Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bila Disegani dan Dihormati Tak Lagi Menjadi Pilihan

24 Januari 2021   23:10 Diperbarui: 24 Januari 2021   23:13 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Di zaman ini, kira-kira di rumah, manakah yang kini banyak terjadi? Anak-anak hormat pada orang tua atau anak-anak segan pada orang tua atau anak-anak takut pada orang tua atau anak-anak mengabaikan orang tua?Kira-kira di sekolah, manakah yang kini banyak terjadi? Anak-anak hormat pada guru atau anak-anak segan pada guru atau anak-anak takut pada guru atau anak-anak mengabaikan guru?

Kira-kira di sekolah, manakah yang kini banyak terjadi? Anak-anak hormat pada guru atau anak-anak segan pada guru atau anak-anak takut pada guru atau anak-anak mengabaikan guru?

Kira-kira di lingkungan masyarakat, manakah yang kini banyak terjadi? Anak-anak hormat pada orang lain atau anak-anak segan pada orang lain atau anak-anak takut pada orang lain atau anak-anak mengabaikan orang lain?

Lalu, di tengah pandemi yang terus berkibar, kira-kira di negeri ini, manakah yang kini banyak terjadi? Rakyat hormat pada petugas negara atau rakyat segan pada petugas negara atau rakyat takut pada petugas negara atau rakyat  mengabaikan petugas negara?

Manakah yang kini banyak terjadi? Rakyat hormat pada wakil rakyat dan pemimpin atau rakyat segan pada wakil rakyat dan pemimpin atau rakyat takut pada wakil rakyat dan pemimpin atau rakyat  mengabaikan wakil rakyat dan pemimpin?

Sejatinya, para orang tua, guru, masyarakat umum, petugas negara, wakil rakyat, pemimpin, semuanya memiliki tugas yang sama, yaitu menjadi pemimpin diri sendiri dan orang lain untuk menggerakkan orang-orang yang dipimpinnnya agar bersedia melakukan aktifitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Sayang, menggerakkan orang untuk mencapai sebuah tujuan tidak mudah. Karenanya ada pilihan yang digunakan agar orang-orang mau tergerak dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu dengan menggunakan peraturan, pemberian imbalan, harapan, bahkan sampai ancaman, tipu muslihat yang terbungkus kisah kasih sayang dan pencitraan.

Sayang, demi dihormati, disegani, untuk menggerakkan orang-orang justru menggunakan cara-cara pendekatan formal, menggunakan peraturan, menggunakan transkasional, dan berbagai hal lainnya yang bikin menakutkan.

Siapa yang kini dapat diandalakan oleh para orang tua, guru, masyarakat, bila para wakil rakyat, petugas negara, para pemimpin berkolaborasi tak meneladani rakyat dengan seolah tak peduli dan membiarkan rakyat mau segan dan hormat, itu tak penting lagi.

Pasalnya, sepertinya apa yang kini ada dipikiran dan programnya hanyalah bagaimana tetap kuat dalam menggenggam kekuasaan, menjalankan kepentingan, siapa pun yang coba menghalangi akan disingkirkan, dibungkam, ditangkap. Sehingga, harus ada dan tercipta perasaan takut di masyarakat.

Apa yang kini dirasakan rakyat, para pemimpin kita nampak mengedepankan pendekatan peraturan dan hukum yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Jauh dari pendekatan kemanusiaan atau hati nurani.

Di negeri ini, kini rakyat semakin merasakan semua menjadi kaku dan menakutkan karena peraturan dan hukum yang jauh dari hati nurani, sehingga tidak melahirkan suasana kasih sayang, rasa sungkan, bertanggung jawab, dan bahkan juga keikhlasan karena sangat terasa semua yang digerakkan karena ada visi misi dan kepentingan.

Bagaimana bila pemimpin tak disegani atau dihormati, namun lebih memilih jalan menuju tujuannya dengan cara-cara menakuti karena tidak lagi melakukan tindakan dan perbuatan dari hati?

Apakah utopia?

Sudah 75 tahun Indonesia merdeka, apakah masih akan utopia rakyat bangsa ini dipimpin oleh para wakil rakyat yang disegani dan dihormati? Berikutnya, sikap disegani dan dihormati dan merasuk.di rumah-rumah, di sekolah, di lingkungan masyarakat, dan di seantero negeri karena para pemimpin meneladani?

Pertanyaannya, apakah rakyat Indonesia kini segan dan hormat pada para pemimpin kita?

Apakah para pemimpin kita sekarang jujur? Apakah pemimpin kita sabar? Pemimpin kita mampu menyelesaikan masalah dan membuat rakyat sejahtera?

Apakah pemimpin kita kaya harta dan kaya hati? Apakah pempimpin kita cukup ilmu pengetahuannya? Apakah pemimpin kita peduli, empati, simpati? Apakah pemimpin kita berjiwa besar dan mau mengakui kesalahan?

Apakah pemimpin kita mampu mendidik, menjadi panutan, dan amanah?

Manakah dari pertanyaan-pertanyaan itu yang ada pada diri para pemimpin kita? Manakah dari pertanyaan itu yang ada di dalam diri rakyat Indonesia?

Sungguh, di tengah pandemi corona, di tengah berbagai bencana, dan penderitaan rakyat, serta hutang negara yang semakin menggunung, rasanya kata-kata disegani dan dihormati menjadi barang yang sangat-sangat mahal, sebab kini yang sangat-sangat murah adalah bagaimana menakuti demi aman dan lancar program-progam kepentingan itu.

Jadi, untuk apa berpikir harus disegani dan dihormati?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun