Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rasa Memiliki dan Belajar dari Pahlawan Anime

10 November 2020   09:03 Diperbarui: 10 November 2020   09:33 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Supartono JW


Di tengah pandemi corona, peringatan Hari Pahlawan Nasional 2020 berbeda.Mengusung tema "Pahlawanku Sepanjang Masa", Pemerintah melalui Kementerian Sosial membuat kegiatan yang berbeda, yaitu upacara ziarah nasional, upacara tabur bunga di laut, dan upacara penganugerahan Pahlawan Nasional oleh Presiden.

Sebagai pengingat, Hari Pahlawan di tetapkan oleh Presiden Soekarno atas dasar pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959 pada 16 Desember 1959. Artinya, tahun ini adalah peringatan Hari Pahlawan (HP) yang ke-61.

Sayang, belajar dari pengalaman tahun ke  tahun, setiap peringatan HP, rasanya HP hanya menjadi milik pemerintah. Rakyat semakin tak terlihat merasa memiliki ada HP di Indonesia. Apa indikatornya?

Meski pemerintah melalui Kemensos telah membuat mengumumkan garis besar peringatan HP tahun ini seperti adanya tiga kegiatan untuk memperingati Hari Pahlawan di tengah pandemi Covid-19, yaitu:

Kegiatan Utama

1) Upacara Ziarah Nasional di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata tanggal 10 November 2020 pukul 08.00 WIB yang dilaksanakan dengan jumlah terbatas sesuai protokol kesehatan.

2) Upacara Tabur Bunga di Laut tanggal 10 November 2020 pukul 08.00 WIB di Perairan Teluk Jakarta yang dilaksanakan dengan jumlah terbatas sesuai protokol kesehatan.

3) Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara yang dilaksanakan dengan jumlah terbatas sesuai protokol kesehatan.

Upacara Bendera sebagai kegiatan pokok, tetap dilaksanakan di setiap Instansi Pemerintah dan Non Pemerintah, serta Lembaga-Lembaga disesuaikan dengan kondisi masing-masing, tetap mengutamakan protokol kesehatan.

Namun, untuk upacara ini, bagi Instansi Pemerintah dan Non Pemerintah, Lembaga-Lembaga yang tidak menyelenggarakan upacara bendera, Kemensos menginfornasikan agar dapat menyaksikan Upacara Ziarah Nasional di TMPN Utama Kalibata dengan Inspektur Upacara Pesiden RI melalui siaran TVRI pada pukul 08.00 WIB s/d 09.00 WIB atau Chanel Youtube Kemensos RI(https://www.youtube.com/c/ KemensosRI28).

Di sisi lain, meski di setiap rumah dan lingkungan pemukiman penduduk pada tanggal 10 November 2020 diwajibkan mengibarkan Bendera Merah Putih satu tiang penuh. Nampaknya, tetap sepi-sepi saja. 

Hal ini mengingatkan pada setiap peringatan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus, rumah dan lingkungan pemukiman penduduk juga masih banyak yang sepi dari pengibaran Bendera Merah Putih.

Artinya, rasa memiliki masyarakat Indonesia atas berbagai peristiwa yang diperingati oleh bangsa ini, rasanya semakin ke sini, terus menipis. Siapa yang salah? Apa pemerintah atau rakyat itu sendiri? 

Semisal hari ini rumah dan lingkungan pemukiman penduduk tetap sepi pengibaran bendera, sebab dari pihak lingkungan RT/RW juga masih banyak yang tak mensosialisasikan bahkan tak mengingatkan tentang HP. 

Di tengah rasa memiliki rakyat semakin menurun, bahkan banyak pula masyarakat yang tak lagi peduli dengan peringatan HP dan peringatan hari-hari lainnya, pemerintah yang sejatinya memiliki aturan peringatan hari besar dan pengibaran bendera, juga tidak terus adem ayem dengan sikap masyarakat yang semakin tak peduli dan cuek.

Bagaimana rakyat mau ikut acara Hening Cipta Tanggal 10 November 2020 selama 60 detik dimulai pukul 08.15 (waktu setempat) secara serentak di seluruh Indonesia dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan, bila rakyat juga banyak yang tidak tahu informasi ini.

Terlebih, masyarakat pun tentu tak akan menonton atau mengikuti Pidato Menteri Sosial menyambut Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2020 tanggal 9 November 2020 di Metro TV pukul 10.30 WIB dan di TVRI pukul 19.00 WIB karena sudah tak merasa memiliki.

Termasuk pula, masyarakat tentu juga tak akan peduli dengan kegiatan penunjang seperti Lomba Kepahlawanan (23 Oktober s/d 6 November 2020), Webinar Kepahlawanan (9 November 2020 mulai pukul 09.00 WIB s/d 24.00 WIB), Bakti Sosial Kepahlawanan (10 November 2020), dan Semarak Hari Pahlawan (10 November 2020 mulai pukul 08.00 WIB s/d 19.00 WIB) yang semuanya telah disusun oleh pemerintah dan tentunya ada anggarannya.

Untuk itu, momentum HP ini, harus dijadikan refleksi dan evaluasi oleh Pemerintah menyoal sikap masyarakat dalam merayakan setiap hari-hari besar nasional, namun semakin tak peduli dan antipati.

