisa hidup sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun