Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Teresa Teng, Setelah Hampir 30 Tahun Berlalu

23 Januari 2023   10:19 Diperbarui: 28 Januari 2023   00:10 6448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Teresa Teng menjelang acara The Return of Teresa Teng Memorial Exhibition, 2016.| LIENYUAN LEE via Kompas.id

Lagu-lagu bernada balada romantis dari Teresa Teng bak tak henti-hentinya mengalun di dua "Chinatown" di Jakarta. Baik di "Pantjoran Chinatown PIK", Jakarta Utara. Maupun di "Old Shanghai" Sedayu City, Jakarta Timur. Dua destinasi wisata kuliner yang kian populer di Jakarta. Dan akan kian sering terdengar menjelang ulang tahun ke-70 sang diva pada akhir pekan ini.

Teresa Teng, atau juga dikenal dengan nama Teng Li Chin, adalah penyanyi pop legendaris kelahiran Taiwan. Keindahan lagu-lagunya yang merakyat, serta kepiawaiannya menyanyi dalam multi bahasa, membuatnya sulit dilupakan jutaan fans-nya di seluruh dunia. Bahkan setelah kematian merenggut kehidupannya hampir tiga dekade silam. 

Teresa Teng, penyanyi legendaris asal Taiwan. Sumber: www.international.thenewslens.com
Teresa Teng, penyanyi legendaris asal Taiwan. Sumber: www.international.thenewslens.com

Teresa Teng lahir di Baozhong, Yunlin, Taiwan, pada tanggal 29 Januari 1953. Sekitar 250 km di selatan Taipei, ibu kota Taiwan. Dikenal sebagai salah satu dari "Five Great Asian Divas" (tapi Teng dianggap yang paling terkenal)Teresa Teng telah merekam lebih dari 1,700 lagu di sepanjang kariernya.

Suaranya yang merdu begitu menggetarkan hati. Dan hebatnya, Teresa Teng tidak hanya handal menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa Mandarin. Penyanyi cantik ini juga sangat mahir melantunkan ratusan lagu dalam berbagai bahasa lain. Seperti, bahasa Hokkien, Kanton, Jepang, Inggris, Italia sampai Indonesia.

Ikon budaya musik pop Mandarin itu memang tercatat pernah menyanyikan belasan lagu dalam bahasa Indonesia. Di antaranya, “Kau Selalu Dihatiku”, “Dayung Sampan” dan “Selamat Jalan Kekasih”. Lagu yang terakhir disebut adalah versi Indonesia dari “Goodbye My Love”. 


Tentu saja lagu-lagu Mandarin yang dinyanyikannya yang melambungkan namanya ke puncak ketenaran selama sekitar tiga dekade itu. Sebut saja di antaranya, Ni Zen Me Shuo, Tian Mi Mi, Mei Hua, dan banyak lainnya.

Namun, dari ratusan lagunya itu, ada satu lagu yang berada di puncak tangga tertinggi. Itulah "The Moon Represents My Heart atau “Yueliang Daibiao Wo de Xin"

Lagu yang awalnya dibawakan oleh Chen Fen Lan pada tahun 1972. Ada di album “Dreamland”. Tapi, lagu itu baru melejit setelah dinyanyikan kembali oleh Teresa Teng (1977).


Lagu ini memang fenomenal. Bahkan setelah Teresa Teng meninggal dunia pada tahun 1995, lagu “The Moon Represents My Heart” masih terus dinyanyikan banyak penyanyi terkenal lain.

Dari Nana Mouskouri, Shila Amzah, Faye Wong, Andy Lau, Leslie Cheung, Siti Nurhaliza, David Archuleta, hingga Jon Bon Jovi. O ya, tidak terkecuali oleh beberapa penyanyi papan atas Indonesia yang sesekali ikut menyanyikannya di berbagai acara.


Reputasi Teresa Teng memang melampaui batas-batas negara. Penyanyi, yang pernah dijuluki “Asia’s Eternal Queen of Pop” itu, tidak hanya populer di Taiwan. Tapi, juga tenar di banyak negara lain di Asia Timur, Asia Tenggara, sampai di Negeri Paman Sam AS.

Bahkan perseteruan politik antara Taiwan dan Tiongkok sekalipun tidak menghalangi lagu-lagunya menembus negara Tirai Bambu itu. Padahal sebelumnya, lagu-lagu romantis seperti itu tidak pernah eksis di daratan Tiongkok. Dianggap terlalu borjuis dan dekaden.

