Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Dilema Kembalinya Wisatawan China di Destinasi Global

6 Januari 2023   10:20 Diperbarui: 7 Januari 2023   09:52 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selama era pandemi, wisatawan China lebih banyak bepergian di dalam negeri sendiri. Sumber: dokumentasi pribadi

Wisatawan China memang kerap menimbulkan sensasi. Bukan hanya soal berbagai kebiasaan uniknya. Tetapi, juga karena daya belinya yang luar biasa. Apalagi jumlah wisatawan asal Negeri Tirai Bambu itu sungguh fantastis. Dan ketika mereka bersiap melancong kembali ke seluruh penjuru dunia di awal 2023 ini, banyak negara pun dilanda dilema.

Seperti diketahui, pada 26 Desember 2022 lalu, Pemerintah China telah mengumumkan untuk mencabut kebijakan karantina bagi warganya yang datang dari luar negeri. Kebijakan, yang efektif berlaku mulai 8 Januari 2023 ini, bak membuka keran mengalir kembalinya wisatawan China ke destinasi wisata internasional. 

Kebijakan ini telah lama dinanti puluhan juta wisatawan China yang sudah tidak sabar untuk bepergian ke mancanegara. Pasalnya, mereka sudah cukup lama terisolasi akibat pembatasan garis keras yang selama ini diterapkan Pemerintah Pusat di Beijing. 

Kewajiban karantina, misalnya, pernah diterapkan secara sangat ketat di China, yakni antara 14 - 21 hari.

Wisatawan China di AS. Sumber: Mark Ralston/AFP/Getty Image/www.cfr.org
Wisatawan China di AS. Sumber: Mark Ralston/AFP/Getty Image/www.cfr.org

Alhasil, kebijakan terkini yang diambil Otoritas China terkait covid-19 pun menjadi berita besar bagi industri pariwisata dunia. Wisatawan asal China memang sangat berpengaruh bagi industri pariwisata global. Pada tahun 2019, misalnya, jumlah wisatawan China yang melakukan perjalanan ke mancanegara berkisar 155 juta wisatawan!

Tidak mengejutkan jika wisatawan China pun selalu terlihat ada di mana-mana. Dari benua Australia, Afrika, Eropa sampai Amerika. Bahkan di banyak negara, kehadiran wisatawan China begitu dominan. Thailand, contohnya. Pada tahun 2019, Negeri Gajah Putih itu menerima lebih dari 11 juta wisatawan China.

Selama era pandemi, wisatawan China lebih banyak bepergian di dalam negeri sendiri. Sumber: dokumentasi pribadi
Selama era pandemi, wisatawan China lebih banyak bepergian di dalam negeri sendiri. Sumber: dokumentasi pribadi

Wisatawan China sejatinya telah lama menjadi penyokong nomor satu industri pariwisata Thailand. Jadi wajar saja negara ini berada di barisan terdepan yang bersiap menyambut kembalinya wisatawan China. Thailand bahkan langsung memasang target tinggi sekitar 5 juta wisatawan China di tahun 2023 ini.

Tidak hanya jumlahnya yang besar. Daya beli wisatawan China pun nyaris tanpa saingan. Mereka sangat gemar berbelanja. Nyaris apa saja diborong. Dari barang suvenir yang murah meriah, hingga produk-produk branded berharga selangit. Butik-butik kelas atas di Milan, Paris dan New York sudah lama merindukan kembalinya para 'Big Spender' ini.

Turis China dikenal sangat suka shopping. Sumber: Kyle Lam/ www.bloomberg.com
Turis China dikenal sangat suka shopping. Sumber: Kyle Lam/ www.bloomberg.com

Akan tetapi, di balik antusiasme banyak negara menyambut kembalinya wisatawan Negeri Panda ke destinasi global, tidak sedikit pula yang langsung waspada. Kebijakan pelonggaran karantina yang bak mendorong wisatawan China untuk bepergian itu diterapkan di tengah melonjaknya kasus covid-19 di negara raksasa itu.

Italia, misalnya, langsung menetapkan sejumlah restriksi terkait covid-19. Semua wisatawan China yang masuk via bandara-bandara di Italia diharuskan melakukan swab antigen covid-19 dan pengurutan virus (virus sequencing). Aturan tambahan ini bahkan sudah diberlakukan di Milan Malpensa Airport, Milan, sejak akhir Desember 2022 lalu.

Negeri spaghetti ini memang tercatat sebagai negara pertama di Uni Eropa yang langsung memperketat restriksi terkait covid-19. Italia tentu saja belum lupa pengalaman pahit kala negara ini dilumpuhkan virus mematikan asal Wuhan-China itu. 

