Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ljubljana, "The Dragon City" yang Menawan

16 Oktober 2022   10:06 Diperbarui: 16 Oktober 2022   18:45 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fishmarket Footbridge. Sumber: dokumentasi pribadi

Dua titik di peta Eropa itu terlihat cukup berdekatan. Zagreb di Kroasia dan Ljubljana di Slovenia memang hanya berjarak sekitar 140 km saja. Anda bahkan bisa mencapainya dalam waktu 2.5 jam saja dengan kereta api. Begitupun dari arah Venezia yang terletak sekitar 240 dari kota ini. Bisa dijangkau dalam waktu sekitar 3.5 jam dengan bus wisata.

Ibu kota Slovenia ini memang banyak didatangi wisatawan melalui kota Zagreb maupun kota Venezia. Dua kota ternama dari dua negara tetangganya di kawasan itu. Dan tentu saja melalui bandara utamanya juga, yakni Ljubljana Joze Pucnik Airport yang dilayani belasan maskapai internasional dari berbagai kota di Eropa.

Ljubljana, yang di masa lalu dikenal dengan nama Aemona, adalah ibu kota dan sekaligus kota terbesar di Slovenia. Kota kelahiran Samir Handanovic, kapten dan penjaga gawang Inter Milan, juga adalah pusat kebudayaan, edukasi, ekonomi dan politik di negara bekas pecahan Yugoslavia itu.

Nama Ljubljana baru mulai disebut pada abad ke-12. Di era medieval itu, namanya masih disebut Luwigana. Kota ini menjadi penting karena posisinya yang strategis di jalur perdagangan nan sibuk antara sisi utara Laut Adriatik dan wilayah Danube. Saat itu Ljubljana adalah ibu kota dari Carniola, salah satu wilayah di bawah Kekaisaran Habsburg.

Pesona kota Ljubljana. Sumber: dokumentasi pribadi
Pesona kota Ljubljana. Sumber: dokumentasi pribadi
Setelah Perang Dunia II, Ljubljana pun menjadi ibu kota Republik Sosialis Slovenia. Negara sosialis itu sendiri selanjutnya menjadi bagian dari Republik Federal Sosialis Yugoslavia. Dan Ljubljana kemudian tetap menjadi ibu kota negara setelah Sovenia menyatakan merdeka pada tahun 1991.

Dan sejak itulah kota cantik ini mulai menarik perhatian wisatawan dunia. Apalagi lokasinya memang tidak terlalu jauh dari Venezia, salah satu kota wisata paling populer di Italia. Belum lagi, posisi Ljubljana pun sangat ideal sebagai kota persinggahan sebelum meneruskan perjalanan ke Kroasia. Negara yang dianggap paling sukses di industri pariwisata di wilayah Balkan.

Congress Square, salah satu alun-alun di kota Ljubljana. Sumber: dokumentasi priabdi
Congress Square, salah satu alun-alun di kota Ljubljana. Sumber: dokumentasi priabdi

Sebagai destinasi wisata yang terus berkembang, Ljubljana jelas sangat layak dijelajahi. Lanskap kota yang berdiri di tepi Sungai Ljubljanica itu dihiasi 5 alun-alun indah, 17 jembatan cantik, dan deretan bangunan menawan dengan berbagai gaya arsitektur dari era berbeda.

Kota ini kian menarik, karena di balik pesona arsitektur kota, tersimpan banyak kisah inspiratif. Ljubljana pernah diguncang dua kali gempa bumi besar yang memorak-porandakan banyak bangunan di kota ini. Tetapi, Ljubljana bangkit kembali. Tidak itu saja, restorasi pasca gempa besar itu juga memberi warna arsitektur berbeda bagi kota ini.

Jika restorasi setelah gempa tahun 1511 memberikan sentuhan arsitektur baroque dari banyak bangunan yang dibangun kembali. Maka lain lagi pasca gempa bumi di tahun 1895. Kota berpenduduk sekitar 295 ribu ini mulai ditaburi bangunan baru dengan gaya arsitektur Vienna Secession. Sebuah gerakan seni yang condong ke Art Nouveau.

Ursuline Church of the Holy Trinity, gereja bergaya baroque di alun-alun Kongres. Sumber: dokumentasi pribadi
Ursuline Church of the Holy Trinity, gereja bergaya baroque di alun-alun Kongres. Sumber: dokumentasi pribadi
Akan tetapi, wajah Ljubljana terkini bisa disebut sangat dipengaruhi karya-karya Joze Plecnik, arsitek kenamaan asal kota ini dan beberapa arsitek terkenal lainnya. Karya-karya Plecnik, yang pernah lama berkarir di Wina dan Praha itu, ikut memodernisasi wajah urban ibu kota Slovenia.

Joze Plecnik memang sangat dihormati di Ljubljana. Dia mulai menata wajah kota ini sejak kembali ke Ljubljana pada tahun 1920 hingga wafat di tahun 1957. Jejak karyanya menghiasi berbagai sudut kota Ljubljana. Mulai dari Triple Bridge, Ljubljana Central Market, National and University Library of Slovenia, Church of St. Michael, dan lain-lain.

Triple Bridge yang melayang di atas sungai Ljubljanica. Sumber: dokumentasi pribadi
Triple Bridge yang melayang di atas sungai Ljubljanica. Sumber: dokumentasi pribadi
Triple Bridge, salah satu karyanya, sangat terkenal di Ljubljana. Tiga jembatan yang dibuka pada tahun 1932 itu, menghubungkan kawasan bersejarah dan wilayah modern Ljubljana. Dengan kontribusinya yang begitu besar bagi kampung halamannya, Plecnik pun kerap disanjung dengan sebutan "The Man Who Built Ljubljana". 

Ljubljana bukanlah sebuah kota besar. Luas kota ini hanya sekitar 163 km persegi. Pusat kotanya lebih kecil lagi. Dan kota ini memang termasuk salah satu ibu kota terkecil di Eropa. 

Dari satu objek wisata ke objek wisata lainnya cukup dengan berjalan kaki. Dan begitulah yang saya lakukan kala mulai menjelajahi kota ini dari Preseren Square yang berada di sebelah Triple Bridge. 

Sisi lain dari Preseren Square, Ljubljana. Sumber: dokumentasi pribadi
Sisi lain dari Preseren Square, Ljubljana. Sumber: dokumentasi pribadi
Preseren Square termasuk zona pejalan kaki di kota tua Ljubljana. Inilah alun-alun paling terkemuka di kota Ljubljana. Selain populer sebagai redezvous bagi warga kota ini, alun-alun ini juga menjadi lokasi berbagai festival. Misalnya, dragon carnival, konser, dan sebagainya.

Nama Preseren diambil dari nama France Preseren, penyair kondang Slovenia. Sebuah monumen atas namanya juga didirikan di alun-alun ini. Persis di depan Ljubljana Central Pharmacy. Salah satu bangunan bersejarah yang dibangun dengan gaya neo-renaissance.

Namun, sang bintang di alun-alun ini tidak lain adalah Franciscan Church of the Annunciation. Sebuah gereja milik ordo Fransiskan yang dibangun pada tahun 1646 dan 1660. Sedangkan fasad gereja yang berbalut warna merah menawan itu baru dibangun dengan gaya baroque pada tahun 1703-1706.

Franciscan Church of Annunciaten, Ljubljana. Sumber: dokumentasi pribadi
Franciscan Church of Annunciaten, Ljubljana. Sumber: dokumentasi pribadi
Pesonanya juga membuat gereja ini menjadi salah satu objek foto yang sangat populer di Ljubljana. Saya sendiri telah memotretnya beberapa kali dari berbagai sudut kota. Bahkan di malam sebelumnya, saya sempat mengabadikannya dari atas Fish Market Footbridge. Jembatan khusus pejalan kaki yang menjadi spot foto terkenal di kota ini.

Fishmarket Footbridge. Sumber: dokumentasi pribadi
Fishmarket Footbridge. Sumber: dokumentasi pribadi
Dari Preseren Square, saya lalu menyeberangi Triple Bridge menyusuri Stritarjeva Ulica hingga tiba di Town Square (Mestni trq), sebuah alun-alun lain di kota tua Ljubljana. Tempat berdirinya Town Hall dan berbagai bangunan era medieval lainnya. Gedung Balai Kota bergaya baroque itu dibangun antara tahun 1717-1719.

Alun-alun ini seakan memamerkan deretan bangunan dari abad pertengahan yang masih terawat dengan baik. Dan of course, sedap dipandang pula. Sebuah air mancur cantik membuat alun-alun ini kian atraktif. Itulah Robba Fountain yang dirancang Francesco Robba, seorang pematung asal Italia.

Robba Fountain dan Ljubljana Town Hall. Sumber: Dunja Wedam / www.visitljubljana.com via travelslovenia.org
Robba Fountain dan Ljubljana Town Hall. Sumber: Dunja Wedam / www.visitljubljana.com via travelslovenia.org

Hanya sekitar 100 meter dari situ berdiri Ljubljana Cathedral. Katedral yang resminya disebut Cathedral of Saint Nicholas itu, awalnya dibangun dengan gaya arsitektur gotik. Tetapi, setelah restorasi di awal abad ke-18, katedral ini pun dirancang kembali dengan sentuhan arsitektur baroque.

Menara dan kubah Katedral Ljubljana. Sumber: dokumentasi pribadi
Menara dan kubah Katedral Ljubljana. Sumber: dokumentasi pribadi
Tidak jauh dari katedral ini, sebuah bangunan lainnya tampil tidak kalah memikat. Itulah Ljubljana Central Market yang sering juga dijuluki Plecnik's Market. Pasalnya, inilah salah satu mahakarya dari arsitek Joze Plecnik. Arsitek yang kerap dibandingkan dengan Antoni Gaudi, arsitek ternama dari Barcelona.

Bangunan pasar yang dibangun di tepi sungai Ljubljanica itu membentang dari Triple Bridge sampai Dragon Bridge. Dua jembatan paling terkenal di Ljubljana. Namun, uniknya, di antara kedua jembatan itu terdapat sebuah jembatan lain yang banyak menjadi spot foto pasangan yang sedang kasmaran.

Ljubljana Central Market. Sumber: dokumentasi pribadi
Ljubljana Central Market. Sumber: dokumentasi pribadi
Nama resminya adalah Butcher's Bridge (Mesarski Most). Tetapi, jembatan berlantai kaca itu lebih tenar dengan sebutan "Love Locks Bridge". Itulah sejenis jembatan yang dipenuhi gembok yang dipasang pasangan kekasih. Mirip dengan yang pernah ada di Pont des Arts di Paris.

Jembatan Gembok Cinta. Sumber: dokumentasi pribadi
Jembatan Gembok Cinta. Sumber: dokumentasi pribadi
Meskipun banyak jembatan menarik di Ljubljana, tetapi ada satu jembatan yang tidak boleh dilewatkan. Namanya Dragon Bridge! Sebuah jembatan besar yang keempat sisinya dihiasi sebuah patung naga. Naga adalah simbol kota Ljubljana. Dan ada legenda menarik di balik itu.

Alkisah, Ljubljana pernah diserang seekor naga. Jason, pahlawan dalam mitologi Yunani dan pimpinan Argonaut, yang kebetulan lewat di wilayah ini lalu bertarung melawannya. Sang naga pun berhasil ditaklukkan. 

Untuk mengenang sang naga yang telah menjadi simbol kota Ljubljana, maka dibangunlah jembatan ini. Dragon Bridge awalnya bernama "The Jubilee Bridge of the Emperor Franz Josef I". Namun, sejak 1 Juli 1919, nama jembatan ini dirubah menjadi Dragon Bridge atau Jembatan Naga.

Patung Naga di Jembatan Naga. Sumber: Tibor Lelkes/ www.travelslovenia.org
Patung Naga di Jembatan Naga. Sumber: Tibor Lelkes/ www.travelslovenia.org
Sejak menyeberangi Triple Bridge, lalu menyusuri Stritarjeva ulica ke Town Square, terus menuju Ciryl-Methodius Square, hingga tiba di Dragon Brigde, bayangan Ljubljana Castle seakan terus mengikutiku. Sosok kastel di atas bukit itu memang begitu mendominasi wajah kota tua ini.

Dan akhirnya, saya pun melangkah ke sana. Apalagi jarak dari Vodnik Square, alun-alun di depan Ljubljana Central Market, ke stasiun funicular untuk ke puncak bukit kastel sangat dekat. 

Namun, sebelum melangkah ke sana, mari mengagumi pesona Vodnik Monument. Sebuah monumen yang didedikasikan bagi Valentin Vodnik, seorang jurnalis, penyair dan sekaligus pendeta asal Carniola.

Monumen Vodnik di Ljubljana. Sumber: dokumentasi pribadi
Monumen Vodnik di Ljubljana. Sumber: dokumentasi pribadi

Setelah beberapa kali memotret monumen Vodnik, saya terus melangkah menuju stasiun funicular yang hanya berjarak sekitar 200 meter di seberang. Pilihan naik funicular memang cara terbaik ke puncak bukit kastel. Kecuali Anda penggemar trekking yang bisa juga ke puncak bukit dengan berjalan kaki.

Kastel di atas Castle Hill ini berada di urutan teratas sebagai objek wisata paling populer di Ljubljana. Kastel yang mulai dibangun pada abad ke-11 itu awalnya merupakan sebuah benteng pertahanan. Namun, sejak pertengahan abad ke-14, kastel ini digunakan sebagai kediaman penguasa Carniola.

Kompleks Kastel Ljubljana. Sumber: dokumentasi pribadi
Kompleks Kastel Ljubljana. Sumber: dokumentasi pribadi
Ljubljana Castle, yang telah menjadi sebuah landmark kota, kini digunakan sebagai museum, ruang eksibisi, serta restoran. Dari atas Viewing Tower, panorama kota Ljubljana terlihat begitu menawan. Sebuah kota yang boleh jadi menjadi idaman banyak wisatawan sebagai tempat tinggal ideal.

Panorama kota dan sungai dilihat dari atas kastel. Sumber: dokumentasi pribadi
Panorama kota dan sungai dilihat dari atas kastel. Sumber: dokumentasi pribadi
Akan tetapi, dari atas ketinggian menara pengintai ini pula, tetiba saya teringat sebuah novel karya Paulo Coelho. Apakah novelis kondang asal Brazil itu pernah berdiri di atas kastel ini?

Jika pernah, mengapa novelnya yang mengambil latar belakang kota Ljubljana ini, harus diberi judul "Veronika Decides to Die". Bukankah lebih tepat bertajuk, "Veronika Decides to Live in Ljubljana!"? Terdengar lebih pas, bukan? Hahaha. :)

***

Kelapa Gading, 16 Oktober 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan: 

Semua foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi, kecuali dua foto dari visitljubljan.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun