Lebih berbahaya lagi, bila pengingatan Presiden tak dijadikan momentum untuk kita bersama-sama bangkit dan menyadari bahwa corona semakin ganas, Â dengan indikator seperti yang diulang oleh Presiden dalam rapat, bahwa kini ada tiga klaster penularan Covid-19 yang terjadi dan semakin sulit dikendalikan yaitu yang berada dalam klaster perkantoran, klaster keluarga, dan sebentar lagi akan ada klaster pilkada.
Bila ketiga klaster ini tidak sama-sama kita sadari dan kita abaikan pencegahannya dengan benar, maka corona akan terus menular dan menyebar tanpa terkendali.
Karenanya, Jokowi meyakini, jika penularan Covid-19 bisa ditekan, maka pemulihan ekonomi bisa berjalan lebih mudah."Masalah kesehatan harus betul-betul tertangani dengan baik. Kita ingin secepatnya restart di bidang ekonomi," kata Jokowi.
"Jangan sampai kesehatan belum tertangani dengan baik kita sudah men-starter, restart di bidang ekonomi. Ini sangat berbahaya," ujarnya.
Atas apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi yang wajib dijadikan momentum kebangkitan penanganan dan pencegahan corona di Indonesia dan jelas-jelas kini mengungkap, "kesehatan (nyawa) lebih penting daripada ekonomi", jangan sampai hanya dianggap sebagai sebuah slogan.
Agar hal tersebut tidak hanya sebatas menjadi slogan dan niat atau sekadar cita-cita Presiden, maka sudah jelas, siapa saja pelaku kebijakan yang wajib menjalankan amanat Presiden tersebut.
Yang pasti, semua pelaku yang terlibat dalam persoalan corona mengapa terus merajalela di Indonesia, wajib sama-sama "duduk sama rendah, berdiri sama tinggi". Wajib sama-sama memiliki pindasi kesadaran yang sama dan kepentingan yang sama yaitu membela penanganan dan pencegahan corona yang lebih utama di samping masalah ekonomi.
Kesadaran adalah kunci dan pondasi memutus mata rantai penyebaran virus corona. Pemerintah di seluruh stakeholder terkait wajib menyadari mana sikap dan kebijakan yang selama ini salah diterapkan, lalu perbaiki dengan sikap dan kebijakan, serta peraturan yang benar dan dapat diamalkan oleh masyarakat tanpa beban dan tak merasa terpaksa dan menyiksa.
Sebaliknya, kesadaran seutuhnya juga wajib ada dalam pikiran dan sanubari masyarakat untuk menjadi pemutus mata rantai penyebaran corona dengan benar-benar mematuhi semua kebijakan dan peraturan protokol Covid-19 dari pemerintah.
Jadi, kesadaran bersama yang duduk sama rendah berdiri sama tinggi inilah yang kini wajib menjadi fokus dalam rangka dijadikan momentum menghentikan pergerakan corona di Indonesia.
Yang selama ini terjadi, pemerintah membuat kebijakan dan peraturan yang tidak sama di setiap daerah, juga membuat peraturan dan kebijakan yang mengiringi pun tidak pernah disiplin, yang pada akhirnya dibalas oleh masyarakat dengan sikap abai dan cuek karena skeptis kepada pemerintah.