Jika boleh memilih, sebagian besar pelancong mungkin saja lebih suka penerbangan langsung. Tanpa singgah di bandara manapun. Namun, terkadang tidak ada opsi seperti itu. Apalagi untuk rute penerbangan panjang. Transit di sebuah bandara pun tidak terhindarkan. Dari hanya sekitar 2-3 jam sampai lebih dari 9 jam!
Selama bertahun-tahun melakukan perjalanan ke mana-mana, saya tentu saja sudah sangat sering transit maupun transfer di berbagai bandara ternama di dunia. Transit artinya singgah di sebuah bandara lalu meneruskan perjalanan dengan pesawat yang sama. Sementara transfer sedikit berbeda, yakni Anda akan pindah ke pesawat lain.
Apapun perbedaannya, banyak traveler biasa menyebutnya "transit" saja. Dan waktu layover (persinggahan) itu idealnya sekitar 2- 3 jam. Durasi yang bisa saja dianggap terlalu singkat jika Anda kebetulan singgah di bandara sekelas Singapore Changi Airport. Salah satu bandara terbaik di dunia.
Akan tetapi, tidak selamanya seperti itu. Pada Oktober 2022 lalu, misalnya, saya terpaksa harus transfer (ganti pesawat) di Dubai International Airport (DXB). Tapi, waktu tunggu di DXB hingga jam penerbangan lanjutan sangat lama. Lebih dari 9 jam! Penerbangan lanjutan memang hanya tersedia di jam tersebut. Opsi lainnya sudah fully booked.
Airlines (SQ). Penerbangan itu pun tentunya akan singgah di Singapore Changi Airport. Hub-nya SQ.
Transfer di homebase dari maskapai yang Anda gunakan memang sudah biasa. Sebut misalnya, dari Jakarta ke Amsterdam dengan Emirates. Sudah pasti melalui bandara Dubai. Begitupun jika Anda memutuskan naik SingaporeSejatinya, saya selalu menikmati setiap persinggahan di sebuah bandara.Terlebih lagi jika melakukan perjalanan yang sangat panjang. Lintas samudra, lintas benua. Setidaknya, bisa sedikit melepaskan kejenuhan setelah terjebak di kursi kelas ekonomi yang sempit. :)
Banyak yang bisa dilakukan di sebuah bandara kala sedang transit ataupun transfer. Jalan-jalan sekedar window shopping dari terminal ke terminal. Bisa pula bersantai di airport lounge. Atau ngopi di salah satu kafe yang ada. Apalagi di bandara ternama yang memiliki deretan fasilitas yang sangat memanjakan penumpang.
Dubai International Airport, yang menjadi hub maskapai Emirates, adalah bandara tersibuk di wilayah Timur Tengah. Tahun 2022 lalu, bandara terkenal ini meraih penghargaan sebagai “The Airport of the Year” di ajang Aviation Business Awards 2022. Selain itu, majalah TIME pun pernah menempatkan Bandara Dubai sebagai salah satu bandara transit terbaik di dunia.
Fasilitas yang tersedia di bandara ini sangat lengkap. Jadi tidak perlu merasa bak stranded di bandara ini. Apalagi di Terminal 3 yang sangat luas itu. Anda bahkan bisa menikmati ‘walking airport tour’ di bandara ini. Ada tiga terminal di sini. Semuanya saling terhubung dengan Metro maupun shuttle bus.
Skytrax, perusahaan konsultan asal Inggris yang rutin memeringkat seluruh maskapai penerbangan di dunia, biasanya memberikan penghargaan “World’s Best Transit Airports”. Tetapi, kategori ini sementara ditiadakan. Maklum saja, banyak bandara belum beroperasi secara maksimal akibat terdampak covid-19.
Namun, pada edisi 2020, Incheon International Airport, Seoul, Korea Selatan, pernah menyabet penghargaan bergengsi tersebut. Bandara terbesar di Negeri Ginseng itu, yang juga kerap terpilih sebagai salah satu bandara terbaik di dunia, dianugerahi predikat sebagai “World’s Best Transit Airport 2020”.
Incheon dianggap sangat layak meraih Award tersebut. Selain fasilitas standard yang umumnya tersedia di sebuah bandara besar, Incheon memiliki banyak fasilitas wow yang tidak dimiliki bandara internasional lain. Di antaranya, Golf Course, Spa, Paradise Casino, Eco-Gardens, Ice Skating, dan lain-lain.
Transit sembilan jam sekalipun tidak bakal membosankan di Incheon. Berbeda dengan ketika saya dan grup dipastikan akan melewatkan waktu yang sangat panjang di Paris Charles de Gaulle Airport. Dalam suatu penerbangan dari Vienna-Paris-Jakarta kala itu, connecting time di bandara itu berkisar sepuluh jam.
Hasil kesepakatan beberapa hari sebelumnya pun diambil. Kami akan menyewa sebuah bus lokal untuk sightseeing ke kota Paris. Tidak ada masalah soal visa. Semuanya sudah memiliki visa schengen usai perjalanan ke Austria. Dan biaya sewa bus pun murah. Hanya setara sekali makan siang per orang di bandara. Semua pun happy!
Banyak traveler sejatinya kerap melakukan hal yang sama. Bahkan ada pula yang sengaja mengambil penerbangan lanjutan yang agak lama, jika memungkinkan, agar sempat singgah di sebuah kota transit. Doha, misalnya, kini kian populer sebagai kota transit setelah Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Saya sendiri pun sudah cukup sering transit di Hamad International Airport, Doha, Qatar. Tapi sayang sekali belum sempat masuk ke kotanya. Bandara Hamad yang sedang melejit itu memang mengagumkan. Apalagi setelah menumbangkan dominasi Singapore Changi Airport di ajang Skytrax Awards.
Sejak tahun 2021 lalu, untuk pertama kalinya bandara utama di Qatar ini terpilih sebagai “The Best Airport in the World” . Penghargaan prestisius yang kembali diraihnya pada tahun 2022. Menyisihkan lebih dari 550 bandara di seluruh dunia.
Meskipun demikian, saya masih lebih menyukai Singapore Changi Airport. Bandara paling kondang sedunia ini pernah memenangkan “World’s Best Airport” dari Skytrax selama delapan tahun berturut-turut. Dari tahun 2013 sampai 2020. Suatu rekor yang sulit disamai bandara manapun di dunia.
Changi memang canggih! Yang paling sulit dilupakan banyak pelancong yang transit di Singapore Changi Airport adalah Changi Transit Voucher dan Free City Tour. Yang gratis-gratis emang disukai siapapun. Dan membuat transit ataupun transfer di Changi selalu menyenangkan.
Setiap penumpang yang menggunakan maskapai Singapore Airlines, SilkAir atau Air New Zealand dan transit di Changi berhak mengklaim voucher tersebut. Nilainya lumayan besar, yakni 20 dolar Singapore. Cukup untuk beli suvenir atau ngopi di salah satu kafe di bandara terkenal itu.
Namun, akibat pandemi, nilai voucher sudah direvisi menjadi 10 dolar. Sedangkan program Free City Tour sementara ditiadakan. Tour gratis ini pernah ditawarkan ke semua penumpang yang transit minimal 5.5 jam di Changi. Penumpang transit bahkan bisa memilih dua jenis tour yang disediakan dengan durasi 2.5 jam.
Tanpa itu sekalipun, Changi Airport tetap merupakan bandara transit yang sangat menakjubkan. Bandara ini memang dirancang bak sebuah destinasi wisata saja. Banyak pelancong yang selalu terpesona dengan Butterfly Garden di Terminal 3. Dan tentu saja dengan Jewel Changi Airport di Terminal 1.
Dan andaikan saya harus kembali transit di Bandara Changi pun tidak menjadi masalah. Sekalipun sampai 9 jam! Tetapi, bandara berikut yang sepertinya akan kembali saya singgahi di Maret mendatang bukan Changi Airport.
Seperti jadwal perjalanan yang telah saya terima. Saya akan kembali bepergian pada bulan depan. Dan lagi-lagi mendapatkan waktu connecting yang sangat panjang. Lebih dari 9 jam! Dan berhubung menumpang maskapai Etihad, jadinya akan ganti pesawat di Abu Dhabi International Airport.
Bandara Abu Dhabi memang bukan Incheon. Dan jelas belum bisa dibandingkan dengan Changi. Tapi bandara kedua terbesar di Uni Emirat Arab itu terus berbenah. Dan sebuah terminal baru yang disebut Midfield Terminal kabarnya akan dibuka di akhir tahun ini. Luasnya sekitar 700 ribu meter persegi.
Well, semoga persinggahan di sana akan kembali menyenangkan. Setidaknya, terdapat fasilitas 'unlimited free wifi' di bandara cantik itu. Jadi bisa pesiar di Kompasiana! Hahaha. :)
***
Kelapa Gading, 24 Februari 2023
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H