Lagu “Rembulan Mewakili Hatiku” itu pun dianggap sebagai salah satu lagu pop pertama yang berhasil masuk ke negara komunis itu. Tak pelak lagi, nama Teresa Teng pun kian melejit di negara yang kala itu sedang berada dalam era transisi. Dari era Mao Zedong ke Deng Xiaoping.

Hologram Teresa Teng dalam sebuah konser tahun baru 2022 di China. Sumber: www.mothership.sg
Hologram Teresa Teng dalam sebuah konser tahun baru 2022 di China. Sumber: www.mothership.sg

Begitu tenarnya, sampai-sampai nama Teresa Teng pun disandingkan dengan nama Deng Xiaoping. Pemimpin Partai Komunis Tiongkok yang sangat terkenal akan reputasinya sebagai “The Architect of Modern China”. Lalu apa sebetulnya yang dikatakan orang-orang tentang Teresa Teng dan Deng Xiaoping?

Teresa Teng (Teng Li Chin), yang dalam bahasa Mandarin dikenal sebagai Deng Lijun, memiliki nama keluarga "Deng". Persis sama dengan nama keluarga Deng Xiaoping. Alhasil, penyanyi bersuara emas inipun dijuluki banyak fans di Tiongkok sebagai “Little Deng” (Deng Kecil).

Tidak itu saja. Ada pula yang mengatakan begini: “Deng the leader ruled by day, but Deng the singer ruled by night.” (Deng sang pemimpin memerintah pada siang hari, tetapi Deng sang penyanyi memerintah pada malam hari). Siang hari wajib mendengarkan Deng Xiaoping. Namun, malam hari dengarkan saja alunan suara Si Deng Kecil.


Meskipun demikian, akibat tensi politik yang terus memanas antara Taiwan dan Tiongkok, lagu-lagu Teresa Teng dan penyanyi Taiwan lainnya sempat dilarang di daratan Tiongkok pada era 1980-an. Apalagi Teng dituding mendukung gerakan demokrasi mahasiswa pasca Pembantaian Tiananmen (Tiananmen Massacre) di tahun 1989. 

Namun, penyanyi yang juga dijuluki “Soldier's Sweetheart” karena sering tampil menghibur tentara di kamp militer itu, sejatinya tidak pernah ragu menyuarakan isi hatinya. 

Selain pernah tampil di Paris kala mendukung protes mahasiswa pada tahun 1989. Teresa Teng juga mendukung “Concert for Democracy in China” yang berlangsung pada tanggal 27 Mei 1989 di Happy Valley Racecourse, Hong Kong. Konser amal ini untuk mendukung gerakan mahasiswa di Beijing, Tiongkok.

Teresa Teng tampil menghibur tentara di sebuah kamp militer tahun 1981. Sumber: Friends of Armed Forces Association via www.taiwantoday.tw
Teresa Teng tampil menghibur tentara di sebuah kamp militer tahun 1981. Sumber: Friends of Armed Forces Association via www.taiwantoday.tw

Akibatnya, nama Teresa Teng serta lagu-lagunya pun langsung dilabeli “terlarang” di seluruh daratan Tiongkok. Betapapun, melalui pasar gelap, lagu-lagunya masih terus diputar di berbagai tempat. Dari kelab malam hingga di gedung-gedung pemerintahan.

Tapi satu hal yang pasti. Sekalipun sudah tampil di berbagai negara, Teng tidak pernah sekalipun konser di Tiongkok, negara asal leluhurnya itu. Partai Komunis Tiongkok pada akhirnya sempat mengundangnya pada awal tahun 1990-an. Namun, legenda Taiwan itu tidak pernah tampil hingga meninggal dunia.

Teresa Teng meninggal dunia pada tanggal 8 Mei 1995 akibat serangan asma akut. Suatu kematian yang dirasakan begitu mendadak. Teng saat itu baru berusia 42 tahun dan sedang berlibur di Chiangmai, Thailand. Berita kematiannya pun menyebar cepat ke seluruh dunia.

Tidak hanya di Taiwan, Hong Kong, Tiongkok, Jepang, dan banyak negara di Asia Tenggara yang ikut berduka. Komunitas Tionghoa di seluruh dunia pun turut menangisi kepergiannya. Kematian penyanyi legendaris ini bahkan ikut diberitakan di berbagai media ternama di dunia, termasuk harian The New York Times dan majalah TIME.

Berita kematian Teresa Teng di harian New York Times. Sumber: The New York Times Archives/www.nytimes.com
Berita kematian Teresa Teng di harian New York Times. Sumber: The New York Times Archives/www.nytimes.com

Teresa Teng dimakamkan bagai seorang pahlawan nasional di Taiwan. Bendera Taiwan ikut menutupi peti matinya. Presiden Taiwan saat itu, yakni Lee Tenghui, turut menghadiri upacara pemakamannya.

Teresa Teng Memorial Park, yang berlokasi di Komplek Pemakaman Chin Pao San, New Taipei City, Taiwan, hingga kini masih sering dikunjungi banyak penggemarnya dari berbagai negara. Lokasi makam itu sendiri hanya berjarak sekitar 48 km dari pusat kota Taipei.

Teresa Teng Memorial Park. Sumber: www.eng.taiwan.net.tw
Teresa Teng Memorial Park. Sumber: www.eng.taiwan.net.tw
Setelah puluhan tahun berlalu, nama Teresa Teng masih tetap dikenang di mana-mana. Seperti yang pernah ditulis CGTN (China Global Television Network), "While Teng was gone, her heritage lives on". Buktinya, lama setelah kepergiannya, Teng masih mampu 'merebut' berbagai penghargaan bergengsi.

Pada tahun 2009, misalnya, sebuah polling yang dilakukan Pemerintah Tiongkok secara online, nama Teresa Teng terpilih sebagai “The Most Influential Cultural Figure in China since 1949”. Konon dari 24 juta orang yang ikut memilih, Teng meraup 8.5 juta suara!

Masih di tahun yang sama, CNN menempatkan namanya di antara “The 20 Most Influential Music Artists” (Dua Puluh Artis Musik Paling Berpengaruh) dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Dan tidak ketinggalan The Guardian.

Harian ternama asal Inggris itu ikut menyanjungnya dengan menempatkan namanya sejajar dengan Elvis Presley. “Dalam musik pop di abad ke-20, suara Elvis Presley sama ikonik dan dapat dikenali di Barat, seperti suara Teresa Teng di Timur,” tulis The Guardian. 

Google Doodle, tribut bagi Teresa Teng dan lagu
Google Doodle, tribut bagi Teresa Teng dan lagu "The Moon Represents My Heart". Sumber: www.google.com

Sementara itu, Google pun pernah memberikan penghargaan khusus baginya. Pada tanggal 29 Januari 2018, persis di perayaan ulang tahunnya yang ke-65, mesin pencari nomor satu di dunia itu memajang sebuah doodle sebagai penghormatan bagi penyanyi cantik itu. 

Doodle itu berupa sebuah gambar animasi seorang wanita yang sedang menyanyi. Di belakangnya terdapat bulan purnama yang terang benderang. Anda pasti bisa menebaknya. Tidak salah, itulah gambar Teresa Teng yang sedang menyanyikan lagunya yang paling terkenal, "The Moon Represents My Heart".

Jadi pantas saja, Madame Tussauds Museum ikut pula mengabadikan figurnya dalam sebuah patung lilin cantik di dua museum lilinnya di Asia, yakni di Madame Tussauds Hong Kong dan Madame Tussauds Singapore.

Patung Lilin Teresa Teng di Museum Madame Tussauds Hong Kong. Sumber: www.madametussauds.com
Patung Lilin Teresa Teng di Museum Madame Tussauds Hong Kong. Sumber: www.madametussauds.com

Bagaimanapun juga, tidak ada yang sempurna di dunia. Di balik gemerlapnya prestasi sang diva di pentas musik, kehidupan pribadinya justru berjalan di jalur sepi. 

Teng tidak pernah menikah. Sekalipun sempat dihubungkan dengan sejumlah figur terkenal. Antara lain dengan Jackie Chan, bintang film kondang dari Hong Kong dan Beau Kuok, putra Robert Kuok, konglomerat tajir dari Malaysia.

Namun, semua kisah cinta itu kandas di tengah jalan. Kehidupan cintanya boleh jadi sama seperti suaranya yang sendu. Persis seperti julukan yang diberikan Tsuo Hung-yun, penulis lagu asal Taiwan. “Seven parts sweetness, three parts tears”. (Tujuh bagian manis, tiga bagian air mata).

***
Kelapa Gading, 23 Januari 2023
Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2, 3

Catatan: Semua foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto. Sedangkan video bersumber di YouTube.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun