Akibatnya, sulit berkembang daya intelektualnya, sosialnya, emosionalnya, analisisnya, kreativitasnya dan imajinasinya, hingga kurang imannya (ISEAKI), sehingga akan sulit berpikir untuk menghargai dan menghormati.Â
Ada juga mereka-mereka sudah terdidik, namun ISEAKI dan nuraninya memang dibungkam oleh dirinya sendiri, dibutakan oleh duniawi, Â sehingga yang ada hanya mementingkan diri sendiri dan egois. Menghalalkan segala cara, meski sadar sikapnya sangat dipahami orang lain, tetapi cuek bebek, tebal muka, dan tak tahu diri.
Orang-orang semacam ini juga akan kebal dan bebal dari rasa peduli, simpati, dan empati, maka tak penting baginya menghargai dan menghormati orang lain, kegiatan/pekerjaan/hobi yang digeluti.Â
Orang-orang semacam ini ada yang sangat tahu agama, tahu dosa, tahu sikapnya menyakiti hati orang lain, karena memang sudah dibutakan oleh duniawi.
Mengulas tentang apakah saya orang yang menghormati dan menghargai kegiatan/pekerjaan/hobi/orang lain, sangat luas cakupannya. Namun, dalam kesempatan ini, secuil pengalaman nyata yang saya arungi sepanjang kehidupan ini, minimal dapat untuk bercermin bagi diri saya sendiri agar saya selalu dapat menghormati dan menghargai kegiatan/pekerjaan/hobi/orang lain.
Cara yang selama ini saya lakukan biasa dengan sikap dan perbuatan (bicara dan menulis). Bahkan demi menyadarkan diri atau membantu orang lain sadar karena sudah melakukan hal yang salah, saya memilih tegas bersikap, mengungkap, bicara, hingga menulis meski menyakitkan sekalipun, tetapi cara itu memang wajib ditempuh dengan tujuan menyelesaikan masalah, tidak membiarkan masalah tambah melebar.
Ketegasan yang terkadang menyakitkan, adalah bagian dari cara saya menghargai dan menghormati agar semua berjalan di relnya, benar. Karena betapa pentingnya menghormati dan menghargai kegiatan/pekerjaan/hobi/orang lain.
Jadi, karena menghormati dan menghargai orang lain, saya rela ke luar dari kegiatan/pekerjaan/hobi yang saya geluti bila salah satu saja dari 12 poin identifikasi masalah yang saya ungkap, tak dapat saya penuhi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H