Minggu, 28 Agustus 2022. Sejak pagi puluhan bus berukuran besar mulai menyesaki jalan-jalan di wilayah Gunungkidul, Yogyakarta. Tidak sulit menduga arah tujuan bus-bus itu. Di akhir pekan seperti itu, pantai-pantai di sepanjang pesisir Gunungkidul bak magnet yang menarik hadirnya ribuan wisatawan domestik.
Di pantai Indrayanti, misalnya, puluhan rumah makan pun bak bersiap menyambut datangnya wisatawan yang selalu memadati kawasan pantai populer itu di saban akhir pekan. Tidak kalah sigapnya, puluhan tukang parkir yang berjajar di tepi jalan pun aktif menawarkan lahan parkirnya untuk kendaraan yang lewat. Meriah!
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, memang terkenal dengan wisata pantainya. Puluhan pantai nan eksotis bertaburan di sepanjang pesisir selatan kabupaten ini. Setidaknya lima puluh pantai berjajar dari ujung barat hingga ujung timur. Luar biasa!
Sebut di antaranya, Pantai Baron, Kukup, Drini, Ngrumput, Slili, Indrayanti, Watulawang, Watunene, Seruni, Timang, Wediombo, Jungwok, Watu Lumbung dan lain-lain. Wisatawan yang pertama kali ke destinasi wisata ini boleh jadi bingung memilih pantai mana yang sebaiknya dituju. Semuanya menarik! Setiap pantai menggoda!
Meskipun demikian, bersama sebuah komunitas fotografer lanskap, kami sudah menetapkan pilihan hati nan jelas. :) Bukan pantai-pantai populer yang dipadati pengunjung itu. Tidak pula pantai-pantai untuk bersantai di pasir putih dan berenang. Tetapi pantai-pantai yang ideal buat berburu foto.
Pantai Watu Lumbung, yang sudah kami kunjungi Sabtu kemarin, terletak di Desa Balong, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Pantai ini berjarak sekitar 22 km dari Pantai Indrayanti yang kami gunakan sebagai 'home-base'. Maklum lebih mudah mencari penginapan di sini.
Namun, berbeda dengan Pantai Indrayanti yang selalu dipadati pengunjung di setiap akhir pekan, Watu Lumbung justru relatif masih sangat sepi. Pantai ini memang belum tentu cocok buat semua pengunjung. Selain tidak berpasir, pantai ini pun sama sekali tidak aman untuk berenang.
Salah satu formasi batu karang di Watu Lumbung- Gunungkidul. Sumber: dokumentasi pribadi
Meskipun begitu, jangan pernah ragukan pesona pantai ini. Watu Lumbung dihiasi deretan batu karang dengan formasi yang sangat unik. Sekilas mirip dengan Pantai Sawarna di Banten yang sudah sangat terkenal itu. Atau bisa juga dibandingkan dengan Gigi Hiu di Lampung. Dua pantai yang terkenal sebagai surga bagi landscapers.
![Salah satu formasi batu karang di Watu Lumbung- Gunungkidul. Sumber: dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2022/10/12/dsc01832-01-63468720a51c6f22dd796e72.jpeg?t=o&v=770)
Bahkan lokasinya yang agak tersembunyi dengan akses yang lebih sulit itu membuatnya makin menarik dijelajahi. Rute ke pantainya membutuhkan energi ekstra. Melalui jalan kecil menurun dan sedikit curam. Apalagi jika habis turun hujan yang membuatnya kian licin. Untung saja, ada ojek motor yang bisa mengantar turun. :) :)
Dengan semua tantangan itu, Watu Lumbung tetap saja banyak diburu peminat fotografi lanskap maupun wisatawan yang mencari pantai dengan panorama berbeda. Juga tanpa harus berjejal di sebuah pantai dengan ratusan pengunjung lainnya. Dan Watu Lumbung memang menjanjikan semua itu.
Nama pantai Watu Lumbung berasal dari nama salah satu dari dua batu karang kokoh yang telah menjadi ikon pantai cantik ini, yakni Watu Lumbung dan Watu Semar. Watu Lumbung adalah batu yang terbesar. Batu karang dengan bentuk yang memang mirip lumbung.
Oh, tentu saja, pesona Watu Lumbung tidak hanya terletak pada kedua batu itu. Di sisi lain pantai pun, kita bisa menyaksikan formasi batu yang memamerkan suatu pemandangan dramatis. Apalagi ketika menjelang senja. Ayo, amati sebuah punggung batu karang yang kian menghitam di remang senja itu. Mirip kepala naga, bukan?
Ada yang sibuk memotret di antara celah batu karang. Ada pula yang memanjat ke atas batu karang lainnya. Dan yang lain mencoba merekam momen-momen indah itu melalui sebuah lubang bak goa kecil. Sepertinya Watu Lumbung telah sukses membius semua pengunjung saat itu.
Nama unik ini konon berasal dari gunung berapi purba yang meletus sehingga menjadi krowok (lubang). Selanjutnya, nama itu berubah menjadi Jungwok. Tetapi, ada versi lain. Katanya, bentuk garis pantai yang melengkung itulah yang membuatnya disebut Jungwok. Well, sabda William Shakepeare, apalah arti sebuah nama. Yang pasti, Jungwok memang woke!
Dibandingkan Watu Lumbung, Pantai Jungwok pun terlihat lebih ramai. Setidaknya, dalam dua kunjungan ke pantai ini, saya bertemu cukup banyak kelompok wisatawan lokal. Tidak ketinggalan pula komunitas pecinta alam yang bahkan berkemah di tepi pantai ini. Jungwok disebut cukup populer sebagai lokasi camping.
Pantai Jungwok memang sangat memikat. Selain hamparan pasir putihnya yang indah, sebuah batu karang besar di tepi pantai membuatnya makin memesona. Itulah Si Watu Topi! Batu karang yang berdiri kokoh tidak jauh dari garis pantai. Sang ikon dari Jungwok inilah yang membuat pantai ini pun disebut mirip dengan Tanah Lot di Bali. Hanya tentu saja, di puncak batu karang ini tidak ada pura sebagaimana di Tanah Lot.
Di samping Watu Topi, pantai ini juga dihiasi banyak batu karang yang tersebar di kedua ujung pantai. Tidak kala memesonanya adalah batu-batu di tepian pantai yang dibalut lumut hijau. Terlebih lagi ketika batu-batu berlumut itu disapu cahaya mentari pagi nan lembut. Wow, Jungwok pun tampak kian cemerlang.Â
Baik Jungwok maupun Watu Lumbung bisa disebut bak "Hidden Treasures" dari Kabupaten Gunungkidul yang kini seakan ngebut mempromosikan destinasi wisatanya. Infrastruktur di kawasan ini pun terus diperbaiki. Akses jalan ke kawasan pantai kian mulus.
Gunungkidul, yang dikenal tandus dan sering mengalami kekeringan itu, kini pantas berharap banyak dari industri pariwisata. Tetapi, jangan lupa, mengelola sebuah destinasi wisata alam memang tidak mudah. Daya tarik utamanya adalah alam itu sendiri. Jika pesona alamnya memudar, maka hilang pula daya tariknya.Â
Tertarik ke Gunungkidul? Yuk, ke sana.
***
Kelapa Gading, 12 Oktober 2022
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan:Â
Semua foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI