Tetapi perbandingan warganet yang santun dengan yang tak santun, yang terdidik dan tak terdidik, masyarakat di Indonesia tentu dapat mengkalkulasi sendiri, karena selama ini juga langsung menjadi subyek pemakai medsos yang sangat aktif.
Dalam setiap grup wa, tentu warganet pernah memiliki pengalaman anggota grup lain meneruskan informasi dan anggota grup lainnya ada yang merespon atau pasif. Malah ada informasi yang diteruskan berkali-kali, meski bila grup wa di scroll (gulir) ke atas, akan ditemukan informasi yang sudah diteruskan sebelumnya. Bila kejadiannya seperti itu, maka warganet dapat menilai si warganet yang meneruskan informasi yang sama dengan penilaian masing-masing dan diam. Tetapi ada juga yang responsif dan marah.
Tujuan medsos
Budaya dan tradisi meneruskan informasi di medsos, pada hakikatnya jelas sesuai tujuan lahirnya medsos. Tapi, bagi warganet yang tak paham, menjadikan mereka ikut-ikutan sekaligus terlihat membunuh dirinya sendiri di depan publik, karena jadi ketahuan tak cerdas, nampak bodoh dan tak memahami apa informasi yang diteruskannya. Apa penting, apa hoaks, apa informasi yang kadaluarsa, dll.
Wajib dicamkan, hadirnya medsos, satu di antaranya, awalnya memiliki peran penting bagi masyrakat yang sedang menekuni Bisnis Online. Hal ini dilatari oleh pengguna medsos yang aktif setiap harinya dan mencapai ratusan juta pengguna. Karenanya, hal tersebut  dimanfaatkan sebagai media promosi produk yang dijual.Â
Pasalnya, penguna sosial media bisa menjadi target utama untuk menghasilkan uang dengan cara berjualan di dunia maya, untuk bisnis.
Tujuan lainnya, hadirnya medsos adalah sebagai tempat pertemanan dengan orang lain yang ada di Indonesia, atau bahkan di seluruh dunia, sehingga siapa pun bisa berkenalan dengan pengguna medsos  lainnya melalui fitur pesan yang ada.
Lebih dari itu, Â medsos juga berperan dalam membangun hubungan dengan teman, keluarga secara jarak jauh karena media sosial memiliki jangkauan yang luas dan global.
Terkini, fungsi medsos bertambah menjadi media untuk meneruskan infomasi yang pada awalnya diinisiasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan terutama di bidang politik, untuk menggiring opini publik dan menarik simpati publik sesuai tujuan informasi yang sengaja diciptakan dengan intrik dan taktik, penuh sandiwara.
Bahkan, turunannya, lahir profesi influlenser dan buzzer yang dipekerjakan oleh pihak tertentu, namun ongkos mereka dari uang rakyat.
Kembali ke copy paste yang hingga kini masih tumbuh subur di kalangan siswa dan mahasiswa. Meski, sudah ada teknologi canggih yang mampu membaca copy paste, namun masih ada tugas-tugas sekolah dan kuliah yang tetap lolos ke meja guru dan dosen, sebab siswa dan mahasiswa banyak yang lebih melek teknologi dari guru dan dosennya. Banyak siswa dan mahasiswa yang terbahak setelah berhasil mengibuli guru dan dosennya atas tugas pelajaran atau mata kuliah yang bukan karya sendiri, cuma njiplak dari temannya atau sekadar copy paste.