Pandemi covid-19 terus melandai di berbagai negara. Pintu-pintu perbatasan antar negara kini hampir semuanya telah dibuka. Ratusan maskapai dunia pun kian sibuk memulihkan kapasitasnya. Namun, ada sebuah kisah dari era pandemi yang tidak mungkin terlupakan.Â
Kala banyak maskapai memilih menangguhkan ribuan penerbangannya, tidak demikian dengan sebuah maskapai yang berbasis di Doha- Qatar.
Anda pasti sudah menduga maskapai yang dimaksud itu. Tidak salah, itulah Qatar Airways! Maskapai ternama asal negara di jazirah Arab itu memang fenomenal.Â
Bayangkan saja, kala sebagian besar maskapai penerbangan mulai menangguhkan ribuan rute penerbangannya di awal pandemi. Qatar Airways justru terus terbang. Tanpa henti ke mana-mana. Tidak sekalipun membiarkan ribuan penumpangnya terdampar di bandara dunia manapun.
Qatar Airways sejatinya melalui perjalanan panjang yang cukup berliku. Betapa tidak, maskapai terbaik di dunia versi Skytrax, yang baru berdiri pada tahun 1993, sudah harus berhadapan dengan sederet maskapai pesaing di sekitarnya. Belum lagi maskapai internasional lainnya yang jauh lebih mapan.
Di kawasan yang sama, misalnya, ada Emirates dari Dubai yang telah berdiri sejak tahun 1985. Lalu ada pula Etihad Airways (2002) dari Abu Dhabi. Selanjutnya, Gulf Air (1950) dari Bahrain, Kuwait Airways (1954), Saudi Arabian Airlines (1945), Turkish Airlines (1933), dan lain-lain.
Sebagai maskapai di negara kecil dengan luas hanya 11,581 km persegi, Qatar Airways tidak memiliki rute penerbangan domestik. Dari lebih dari 150 rute yang diterbanginya, semuanya merupakan destinasi internasional. Alhasil, Qatar Airways terpaksa bertarung di pasar penerbangan internasional yang sangat ketat.
Dan mudah diduga, pesaing terberatnya tidak lain adalah Emirates dari Dubai. Inilah maskapai penerbangan terbesar di wilayah Timur Tengah. Emirates yang berdiri sejak tahun 1985 itu tidak hanya didukung armada raksasa mencapai 262 pesawat. Tetapi, juga rutenya pun sanggup menjangkau sebagian besar destinasi terkenal di dunia.
Bahkan ketika Qatar Airways mulai menapak ke level atas setelah meraih penghargaan bergengsi "Airline of the Year" dari Skytrax sekalipun, Qatar Airways seolah tetap berjuang di bawah bayang-bayang Emirates. Sang penguasa di kawasan Timur Tengah itu.
Prestasi Qatar Airways sebetulnya sangat luar biasa. Seperti diketahui, penghargaan "Skytrax World Airlines Awards" itu bak Piala Oscar versi dunia aviasi. Sebuah penghargaan prestisius yang diidamkan semua maskapai penerbangan komersial di dunia.
Pada tahun 2022 lalu, Qatar Airways sekali lagi menyabet gelar "The World's Best Airline". Mengalahkan dua maskapai terkenal, yakni Singapore Airlines dan Emirates yang masing-masing harus puas di posisi ke-2 dan ke-3. Hebatnya, Qatar Airways telah mencatat rekor sebanyak tujuh kali menyabet penghargaan Skytrax ini sejak tahun 2011. Hanya diselingi oleh Emirates (2013 dan 2016), Cathay Pacific (2014) dan Singapore Airlines (2018).
Penghargaan dalam dua tahun terakhir di era pandemi, yakni pada tahun 2021-2022 pun datang di momen yang tepat kala negeri kaya ini tengah bersiap menjadi tuan rumah FIFA World Cup 2022. Terlebih lagi, di saat yang sama, Hamad International Airport, yang menjadi hub-nya juga berhasil merebut gelar sebagai "Skytrax Best Airport Award".
Semua pencapaian itu tentu saja tidak mudah diraih. Seperti kata pepatah, "Rome wasn't built in a day". Begitu pun reputasi besar yang berhasil dibangun Qatar Airways dalam satu dekade terakhir.Â
Persis seperti reputasi mengagumkan yang disandang Singapore Airlines selama puluhan tahun. Seperti diketahui, maskapai dari negeri jiran itu adalah salah satu penerima berbagai penghargaan terbanyak di dunia.
Selama era pandemi 2020-2021, Qatar Airways tampil sebagai maskapai penerbangan terdepan di dunia. Qatar Airways adalah maskapai penerbangan terbesar yang secara konsisten terus terbang ke berbagai penjuru dunia selama masa pandemi covid-19. Kapasitas tempat duduk untuk rute jauh yang disediakannya kala itu melampaui kapasitas dari berbagai maskapai besar lain di dunia.
Pada masa penuh tekanan itu, banyak maskapai penerbangan ternama memang telah menangguhkan ribuan jadwal penerbangannya. Per tanggal 23 Maret 2020, seperti dikutip dari situs Statista, sudah lebih dari 20 maskapai penerbangan menangguhkan operasionalnya. Khususnya untuk rute penerbangan internasional.Â
Sebut di antaranya, Emirates, British Airways, Ryanair, EasyJet, Lufthansa, Virgin Atlantic, Singapore Airlines, KLM, Cathay Pacific, Aeroflot, United Airlines, American Airlines, Delta Air Lines, Qantas, dan sebagainya. Pada April 2020, konon lebih dari 16 ribu pesawat penumpang sudah di-grounded di seluruh dunia.
Sementara itu, Qatar Airways justru terus mengangkasa. Sekalipun dalam banyak penerbangan yang dilaluinya, Qatar kerap menerbangkan pesawat yang hampir kosong pada berbagai rute.Â
Semua ini dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Tetapi, juga menjaga komitmennya untuk tetap menjemput semua penumpangnya yang nyaris terlantar di berbagai bandara di dunia.
Setidaknya, itulah pengalaman saya sendiri kala hampir tertahan di bandara Helsinki pada tanggal 19 Maret 2020 silam. Banyak penerbangan dari Eropa ke Asia telah dibatalkan. Ribuan penumpang pun sibuk mencari pesawat alternatif untuk pulang ke negaranya. Demikian pula situasi di bandara Helsinki kala itu.
Di momen penuh ketidakpastian seperti itulah, Qatar Airways menunjukkan komitmennya yang luar biasa. QR-308 rute Helsinki-Doha yang menggunakan pesawat A350-900 tetap terbang sesuai jadwal. Bak janji yang tetap dipenuhi. Meskipun pesawat dengan lebih dari 400 tempat duduk itu akhirnya hanya terisi kurang dari sepertiga kapasitasnya.Â
Selama periode kelam di dunia aviasi itu, Qatar Airways berhasil merepratiasi sekitar 3.2 juta penumpangnya dari berbagai bandara di seluruh dunia kembali ke tanah airnya. Suatu langkah berani yang disebut Akbar Al Baker, CEO Qatar Airways, "Have won the loyalty of new customers".
Jenama Qatar Airways memang makin berkibar di era pandemi. Strateginya yang penuh risiko telah membuahkan hasil. Di kala banyak pesaing utama, termasuk Emirates, merampingkan armadanya. Maskapai yang saat ini mensponsori klub sepak bola PSG itu, justru merekrut staf baru dan terus berusaha mengejar hak pendaratan di berbagai destinasi baru di dunia.Â
Sukses Qatar Airways pun menjadi berita menarik di dunia aviasi. Tajuk berita "How Qatar Airways, With Its Covid-19 Playbook, Dethroned Emirates as Biggest Long-Haul Airline" banyak diulas di berbagai media ternama. Misalnya, di harian The Wall Street Journal, The Australian, dan Bangkok Post.Â
Mungkin tidak berlebihan jika dikatakan, di balik setiap krisis selalu muncul para jawara baru. Dan Qatar Airways bisa disebut salah satu di antaranya. Hanya para pemenang yang sukses mengubah setiap tantangan menjadi peluang.
***
Kelapa Gading, 13 Januari 2023
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua sumber foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H