Demi Piala Dunia U-20, kini pelatih Timnas U-19 Indonesia, Shin Tae-yong STy yang sudah sejak Januari hingga akhir Oktober 2020 telah sibuk melakukan TC dan laga uji tanding dengan kekuatan utama pemain-pemain asli Indonesia yang telah di bina oleh pembina sepak bola akar rumput nasional, kini justru sangat getol mencari pemain keturunan Indonesia di mancanegara.
Apa yang dilakukan oleh STy sungguh berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh Dennis Wise, Direktur Garuda Select Indonesia, yang justru membantu anak-anak asli Indonesia untuk dapat berkembang, kemudian dapat bersaing di kancah sepak bola international demi nama Indonesia.
Apa yang dilakukan STy juga bertolak belakang dengan para pelatih nasional sebelumnya, Fakhri Husaini dan Indra Sjafri, serta Bima Sakti yang lebih mengedepankan anak-anak asli Indonesia hasil pembinaan sepak bola akar rumput yang tak pernah serius diurus oleh PSSI.
Lebih dari itu, dalam membesut Timnas U-19 sebagai cikal bakal Timnas U-20 untuk Piala Dunia, STy juga benar-benar mengabaikan filosofi sepak bola nasional berdasarkan Kurikulum yang saya sebut masih sementara, yaitu Kurikulum Filanesia.
Mengapa masih sementara? Sebab, meski sudah dinamakan kurikulum, namun proses pembuatannya, tim ahlinya, dan konten isinya, menjadikan Kurikulum Filanesia, belum layak disebut sebagai kurikulum.
Meski begitu, apa yang dilakukan oleh STy kepada Timnas U-19 memang benar-benar berdasarkan filosofinya sendiri, tak memerhatikan sama sekali Kurikulum Filanesia, maupun apa yang sudah dikerjakan oleh para pembina dan pelatih sepak bola Indonesia yang sudah menyentuh anak-anak yang kini diasuh STy sejak usia dini.
Ironisnya, saat ada komentator sepak bola nasional yang mengkritisi kinerja STy, komentator ini malah dihujat oleh netizen. Bahkan, sesama komentator pun ikutan sok tahu dan menyalahkan komentator yang mengkritisi STy.
Padahal, apa yang disampaikan oleh komentator ini, secara teknis maupun substansi, benar. Jadi, saya juga sangat heran dengan sikap netizen yang mengkritik apalagi menghujat. Terlebih membaca komentar komentator yang tak sejalan dan sok tahu.
Lebih dari itu, untuk apa STy diberikan kesempatan TC berlama-lama dengan anggaran besar yang bersumber dari uang rakyat. Namun, ujung-ujungnya STy pun tak percaya diri dengan talenta asli pesepak bola Indonesia.
Padahal, model TC dan materi TC yang sudah STy lakukan bersama Timnas U-19, setidaknya sudah dapat mengambil hati publik sepak bola nasional. TC ala STy pun sudah saya sebut sangat berkarakter. Â Bahkan sudah saya tulis dalam beberapa episode artikel.
Bila pada ujungnya, STy akan mengandalkan pemain asing (keturunan) dalam skuat Timnas U-19, cikal bakal Timnas U-20, maka Timnas ini tak harus dibesut STy, pelatih lokal pun pasti mudah melakukannya.