Italia adalah salah satu destinasi wisata favorit wisatawan China. Sumber: dokumentasi pribadi
Italia adalah salah satu destinasi wisata favorit wisatawan China. Sumber: dokumentasi pribadi
Sejatinya, Italia dan banyak negara Eropa sangat membutuhkan kekuatan finansial wisatawan China. Meskipun secara statistik, jumlah wisatawan China bukan yang terbesar di Eropa, tetapi pengeluaran rata-rata turis China jauh melampaui semua wisatawan dari negara lain di dunia. 

Berdasarkan data yang dirilis situs Statista, yakni "Global Outbound Travel and Tourism Expenditure 2019", wisatawan China berada di urutan pertama di atas AS, Jerman, Prancis, dan Britania Raya. Pada tahun 2019, wisatawan China menghabiskan sekitar 254.6 miyar dolar untuk perjalanan wisata ke seluruh dunia.

Langkah berani Italia pun diikuti banyak negara lain yang rutin menjadi destinasi wisata favorit wisatawan asal China. Sebut di antaranya, Spanyol, Inggris, Prancis, Australia, Kanada, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, India, dan Maroko.

Pada awalnya, Prancis, salah satu negara tujuan utama wisatawan China di Eropa, sempat mengatakan tidak perlu meningkatkan kontrol perbatasan. Persis seperti yang selama ini sudah diterapkan ke wisatawan dari berbagai negara lainnya. Tetapi, Prancis belakangan berubah sikap. 

Cannes-French Riviera, salah satu destinasi wisata populer di kalangan wisatawan China. Sumber: dokumentasi pribadi
Cannes-French Riviera, salah satu destinasi wisata populer di kalangan wisatawan China. Sumber: dokumentasi pribadi
Mulai 5 Januari 2023, Negeri Anggur itu ikut mewajibkan semua wisatawan dari China untuk menunjukkan tes Covid-19 negatif tidak kurang dari 48 jam sebelum keberangkatan ke Prancis. Selain itu, mereka juga diharuskan untuk tetap memakai masker selama penerbangan dan menjalani tes acak pada saat kedatangan.

Namun demikian, tidak semua negara di dunia mengambil sikap yang sama. Negara-negara di Asia Tenggara justru menyambut hangat kembalinya wisatawan China tanpa pembatasan apapun. Setidaknya, itulah yang telah ditetapkan di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Thailand, Singapura, Kamboja, Indonesia, dan negara ASEAN lainnya.

China memang merupakan salah satu sumber utama wisatawan bagi sebagian besar negara-negara di kawasan ini. Pada tahun 2019, seperti dikutip dari situs The Diplomat, sekitar 32 juta wisatawan China melakukan perjalanan wisata ke 10 negara ASEAN. Tentunya termasuk ke Bali, salah satu destinasi wisata di Indonesia yang sangat populer di China.

Bali, salah satu destinasi wisata impian banyak wisatawan China. Sumber: dokumentasi pribadi
Bali, salah satu destinasi wisata impian banyak wisatawan China. Sumber: dokumentasi pribadi

Indonesia sendiri menyambut positif kebijakan Pemerintah China yang akan membuka perbatasannya pada 8 Januari 2023. Dikutip dari Kompas, 03 Januari 2023, Pemerintah Indonesia bahkan sudah menetapkan target yang hendak dicapai, yakni sebanyak 253 ribu wisatawan China pada tahun 2023.

Sebagai pembanding, pada tahun 2019 silam, China berada di urutan kedua sebagai penyumbang wisatawan mancanegara terbanyak ke Indonesia. Di tahun itu, Indonesia tercatat menerima sekitar 2,07 juta wisatawan China. Hanya kalah sedikit dari wisatawan asal negeri jiran Malaysia.

Kebijakan yang diambil Pemerintah Indonesia memang bisa dimaklumi. Singapura yang selama ini sangat ketat pun tidak melihat kunjungan wisatawan China sebagai ancaman bagi Singapura. "Tourists from China not a Covid-19 Threat to S'pore's Population", demikian sebuah tajuk berita di The Straits Times. 

Namun, tidak ada salahnya pula untuk tetap bersikap hati-hati. Negara-negara yang telah memperketat perbatasan internasional untuk pelancong asal China jelas memiliki argumentasi yang kuat. Sekalipun perlakuan itu telah dikecam Pemerintah China yang menilainya sebagai sikap diskriminatif. 

Dalam siaran pers yang dikutip Kompas, Menparekraf RI Sandiaga Uno mengatakan, "Dalam menyambut wisatawan China kita lakukan dalam prinsip tentunya terbuka dengan penuh kehati-hatian."

Setuju! Terbuka, tetapi tetap disertai penerapan prokes yang ketat.

***

Kelapa Gading, 06 Januari 2023

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2

Catatan: Semua foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun