Sebelum menyebut Jakarta amburadul, Mega juga telah membuat pernyataan kontroversial menyoal milenial. Hingga kini pernyataan tersebut juga masih hangat menjadi pembicaraan milenial dan perwakilan milenial pun banyak yang sudah bicara di berbagai ruang publik membalas dan membalikkan keadaan.
Kembali menyoal Jakarta amburadul gara-gara tak dipilih oleh UNJ sebagai pemenang city of intellect karena prasastinya justru ada di Rawamangun, apakah UNJ harus memilih Jakarta sebagai juara meski tak masuk kriteria? Pastinya lagi, UNJ tentu juga tak amburadul, apalagi sebagai penyelenggara anugrah city of intellect perdana di Indonesia.
Artinya, karena sebagai penggagas dan penyelenggara anugrah city of intellect perdana di Indonesia, maka Jakarta yang diwakili oleh UNJ, sudah terlebih dahulu lebih intelek dari yang lain, karena justru dapat menilai kota-kota di Indonesia yang sudah masuk katogeri city of intellect.
Seharusnya, dengan anugerah ini, menjadi pemicu pemerintah agar seluruh kota di Indonesia dapat menuju city of intelect semua. Bukan jadi ajang pamer kota yang meraih predikat city of intelect karena dipimpin oleh kader partai tertentu.
Ingat, dianggap berhasilnya Semarang, Solo, dan Surabaya, apa hanya pekerjaan dari pemimpin daerah dari kader partai yang kini menjabat? Tentu tidak. Keberhasilan itu tidak semudah mebalik telapak tangan. Apa keberadaan Universitas di masing-masing kota tersebut yang menjadi salah satu kriteria city of intellect baru berdiri di masa pemimpin sekarang?
Bila Jakarta meraih kota dengan predikat transportasi terbaik, di bilang dari hasil kerja pemimpin sebelumnya, bukan pemimpin yang menjabat sekarang. Maka, amburadulnya Jakarta berarti juga hasil kerjanya pemimpin sebelumnya, bukan pemimpin sekarang. Mungkin?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI