Dua titik di peta Eropa itu terlihat cukup berdekatan. Zagreb di Kroasia dan Ljubljana di Slovenia memang hanya berjarak sekitar 140 km saja. Anda bahkan bisa mencapainya dalam waktu 2.5 jam saja dengan kereta api. Begitupun dari arah Venezia yang terletak sekitar 240 dari kota ini. Bisa dijangkau dalam waktu sekitar 3.5 jam dengan bus wisata.
Ibu kota Slovenia ini memang banyak didatangi wisatawan melalui kota Zagreb maupun kota Venezia. Dua kota ternama dari dua negara tetangganya di kawasan itu. Dan tentu saja melalui bandara utamanya juga, yakni Ljubljana Joze Pucnik Airport yang dilayani belasan maskapai internasional dari berbagai kota di Eropa.
Ljubljana, yang di masa lalu dikenal dengan nama Aemona, adalah ibu kota dan sekaligus kota terbesar di Slovenia. Kota kelahiran Samir Handanovic, kapten dan penjaga gawang Inter Milan, juga adalah pusat kebudayaan, edukasi, ekonomi dan politik di negara bekas pecahan Yugoslavia itu.
Nama Ljubljana baru mulai disebut pada abad ke-12. Di era medieval itu, namanya masih disebut Luwigana. Kota ini menjadi penting karena posisinya yang strategis di jalur perdagangan nan sibuk antara sisi utara Laut Adriatik dan wilayah Danube. Saat itu Ljubljana adalah ibu kota dari Carniola, salah satu wilayah di bawah Kekaisaran Habsburg.
Setelah Perang Dunia II, Ljubljana pun menjadi ibu kota Republik Sosialis Slovenia. Negara sosialis itu sendiri selanjutnya menjadi bagian dari Republik Federal Sosialis Yugoslavia. Dan Ljubljana kemudian tetap menjadi ibu kota negara setelah Sovenia menyatakan merdeka pada tahun 1991.
Dan sejak itulah kota cantik ini mulai menarik perhatian wisatawan dunia. Apalagi lokasinya memang tidak terlalu jauh dari Venezia, salah satu kota wisata paling populer di Italia. Belum lagi, posisi Ljubljana pun sangat ideal sebagai kota persinggahan sebelum meneruskan perjalanan ke Kroasia. Negara yang dianggap paling sukses di industri pariwisata di wilayah Balkan.
Sebagai destinasi wisata yang terus berkembang, Ljubljana jelas sangat layak dijelajahi. Lanskap kota yang berdiri di tepi Sungai Ljubljanica itu dihiasi 5 alun-alun indah, 17 jembatan cantik, dan deretan bangunan menawan dengan berbagai gaya arsitektur dari era berbeda.
Kota ini kian menarik, karena di balik pesona arsitektur kota, tersimpan banyak kisah inspiratif. Ljubljana pernah diguncang dua kali gempa bumi besar yang memorak-porandakan banyak bangunan di kota ini. Tetapi, Ljubljana bangkit kembali. Tidak itu saja, restorasi pasca gempa besar itu juga memberi warna arsitektur berbeda bagi kota ini.
Jika restorasi setelah gempa tahun 1511 memberikan sentuhan arsitektur baroque dari banyak bangunan yang dibangun kembali. Maka lain lagi pasca gempa bumi di tahun 1895. Kota berpenduduk sekitar 295 ribu ini mulai ditaburi bangunan baru dengan gaya arsitektur Vienna Secession. Sebuah gerakan seni yang condong ke Art Nouveau.