Apa yang kini dilakukan Neta, justru disebut oleh beberapa pihak, sebagai tindakan provokatif. Alangkah bijak dan cerdasnya, bila dalam situasi seperti sekarang, saat Polri juga sudah memperhitungkan dengan cermat dan terukur hingga mengeluarkan izin turnamen, tidak ada bentuk tindakan yang memprovokasi apalagi mengancam pihak yang terkait sepak bola Indonesia.
Apakah Neta tahu dan paham, bila semua tim telah sepakat menggelar pertandingan tanpa penonton dengan regulasi protokol kesehatan ketat.
Bahkan tim siap menerima sanksi berat apabila ada aturan yang dilanggar oleh klub dan suporter. Polri pun bisa menyetop turnamen pramusim?
Seharusnya, IPW malah bisa ikut menjadi bagian untuk memprovokasi agar suporter tertib, bukan sebalknya meminta Presiden mencabut izin dari Polri.
Dengan demikian, turnamen pramusim dapat menjadi awal agar sepak bola Indonesia kembali bergulir. Piala Menpora 2021 dijadikan sebagai simulasi tentang bagaimana kegiatan olah raga khususnya sepak bola bisa kembali aktif dengan protokol kesehatan ketat.
Masyarakat bangsa ini seharusnya bersinergi bersama, saling percaya, saling menjaga agar sepak bola nasional, dan tentunya olah raga yang lain, meski di tengah pandemi, tetap hidup dan bergairah berdampingan dengan  tetap bersama, kita melawan pandemi agar segera enyah dari muka bumi.
Uji tanding pun Kemenpora lagi
Semoga pula, bila pada Rabu (3/3) kemarin, pertandingan Timnas U-23 vs Persikabo harus dibatalkan secara mendadak oleh polisi beberapa saat jelang kick-off, karena persoalan izin pertandingan yang sejatinya diabaikan oleh PSSI sendiri, ternyata Polri sangat bijak dan tetap mendukung sepak bola Indonesia.
Bila Polri tak bijak dan tidak mendukung sepak bola Indonesia yang juga menjadi gantungan hidup masyarakat banyak, tentu izin laga uji coba mustahil ke luar.
Secara regulasi, izin kegiatan atau keramaian, bila mau diadakan dan mengantongi izin polisi, masyarakat pun sudah paham, bahwa minimal pengajuannya minimal 7 hari sebelum pelaksanaan.
Saat laga kemarin dibatalkan, sangat jelas bahwa kesalahan sepenuhnya ada di pihak PSSI sendiri, yang seperti tak tahu aturan perizinan dan seolah menggampangkan. Mana mungkin, pelaksanaan event besar yang bahkan ada hak siar siaran langsung dari stasiun televisi nasional, serta adanya PPKM Mikro, izin kegiatan baru dikirim hari itu juga.
Memang, khususnya menyoal gagalnya tanding karena masalah izin, terukur, bagian organ PSSI khususnya yang bertanggungjawab dalam hal ini, boleh dinilai tak becus. Terlebih, publik sepak bola nasional menjadi saksi dari peristiwa memalukan ini. Publik pun menanggapai kekecewaannya dengan berbagai cara, dan terpublikasi di media massa maupun dunia maya. Pasalnya, Polri pun memberikan izin laga digelar meski prosedurnya tak benar.