Tembok kota yang mengelilingi kota tua Yerusalem masih terlihat kokoh. Di beberapa bagian tembok yang dibangun Sultan Suleiman I dari Kekaisaran Ottoman pada abad ke-16 itu tampak menjulang tinggi. Lebih dari 12 meter! Yerusalem pun bak sebuah kota benteng yang sulit ditembus.Â
Secara tradisional, distrik Kota Tua Yerusalem terbagi dalam empat wilayah, yakni Muslim Quarter, Christian Quarter, Armenian Quarter dan Jewish Quarter. Luas wilayah kota tua di bagian Yerusalem Timur itu sebetulnya tidak terlalu besar. Hanya 0.9 km persegi!
Namun, di dalam wilayah yang sedikitnya dihuni sekitar 36,000 penduduk itu, tersimpan sejarah yang membentang lebih dari 3,000 tahun. Lebih tua dari 'street plan' kota tua itu sendiri yang konon baru dirancang di era Byzantium.
Situs-situs paling penting bagi tiga agama monoteistik pun ada di dalam kota tua ini. Di Muslim Quarter (Bagian Muslim), contohnya, berdiri kompleks Masjid Al-Aqsa. Lalu di Christian Quarter terdapat Church of the Holy Sepulchre. Dan di Jewish Quarter ada Western Wall yang dianggap suci bagi semua orang Yahudi.
Kota Tua Yerusalem sendiri dikelilingi tembok tebal dan tinggi. Tembok kota sepanjang 4 km itu dibangun pada awal abad ke-16 oleh Sultan Suleiman I dari Kekaisaran Ottoman. Sultan yang sangat termasyhur dengan julukan "Suleiman the Magnificent" itu pula yang ikut merenovasi Dome of the Rock.
Misalnya, jika mau mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa dan Tembok Ratapan, maka harus masuk melalui Dung Gate. Pintu gerbang yang berada di Jewish Quarter ini juga dikenal dengan nama Silwan Gate atau Maghrabi Gate.
Sedangkan peziarah Kristen yang hendak mengikuti prosesi Via Dolorosa biasa mengawalinya dari Lions' Gate (St. Stephen's Gate). Pintu ini memang yang terdekat ke St. Anne's Church dan Pools of Bethesda. Pun tidak berapa jauh ke Stasi Pertama. Dan itulah yang saya lakukan kala ke Yerusalem belum lama ini.
Via Dolorosa adalah salah satu prosesi penting yang tidak pernah dilewatkan semua peziarah Kristen yang datang ke Yerusalem. Rute prosesi, yang terdiri dari 14 stasi perhentian itu, telah ditetapkan oleh Ordo Fransiskan sejak abad-19.
Prosesi sepanjang lebih dari 600 meter itu diawali dari Stasi I yang terletak di bekas Benteng Antonio di Muslim Quarter. Dan berakhir di Stasi XIV di bukit Golgota yang kini telah menjadi bagian dari Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre) yang berada di Christian Quarter.
Via Dolorosa yang berasal dari bahasa Latin berarti "The Way of Suffering"Â (Jalan Kesengsaraan). Atau populer disebut sebagai Jalan Salib. Jadi, sejatinya Via Dolorosa menyajikan suatu napak tilas dari peristiwa memilukan yang menimpa Yesus Kristus kala memanggul salib menuju Golgota.
Stasi I sampai Stasi IX berlokasi di jalan-jalan sempit dan berkelok-kelok di Muslim Quarter. Jalan-jalan yang dijejali banyak toko suvenir di kedua sisi jalan. Dan hanya Stasi X-XIV yang berada di lokasi yang sama, yakni di Gereja Makam Kudus atau Church of the Holy Sepulchre.
Lokasi inilah yang diyakini sebagian besar umat Kristen sebagai Bukit Golgotta (Kalvari). Dan Stasi XIV adalah Makam Kudus itu sendiri yang juga berada di dalam kompleks gereja ini. Makam ini adalah milik dari Joseph Arimathea yang memohon kepada Pilatus untuk mengambil jenazah Yesus.
Menariknya, ini bukan sebuah gereja tunggal. Di dalam komplek gereja besar ini sejatinya terdapat beberapa gereja dan kapel lain yang dimiliki 6 (enam) denominasi berbeda, yakni Catholic, Armenian Orthodox, Greek Orthodox, Ethiopian Orthodox, Syriac Orthodox dan Coptic Orthodox.
Tidak kalah uniknya, pemegang kunci kompleks gereja ini adalah Adeed Jawad Judeh Al Husseine. Seorang tokoh Muslim yang leluhurnya telah dipercaya memegang kunci gereja itu selama ratusan tahun. Konon sejak 1187, dua kunci besi gereja besar ini telah dipercayakan ke dua keluarga Muslim, yakni Nuseibeh dan Judeh.
Bagian Kota Tua Yerusalem lain yang sama pentingnya dengan Church of the Holy Sepulchre berada di Muslim Quarter, bagian terbesar dari Kota Tua Yerusalem. (Lihat peta). Anda pasti bisa menduganya dengan tepat. Tidak salah! Itulah kompleks Masjid Al-Aqsa yang sangat terkenal.
Dari pintu gerbang yang sama pula kita bisa mencapai Western Wall atau Tembok Ratapan, tempat paling suci bagi orang Yahudi. Dua tempat suci bagi umat Islam maupun Yahudi berada sangat berdekatan di sini. Penjagaan pun terlihat jauh lebih ketat. Bak security check di bandara.
Selain semua situs bersejarah di atas, kawasan Western Wall masih menyimpan sebuah pesona lain yang jarang diketahui wisatawan umumnya. Itulah Western Wall Tunnel. Sebuah terowongan bersejarah yang dimulai dari pintu masuk di bagian selatan, dekat Tembok Ratapan dan berujung di Via Dolorosa.
Jika bagian terbuka Tembok Barat (Tembok Ratapan) hanya memiliki panjang sekitar 60 meter, maka sebagian besar panjang aslinya yang mencapai 488 meter justru tersembunyi jauh di bawah tanah. Dan bagian bersejarah itulah yang kini dikemas dalam sebuah paket wisata bertajuk "Western Wall Tunnel Tours".
Pintu masuk ke Armenian Square bisa melalui Zion Gate dan Jaffa Gate. Orang-orang Armenia memang telah lama mendiami kawasan ini. Setidaknya sejak abad ke-4, yakni setelah bangsa mereka mengadopsi agama Kristen. Dan sejak itu pula para biarawan asal Armenia mulai menetap di Yerusalem.
Jalan-jalan di kota tua seperti Yerusalem memang berbeda dengan kota tua manapun di dunia. Di setiap sudut kota seolah ada sesuatu yang membuat Anda otomatis berhenti. Lalu merenung sejenak. Dan waktu pun seakan terlempar kembali ke suatu masa. Ratusan tahun sebelumnya.
Dengan semua latar belakang sejarah yang begitu panjang dan penting, Kota Tua Yerusalem pun termasuk kota yang wajib dilindungi. Sejak tahun 1981, Kota Tua Yerusalem bersama Tembok Kotanya, pun ditetapkan sebagai bagian dari UNESCO World Heritage Sites.Â
Kota Tua Yerusalem telah berdiri selama lebih tiga milenium. Dan mungkin saja akan terus bertahan selamanya. Kota ini memang kota spesial. Kota para Nabi yang selalu terberkati. Seperti kata Abdullah bin Umar, seorang sahabat Nabi Muhammad, yang mengatakan:
"Baitul Magdis (sebutan lain untuk Kota Tua Yerusalem) adalah tempat para Nabi dan berkumpulnya mereka untuk beribadah. Tidak ada sejengkal pun tanah di tempat itu yang tidak dipakai untuk sembahyang oleh para Nabi atau para Malaikat".Â
***
Kelapa Gading, 5 November 2022
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi, kecuali foto peta kota tua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI