"Kalau ramai-ramai (satu tim) maka mereka akan komunikasi dengan Bahasa Indonesia, mungkin kadang-kadang makan-makanan Indonesia juga. Tapi, kalau sendiri, mereka akan dipaksa untuk bisa belajar gaya hidup sepak bola Eropa," tuturnya.
"Seperti Egy sekarang, dia sudah bisa Bahasa Inggris, sudah terbiasa dengan gaya hidup sepak bola ala Eropa, ini yang kami inginkan," ucapnya lagi.
Untuk itu Indra pun berpikir bahwa bila ada10 sampai 20 anak bermain bersama klub di Eropa, yakin membangun timnas tidak perlu waktu berbulan-bulan. Tidak perlu ada TC jangka panjang. Cukup TC sesuai dengan aturan FIFA, 2 atau 3 minggu sebelum pertandingan.
Sejalan dengan pemikiran Indra, maka pengiriman 1 tim ke luar negeri yang selama ini boleh dibilang ada efek mubazir, buang waktu dan anggaran memang sangat tak signigikan dengan kebutuhan timnas.Â
Sebab, siapa pun pelatih yang dipercaya untuk membesut timnas Indonesia, tidak ada kewajiban harus memilih pemain yang telah tergabung dalam 1 tim yang dikirim ke luar negeri.
Lihat fakta terbaru, dalam Timnas U-19, ada berapa pemain jebolan Garuda Select yang dilirik Shin Tae-yong? Bila dibuat prosentasenya, apakah Program Garuda Select tidak sama dengan program yang gagal? Jawabnya, publik tentu dapat menyimpulkan sendiri.
Sebab, secara logika, muara dari program Garuda Select adalah sama seperti program Primavera, Baretti, dan SAD Uruguay, yaitu menjadi pemain timnas. Namun, faktanya apa daya, tidak semua pemain jebolan program tersebut, terpanggil ke timnas. Lebih parah lagi, dikontrak oleh Klub Liga 1 atau 2 di Indonesia saja tidak.
Untuk itu, mungkin yang terbaik bagi sepak bola Indonesia adalah tetap melakukan seleksi alam. Memutar kompetisi dengan benar dan berkualitasdi semua kelompok umur mulai akar rumput hingga Liga 1.
Dari hasil kompetisi itulah akan tersaring dan terjaring pemain bertalenta yang bisa jadi ditarik langsung oleh klub-klub di luar negeri. Atau akan terjaring pemain terbaik yang masuk timnas di setiap.kelompok umur dulu. Baru setelah pemain tampil moncer di timnas saat bertanding di level Asia Tenggara atau Asia, klub luar negeri akan melirik dan mengontrak sang pemain.
Lihat, setiap usai gelaran Piala Asia, Piala Eropa, America, Africa, Kejuaraan antar Klub hingga Piala Dunia, tentu sesudahnya terjadi perekrutan pemain oleh klub-klub di dunia.
Kuncinya, pemain terbaik yang direkrut klub atau timnas suatu negara, tentu yang moncer bernain dalam kompetisi atau kejuaraan dunia. Bukan pemain yang hanya sekadar dibina dan dilatih seperti program Garuda Select dan lainnya.