Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Menghormati dan Menghargai

20 April 2021   07:25 Diperbarui: 20 April 2021   07:30 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Akibatnya, sulit berkembang daya intelektualnya, sosialnya, emosionalnya, analisisnya, kreativitasnya dan imajinasinya, hingga kurang imannya (ISEAKI), sehingga akan sulit berpikir untuk menghargai dan menghormati. 

Ada juga mereka-mereka sudah terdidik, namun ISEAKI dan nuraninya memang dibungkam oleh dirinya sendiri, dibutakan oleh duniawi,  sehingga yang ada hanya mementingkan diri sendiri dan egois. Menghalalkan segala cara, meski sadar sikapnya sangat dipahami orang lain, tetapi cuek bebek, tebal muka, dan tak tahu diri.

Orang-orang semacam ini juga akan kebal dan bebal dari rasa peduli, simpati, dan empati, maka tak penting baginya menghargai dan menghormati orang lain, kegiatan/pekerjaan/hobi yang digeluti. 

Orang-orang semacam ini ada yang sangat tahu agama, tahu dosa, tahu sikapnya menyakiti hati orang lain, karena memang sudah dibutakan oleh duniawi.

Mengulas tentang apakah saya orang yang menghormati dan menghargai kegiatan/pekerjaan/hobi/orang lain, sangat luas cakupannya. Namun, dalam kesempatan ini, secuil pengalaman nyata yang saya arungi sepanjang kehidupan ini, minimal dapat untuk bercermin bagi diri saya sendiri agar saya selalu dapat menghormati dan menghargai kegiatan/pekerjaan/hobi/orang lain.

Cara yang selama ini saya lakukan biasa dengan sikap dan perbuatan (bicara dan menulis). Bahkan demi menyadarkan diri atau membantu orang lain sadar karena sudah melakukan hal yang salah, saya memilih tegas bersikap, mengungkap, bicara, hingga menulis meski menyakitkan sekalipun, tetapi cara itu memang wajib ditempuh dengan tujuan menyelesaikan masalah, tidak membiarkan masalah tambah melebar.

Ketegasan yang terkadang menyakitkan, adalah bagian dari cara saya menghargai dan menghormati agar semua berjalan di relnya, benar. Karena betapa pentingnya menghormati dan menghargai kegiatan/pekerjaan/hobi/orang lain.

Jadi, karena menghormati dan menghargai orang lain, saya rela ke luar dari kegiatan/pekerjaan/hobi yang saya geluti bila salah satu saja dari 12 poin identifikasi masalah yang saya ungkap, tak dapat saya penuhi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun