Frasa “Jam Lima Pagi” mendadak viral. Melejit ke puncak pemberitaan. Bahkan melewati popularitas "Jam Lima Sore". Bak “The Battle of Sunrise vs. Sunset”. Dan pada akhirnya, kita harus memakluminya. Sang Gubernur boleh jadi pecinta matahari terbit! Dan siapa tahu terinspirasi pesona sunrise dari atas Pulau Padar!
Sebelum isu Jam Lima Pagi merebak. Nun jauh di sana, di sebuah provinsi indah di kawasan timur Indonesia. Banyak yang haqul yakin, tidak ada yang mengalahkan pamor Jam Lima Sore. Setidaknya di kalangan seluruh karyawan. Itulah momen-momen yang paling dinanti!
Gak percaya? Coba perhatikan! Begitu jam digital bergulir ke angka 17.00 alias jam 5 sore, semua pun makin sigap. Gesit sekali membereskan semuanya. Hanya dalam sekian menit. Dan sesaat kemudian sudah siap-siap tancap gas. Pulang atau pergi entah ke mana!
Betapapun, kini saatnya Jam Lima Pagi naik daun. Jadi trending topic! Tidak mau kalah dengan Salma dan Nayl Author, dua kontestan di ajang Indonesian Idol 2023 yang lagu-lagunya kerap jadi trending di kanal YouTube.
Tidak hanya di media mainstream maupun di media sosial. Di Kompasiana pun sama saja. Di platform para penulis ini, puluhan artikel saling bersahutan mengulas tentang gebrakan Si Jam Lima Pagi. Seru!
Alhasil, sejak hari pertama naik panggung, sejumlah tantangan berat pun langsung menghadang. Tekanan berat itu pada akhirnya tidak tertahankan. Belum lama bertakhta, Si Jam Lima Pagi pun tergusur. Diganti dengan penerusnya, Si Jam Lima Tiga Puluh Pagi!
Namun demikian, bak sebuah merek, "Jam Lima Pagi" sudah terlanjur sangat populer. Bahkan banyak yang menyebutnya jauh lebih sexy. Dan andai diibaratkan sebuah produk, jenamanya telah merasuk ke benak banyak konsumen. Brand Awareness-nya sudah sangat kuat. Begitu kira-kira komen para ahli pemasaran.
Dan Anda jangan kaget, jika para pecinta pagi tetiba tergoda menggunakan nama itu. Jika ada “Café AM/PM” atau RM Pagi Sore. Kenapa tidak menggunakannya sebagai nama kafe. Sebutlah "The Five O'clock Cafe". Keren sekali, bukan?
Penetapan "Jam Lima Pagi" tidak muncul begitu saja. Ada sejarahnya. Konon kabarnya, semuanya tidak terlepas dari ide brilian Sang Gubernur di provinsi itu. Persisnya, masih berkaitan dengan ide hebat lainnya.
Ada yang masih ingat? Betul sekali, brader! Ide menaikkan harga tiket masuk ke Taman Nasional di provinsi itu juga sempat viral. Bahkan beritanya menyebar sampai ke berbagai negara di dunia. Pasalnya, harga tiket masuknya dibanderol selangit. Rp 3,75 juta per pengunjung!
Semua calon wisatawan pun galau. Dan banyak di antaranya sampai shocked! Biaya masuk saja sudah setara harga tiket pesawat dari beberapa negara jiran. Mimpi bertemu Komodo pun harus dilupakan. Impian berpose di atas Puncak Padar pun sirna!
Harga mahal itu memang wajar. Begitu kata Sang Gubernur yang super kreatif itu. Alasannya, tidak murah lho memelihara Komodo. Lagipula, di mana lagi Anda bisa menemukan satwa purba ini selain di Taman Nasional itu.
Dan tidak itu saja! Jangan pernah lupa pesona sunrise yang dipamerkan dari puncak Pulau Padar. Fantastis! Suatu pesona yang sangat langka! Dan pantas sekali ditebus mahal. Meskipun untuk itu, Anda sudah harus bersiap mendaki ke puncaknya sejak jam lima pagi.
Jam Lima Pagi? Eureka! Untuk mendapatkan sunrise terbaik, memang sebaiknya siap-siap sejak jam 5 pagi. Lalu mengapa sekolah tidak mencobanya. Untuk menghasilkan lulusan terbaik..., kenapa tidak memulainya sejak jam 5 pagi pula? Ahaha.
Wow, luar biasa! Ide yang keren, Komandan! Jam sekolah bisa diselaraskan dengan momen menjelang terbitnya matahari. Pas dengan ritme semua pemburu sunrise. Ah, betapa hebat daya imajinasimu, Mr. Governor.
Saya pun langsung mafhum. Coba bayangkan! Kala kelas belum lama dimulai, matahari pagi dengan cahayanya yang kemerahan menerobos masuk melalui pintu dan jendela sekolah. Very beautiful! Guru dan semua murid seketika terpesona. Dan rasa cinta tanah air pun kian melambung.
Dan itulah! Pasti banyak yang lupa. Bangun pagi ternyata ada korelasinya dengan menanamkan rasa cinta tanah air. Jangan lagi kita ciptakan generasi yang bangun setelah matahari telah beranjak jauh di atas horison. Apalagi sesuai petuah para bijak lestari. "Jangan bangun kesiangan, nanti rezeki dipatok ayam". :)
Dari ide kenaikan harga tiket yang selangit, hingga jam masuk sekolah ketika langit pun masih terlelap itulah, saya jadi pingin mengajak Sang Gubernur ikut bangun subuh. Ayo, berburu matahari terbit di atas Pulau Padar! Bangun jam 04.30 pagi ya. Bagaimana?
“Lupakan saja ide itu, Bung Ton?," kata temanku. Gubernur pasti makin sibuk belakangan ini. Sibuk memastikan semua siswa di beberapa SMA di NTT bangun pagi-pagi sekali. Bangun pagi subuh bukan demi menanti munculnya sunrise di ufuk timur. Tapi semata menunggu lewatnya angkot untuk ke sekolah.
Jadi? Yuk, kita ngopi saja. Ngopi di teras "The Five O'clock Cafe" alias Kafe Jam Lima. Ingat, jam 5 sore. Bukan 5 pagi!
Sekalian menanti sunset. Dan untuk itu, dijamin 100%, Anda tak perlu bangun pagi-pagi. :)
***
Kelapa Gading, 3 Maret 2023
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto adalah dokumentasi pribadi, kecuali 1 foto ilustrasi jam 5.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H