Laga uji coba ke-10 telah dilalui. Proses pembentukan Timnas U-19 ala Shin Tae-yong (STy) pun berhasil mengantar penggawa muda Indonesia ini memetik kemenangan. Hasil membekuk Qatar 2-1, prestasi uji coba STy pun kini menjadi 2-1-7. 2 menang, 1 seri, dan 7 kalah.
Menghambat diri sendiri
Bila 6 laga uji coba Timnas U-19 di Thailand tak disaksikan publik sepak bola nasional, maka 4 laga uji coba di Kroasia, publik sepak bola nasional selalu turut menjadi saksi, apa proses yang sedang dilakukan oleh STy. Dan, rupanya dapat ditebak, ternyata dalam 4 laga, STy selalu mencoba menurunkan pemain terbaik berdasarkan versinya, sejak menit pertama. Bahkan penjaga gawang pun tak tergantikan. Begitu pun Witan, David, dan Irfan selalu menjadi pilihan.
Terlepas bahwa STy masih melakukan proses dan tidak memikirkan hasil akhir menang atau kalah, kini publik semakin mengetahui bahwa selama 4 laga, sejatinya dengan formasi 4-4-2 yang kukuh diperagakan STy, STy sedang menghambat Timnas untuk bermain lebih baik dan tampil lebih menyerang dengan materi yang kini ada di Kroasia.
Indikatornya, dari 4 laga, siapa pemain yang selalu dipercaya turun gelanggang, menjadi bukti bahwa itulah memang pemain yang sedang diramu STy menjadi kerangka tim.
Andai saja STy menerapkan formasi 4-3-3, maka STy tidak akan membiarkan waktu permainan Timnas terbuang dengan keberadaan pemain yang saya sebut sebagai mubazir karena menerapkan formasi 4-4-2 menjadi sia-sia, tidak berguna, terbuang-buang.
Meski STy dalam kepelatihannya pernah menerapkan formasi 4-3-3 saat menukangi Taegeuk Warriors, seharusnya STy cepat menyadari bahwa formasi 4-4-2 itu tidak cocok dengan materi pemain yang kini ada di Kroasia dan tak cocok dengan iklim sepak bola Indonesia sekarang.
4 laga di Kroasia, selain STy tetap belum mampu memahami seutuhnya kualitas pemain di tim, STy juga mungkin masih malu-malu kucing menggunakan jasa mantan pemain-pemain asuhan Fakhri Husaini yang kental dengan formasi 4-3-3 yang selalu bermain ciamik dan membikin lawan tunggang langgang.
Kunci dari permainan Timnas U-19 di tangan Fakhri, adalah bersatunya 3 pemain di lini tengah yaitu Brian, David, dan Beckam (BDB). Lalu, di lini serang ada trio Supri, Bagus, dan Fajar.
Sayang di tangan STy 3 kreator lini tengah ini dipisahkan bahkan diturunkan untuk saling menggantikan, sehingga praktis daya gedor Timnas U-19 selalu terhambat. Namun, ketika pada akhirnya STy menurunkan Beckam, terbukti Timnas langsung menyengat. Sayang saat Beckam masuk, justru menjadi pengganti David.
Tanpa STy sadari, sebenarnya STy sedang menghambat dirinya dan materi pemain timnas berlaga dengan lebih baik dengan karakter pemain yang sekarang ada di depan mata.