Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Antara Garuda Select dan Getolnya STy Cari Pemain Keturunan

4 November 2020   20:11 Diperbarui: 4 November 2020   20:33 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Demi Piala Dunia U-20, kini pelatih Timnas U-19 Indonesia, Shin Tae-yong STy yang sudah sejak Januari hingga akhir Oktober 2020 telah sibuk melakukan TC dan laga uji tanding dengan kekuatan utama pemain-pemain asli Indonesia yang telah di bina oleh pembina sepak bola akar rumput nasional, kini justru sangat getol mencari pemain keturunan Indonesia di mancanegara.

Apa yang dilakukan oleh STy sungguh berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh Dennis Wise, Direktur Garuda Select Indonesia, yang justru membantu anak-anak asli Indonesia untuk dapat berkembang, kemudian dapat bersaing di kancah sepak bola international demi nama Indonesia.

Apa yang dilakukan STy juga bertolak belakang dengan para pelatih nasional sebelumnya, Fakhri Husaini dan Indra Sjafri, serta Bima Sakti yang lebih mengedepankan anak-anak asli Indonesia hasil pembinaan sepak bola akar rumput yang tak pernah serius diurus oleh PSSI.

Lebih dari itu, dalam membesut Timnas U-19 sebagai cikal bakal Timnas U-20 untuk Piala Dunia, STy juga benar-benar mengabaikan filosofi sepak bola nasional berdasarkan Kurikulum yang saya sebut masih sementara, yaitu Kurikulum Filanesia.

Mengapa masih sementara? Sebab, meski sudah dinamakan kurikulum, namun proses pembuatannya, tim ahlinya, dan konten isinya, menjadikan Kurikulum Filanesia, belum layak disebut sebagai kurikulum.

Meski begitu, apa yang dilakukan oleh STy kepada Timnas U-19 memang benar-benar berdasarkan filosofinya sendiri, tak memerhatikan sama sekali Kurikulum Filanesia, maupun apa yang sudah dikerjakan oleh para pembina dan pelatih sepak bola Indonesia yang sudah menyentuh anak-anak yang kini diasuh STy sejak usia dini.

Ironisnya, saat ada komentator sepak bola nasional yang mengkritisi kinerja STy, komentator ini malah dihujat oleh netizen. Bahkan, sesama komentator pun ikutan sok tahu dan menyalahkan komentator yang mengkritisi STy.

Padahal, apa yang disampaikan oleh komentator ini, secara teknis maupun substansi, benar. Jadi, saya juga sangat heran dengan sikap netizen yang mengkritik apalagi menghujat. Terlebih membaca komentar komentator yang tak sejalan dan sok tahu.

Lebih dari itu, untuk apa STy diberikan kesempatan TC berlama-lama dengan anggaran besar yang bersumber dari uang rakyat. Namun, ujung-ujungnya STy pun tak percaya diri dengan talenta asli pesepak bola Indonesia.

Padahal, model TC dan materi TC yang sudah STy lakukan bersama Timnas U-19, setidaknya sudah dapat mengambil hati publik sepak bola nasional. TC ala STy pun sudah saya sebut sangat berkarakter.  Bahkan sudah saya tulis dalam beberapa episode artikel.

Bila pada ujungnya, STy akan mengandalkan pemain asing (keturunan) dalam skuat Timnas U-19, cikal bakal Timnas U-20, maka Timnas ini tak harus dibesut STy, pelatih lokal pun pasti mudah melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun