"Aku melemparkan diriku ke dalam pelukannya," tulisnya. "Malam itu, saya duduk di kepala tempat tidur, kaki terlipat di bawah selimut. Saya senang bisa berduaan dengan pria yang saya cintai."Â
Uniknya, Dion saat itu mewakili Swiss dengan lagu "Ne partez pas sans moi". Sejak itulah, nama Dion mulai melejit sebagai salah satu penyanyi wanita tersukses di dunia.
Selama tahun 1990-an, Celine yang sudah mulai fasih berbahasa Inggris menandatangani kontrak dengan Epic Records dari AS. Beberapa album berbahasa Inggris pun mulai dirilis. Salah satu lagunya, "The Colour of My Love" (1993) kian  melambungkan namanya di blantika musik pop.Â
Namun demikian, yang membuat nama Celine Dion benar-benar mencapai puncak ketenarannya, kala sang diva merilis lagu "My Heart Will Go On"Â (1997).
Lagu fenomenal yang digunakan sebagai soundtrack film "Titanic" itu pun selanjutnya dianggap bak lagu kebangsaannya Celine Dion. Selalu dinyanyikan di hampir setiap show-nya.
Lagu yang digubah James Horner dan lirik oleh Will Jennings itu memang sangat indah. Apalagi ditunjang kesuksesan film "Titanic" di pasar global. "My Heart Will Go On" tercatat menduduki puncak tangga lagu di lebih dari 25 negara.Â
Dengan penjualan di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 18 juta copy, inilah single terlaris kedua oleh seorang wanita dalam sejarah musik. Hanya sedikit di bawah Whitney Houston dengan hits-nya, "I Will Always Love You".
Tetapi, pada tahun 1999, kala namanya sudah berada di puncak ketenaran, Celine mengumumkan untuk absen sejenak dari panggung hiburan.
Dion rupanya memilih menghabiskan waktu bersama suaminya yang saat itu didiagnosa mengidap kanker. Angelil sendiri akhirnya meninggal dunia pada tahun 2016. Meninggalkan Dion dan tiga putranya, yakni Ren-Charles (21) dan si kembar Nelson dan Eddy (11 tahun).