Rest Area telah menjadi bagian penting dari sistem jalan raya. Pengemudi pun mendapatkan kesempatan untuk rest stop atau beristirahat sejenak dalam suatu perjalanan panjang. Bisa sekalian mengisi bahan bakar, menggunakan kamar kecil, menyeruput secangkir kopi, dan siapa tahu dapat foto-foto cantik dari lanskap di sekitarnya.
Namun demikian, tidak semua tempat istirahat itu dirancang dengan pertimbangan lokasi yang menawarkan panorama menawan di sekitarnya. Sebagian di antaranya bahkan tanpa pemandangan menarik apapun. Jadi tidak heran, bagi banyak pelancong berpengalaman, rest stop pun selalu menjadi bagian dari rencana perjalanan.
Kala sedang dalam perjalanan darat (road trips) di berbagai negara, misalnya. Saya sendiri lebih menyukai rute perjalanan berbeda. Tentu saja, kala tidak terbentur pada jadwal perjalanan yang ketat.
Patokan rutenya tidak harus yang tercepat. Tapi sebisa mungkin yang terindah! Seperti melewati area pedesaan, wilayah pegunungan, tepian danau, dan sebagainya.
Alasannya cuma satu! Sebagai penyuka fotografi, saya jelas lebih memilih rute seperti itu. Kejutan bisa datang di sepanjang perjalanan.
Sebuah panorama menakjubkan tetiba terhampar di depan kita. Apalagi di negara-negara yang terkenal dengan scenic routes-nya. Rute-rute yang memang sudah terkenal dengan pemandangan indah di sepanjang perjalanan.
photo stop yang tidak terlupakan.
Di antaranya, Swiss, Austria, Norwegia, Skotlandia, Selandia Baru, dan Indonesia. Di negara-negara seperti ini, sebuah tempat untuk rest stop bisa berujungRute dari St. Moritz ke Milan, misalnya, melewati deretan lanskap pegunungan yang luar biasa indah, serta rute tepian danau yang menakjubkan.
Suatu kali, saya layak disebut beruntung. Kala hendak melakukan perjalanan panjang dari Montreux ke Lucerne, sopir yang mengantar grup kecil kami, menawarkan ide yang langsung membuatku bersorak. Betapa tidak, dia mengajak melewati rute berbeda yang sangat menarik, yakni melalui Interlaken dan Brienz.
Rute awal seharusnya menyusuri jalan tol A1 (A1 Motorway), yakni poros barat ke timur. Lalu berbelok ke A2 Motorway, poros utara-selatan, menuju Lucerne. Namun, dengan singgah di Interlaken, maka kami akan berbelok ke A6 dari Berne hingga Thun. Terus melewati A8 ke Brienz dan seterusnya. Sedikit lebih jauh, tapi jelas jauh lebih menarik!
Interlaken, yang diapit dua danau cantik, yakni Thunersee (Danau Thun) dan Brienzersee (Danau Brienz) termasuk salah satu destinasi wisata terkemuka di Swiss. Dari kota ini pula, banyak wisatawan selanjutnya mengikuti tour ke Lauterbrunnen, Jungfraujoch, Iseltwald, dan sebagainya.
Di rute seperti ini, lupakan saja Rest Area seperti yang banyak Anda temukan di sepanjang jalan tol. Jauh lebih menarik mencari sebuah kafe yang menawarkan pemandangan indah dari alam di sekitarnya. Tentu saja, sambil ngopi cantik dan menumpuk kenangan dengan menambah koleksi foto!
Interlaken tampil sungguh memesona di musim dingin kala itu. Dan meskipun temperatur masih berkisar di nol derajat celcius, tetap saja tidak mengurangi minat banyak pelancong untuk tetap berjalan-jalan di pusat kota tuanya. Namun, sayang sekali kami tidak bisa berlama-lama di kota ini.
Ada persinggahan berikut yang tidak kalah menggoda, yakni rest stop kedua di Brienz! Kata rest stop sebetulnya lebih pas buat sopir kami yang membutuhkan booster berupa secangkir espresso. Pasalnya, dia tidak menemukan parkir di Interlaken dan memutuskan untuk ngopi di Brienz saja.
Dari kejauhan Brienz sudah terlihat menawan. Musim dingin di akhir Februari masih menyisakan lapisan salju di mana-mana. Dari puncak-puncak gunung, atap-atap rumah, hingga di tepian danau masih ditutupi salju. Dan semua itu justru membuatnya tampil kian memukau. Such a lovely village!
Brienz adalah sebuah desa di sisi utara Danau Brienz dan termasuk wilayah Bernese Oberland, Swiss. Desa ini hanya berjarak sekitar 17 km dari Interlaken dan 53 km ke Lucerne. Sementara itu, Iseltwald yang terletak di sisi lain Danau Brienz, pun tidak terlalu jauh dari situ. Iseltwald adalah lokasi syuting drakor “Crash Landing On You”
Mengingat tidak banyak waktu di Brienz, kami pun bergegas mencari parkir di sekitar Bahnhof Brienz. Lokasi stasiun kereta kecil ini sangat strategis. Tidak jauh dari Tourist Information Center dan sangat dekat ke dermaga kapal. Begitu pun ke arah deretan restoran, kafe, dan toko suvenir yang berada di sepanjang Hauptstrasse.
Sebagai sebuah desa yang berada di jalur wisata antara Interlaken - Lucerne, Brienz pun tidak lepas dari godaan industri pariwisata. Penduduk desa ini pun banyak mengandalkan kehadiran wisatawan untuk menyokong ekonomi lokal. Dan Brienz sendiri memiliki modal untuk menggaet wisatawan.
Selain pesona danaunya yang indah, Brienz juga kondang dengan kerajinan ukiran kayunya. Industri rumahan ini konon telah berlangsung selama ratusan tahun. Bahkan sebuah sekolah kerajinan kayu itu, yakni "Cantonal Woodcarving School” (Sekolah Ukir Kayu Kanton) telah berdiri sejak tahun 1862.
Tiga puluh menit berlalu cepat. Singgah untuk rest stop di Brienz tidak sia-sia. Sekalipun tidak lagi sempat menikmati secangkir kopi. Tapi deretan foto-foto lanskap yang berhasil diabadikan sudah cukup bagiku. Ibarat booster tersendiri untuk terus menjelajah. Dan tidak pernah lupa memotret!
***
Kelapa Gading, 28 Januari 2023
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto-foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H