Kepedulian dan rasa memiliki rakyat

Apakah masyarakat, sekarang masih peduli denga apa yang telah dilakukan para pahlawan "asli" yang merebut kemerdekaan, lalu semangat juang rela berkorban darah dan nyawanya dapat menginspirasi dan memotivasi masyarakat untuk meneruskan perjuangan mereka? Para pahlawan asli itu, lebih dari 75 tahun yang lalu berjuang dengan mengangkat senjata.

Tapi apa yang kini ditorehkan oleh para penerus pahlawan yang telah membikin Indonesia lepas dari penjajahan kolonialisme dan merdeka? Faktanya, berbagai permasalahan bangsa, justru masalah dan pemicu konfliknya justru dilahirkan oleh para pemimpin bangsa dan wakil rakyat yang seharusnya amanah, tapi malah terus berkubang dalam kepentingannya sendiri.

Bahkan banyak yang menjelma menjadi pahlawan palsu, pahlawan kesiangan, pahlawan penjilat, pahlawan bertopeng dll di tengah kemiskinan dan penderitaan rakyat, saat bencana alam, saat menangani narkoba, saat sibuk mengurus paham-paham radikal, dan termasuk kini di saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Dari kondisi itu, Peringatan Hari Pahlawan 2020 yang diharapkan dapat berlangsung secara khidmat dan tidak kehilangan makna, yakin hanya akan terjadi di pemerintah pusat. 

Di wilayah dan lingkungan lain Indonesia, tentu tetap tak akan ada energi untuk menggugah kesadaran segenap elemen bangsa untuk terus bersatu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta membantu sesama yang membutuhkan sesuai kemampuan dan profesi masing-masing, sebab pemimpin kita tak lagi seperti yang diharapkan rakyat asli Indonesia. Bukan rakyat pengikut junjungannya.

Andai saja para pemimpin kita dapat terus menjadi teladan bagi rakyat, tidak mementingkan diri, kelompok, dan partainya hingga kental dengan oligarki dan dinasti politik, maka tema Pahlawanku Sepanjang Masa, tentu akan sangat bermakna bagi rakyat.

Sehingga masyarakat Indonesia memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengimplementasikan semangat dan nilai kepahlawanan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara dan dapat menjadi salah satu modal untuk membangun bangsa karena para pemimpin bangsa juga menjadi contoh sekaligus menjadi contoh nyata estafet pahlawan karena menjadi pahlawan di era kepemimpinannya.

Belajar dari pahlawan anime

Mungkin, di peringatan Hari Pahlawan kali ini, ada baiknya kita juga belajar dari kisah pahlawan di anime. Di kisah anime, ada sejumlah pahlawan yang benar-benar baik hati. Mereka tidak peduli dengan kepopuleran dan imbalan. Setelah mengalahkan musuh, mereka pun pergi.

Namun, yang menjadi masalah di beberapa anime, kebaikan itu justru dimanfaatkan orang lain. Popularitas mereka dicuri oleh tokoh lain, yang menjadi lebih populer karenanya.

Semisal kita kenal tokoh King sebagai manusia terkuat di dunia.

Padahal kenyataannya, King hanya manusia normal yang sangat beruntung. Dia biasanya selalu berada di lokasi monster yang hendak dihajar Saitama.

Pada akhirnya, justru dia yang dianggap sebagai penghancur para monster, bukan Saitama.

Meski sejatinya King adalah hero terlemah di antara para hero. Namun, karena keberuntungannya menjadi hero, dan yang mengetahui fakta ini masih sangat sedikit.

Setali tiga uang di dunia Dragon Ball, Mr. Satan memiliki reputasi mengalahkan musuh-musuh yang sebenarnya ditaklukkan oleh Goku. Seperti misalnya Cell, Buu, dan bahkan Beerus (yang belum bisa Goku kalahkan).

Walaupun begitu, Satan bukan sepenuhnya pahlawan palsu. Dia berjasa besar membuat Buu Gemuk jadi baik, lalu berhasil meyakinkan penduduk Bumi untuk membantu menyumbangkan energi untuk Spirit Bomb Goku melawan Kid Buu.

Tetapi tetap saja, sebagian besar reputasi Satan ya bohong. Hanya saja Goku dan kawan-kawan membiarkan Satan mempertahankan kejayaannya.

Selain 2 hero ini, masih banyak hero-hero palsu di dunia anime yang kisahnya tak jauh berbeda dengan pahlawan King dan Mr. Satan.

Pertanyaannya, mengapa lahir anime-anime yang mempertontonkan tokoh-tokoh pahlawan palsu? Jawabnya, kisah dalam anime sepertinya juga untuk menyindir hadirnya pahlawan-pahlawan palsu dalam dunia nyata, seperti di negeri ini.

Semoga, di peringatan Hari Pahlawan ke-61, benar-benar menjadi peringatan untuk para pahlwan pejuang bangsa sepanjang masa di Indonesia yang asli. Bukan yang palsu apalagi hasil rekayasa.

Terima kasih para pahlawan asli Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun