Dermaga Harnas tampil memukau di pagi itu. Saya sendiri memang selalu suka memotret dermaga kayu seperti itu. Sayang sekali, ketika sunrise seharusnya sudah muncul, setumpuk awal tebal sempat menghalanginya. Bak enggan bergeser dari garis horison. Tapi tidak mengapa. Itulah tabiat alam yang sulit diprediksi.
Memotret di alam harus siap pada setiap situasi. Tidak harus terjebak pada satu objek foto saja. No sunrise, no problem. Banyak objek foto menarik lain tersaji di sekitar dermaga. Bahkan sebuah kapal rusak pun mendadak muncul bak supermodel. Bidikan semua kamera tetiba mengarah ke kapal oleng itu. Kapal oleng, Kapten!
Dalam berbagai acara hunting foto lanskap, saya selalu takjub dengan kejelian mata banyak fotografer andal lainnya. Kala berdiri di lokasi yang sama sekalipun, foto-foto yang dihasilkan bisa saja berbeda semua. Masing-masing berusaha mengambil sudut foto terbaik untuk mendapatkan hasil maksimal.
Setelah sang kapal turun panggung, giliran batu-batu di sekitar dermaga unjuk aksi. Seakan memamerkan pesonanya kala bermandikan cahaya pagi nan lembut. Batu-batu dengan warna alam yang indah itu memang pas jika dijadikan latar depan. Jangan lupa, sebuah foto dengan elemen latar depan bisa membuat sebuah foto memiliki nilai lebih.Â
Dengan segala keterbatasan lokasi yang ada, Anda tetap bisa mendapatkan banyak foto dengan komposisi berbeda. Cukup berpindah posisi berdiri atau jongkok di sekitar dermaga. Mulai dari atas dermaga, lalu bergeser ke sampingnya. Dan bisa saja sekalian turun dan memotret dari bawah dermaga.
Demi mendapatkan komposisi foto yang diinginkan, banyak fotografer lanskap tidak ragu untuk masuk ke dalam laut. Sekalipun sesekali bisa saja diganggu ular laut yang menakutkan. :) Sama 'menakutkan' kala melihat kenekatan sebagian fotografer. Kamera dipasang di atas tripod yang hanya sedikit di atas permukaan laut. Berisiko jatuh. Tapi begitulah, No risk, no gain!
Masih di lokasi yang sama. Kali ini saya memotret dengan teknik long exposure. Untuk itu, tentu saja butuh tripod yang kokoh. Penting untuk menopang kamera agar tidak goyang sedikitpun. Juga butuh filter ND (Neutral Density) yang berfungsi mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera.
Teknik memotret dengan shutter speed lambat memberikan hasil foto yang menakjubkan. Air laut yang bergerak di antara batu-batu pun tampak sehalus kapas. Seperti foto terakhir di atas yang difoto dengan exposure time selama 20 detik. Teknik fotografi ini sangat populer di kalangan penggemar foto lanskap.
Matahari sudah kian menanjak ketika kami kembali melaju ke Teluk Betung. Rencana ke Mie Lampung jangan sampai terlupakan. :) Kabarnya kedai mie yang berlokasi di Jalan Ikan Tongkol itu sangat terkenal. Jadi klop sudah. Usai bercumbu dengan sunrise, kini saatnya berburu kuliner.
Ayo, ke Lampung!
***