Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Merebut Wisatawan di Garis Start

20 September 2022   08:41 Diperbarui: 24 September 2022   08:45 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Livery "Amazing Thailand" di pesawat Thai Air Asia.| Sumber: milesflyer/jetphotos.com

Industri pariwisata global telah kembali. Setidaknya, begitulah yang diyakini banyak pelaku pariwisata. Namun, pada saat yang sama, kompetisi untuk merebut hati wisatawan agar ke suatu destinasi pun makin sengit. Persaingan ini bahkan telah dimulai jauh sebelumnya. Kala gendang perang baru ditabuh di berbagai arena pameran wisata internasional. Kala seorang wisatawan itu sendiri sejatinya belum memutuskan apapun...

Indonesia pernah menggebrak kota Paris, ibu kota Prancis, dengan kampanye wisata yang atraktif. Dengan mengusung slogan "Wonderful Indonesia" itu, 16 Open Tours bus di kota mode itu pun dihiasi branding "Wonderful Indonesia" yang memamerkan pesona dari berbagai destinasi andalan. Dari Danau Toba sampai Raja Ampat.

Dengan gaya kampanye yang sama, logo Wonderful Indonesia juga pernah menempel di badan bus-bus sightseeing di Berlin, ibu kota Jerman. Persisnya, sehari sebelum pagelaran "Internationale Tourismus-Borse Berlin" (ITB Berlin) 2019, yakni pameran pariwisata terbesar di dunia yang berlangsung di Berlin Expo Center City, 06- 10 Maret 2019.

Bus dengan branding
Bus dengan branding "Wonderful Indonesia" di Berlin, Jerman.| Sumber: istimewa/Liputan6.com
Dan siapa bisa melupakan momen membanggakan kala penyanyi Anggun C. Sasmi ikut nyinden di Rue de Rivoli, sebuah jalan terkenal di jantung kota Paris. Pelantun "Snow on the Sahara" itu tampil bersama sebuah Orkestra Gamelan dalam pembukaan gelaran bertajuk "Java in Paris" di hadapan ribuan warga Paris pada tanggal 8 Juni lalu.

Anggun C. Sasmi nyinden di Rue de Rivoli, Paris. | Sumber: instagram @joshosuna/Kompas.com
Anggun C. Sasmi nyinden di Rue de Rivoli, Paris. | Sumber: instagram @joshosuna/Kompas.com
Alhasil, berbagai promosi wisata yang langsung masuk ke sentra pariwisata di kedua kota ini pun bakal tersimpan lama dalam benak warga kedua kota itu. Suatu memory yang pada ujungnya bisa menjadi pemicu hasrat ingin tahu lebih lanjut dengan mengunjungi Indonesia.

Kampanye wisata di Paris maupun Berlin tentu saja bisa dimengerti. Sebagaimana diketahui, Prancis dan Jerman termasuk di antara negara-negara penyumbang turis terbesar di dunia. Dalam terminologi pariwisata kerap disebut sebagai Tourist Generating Countries.

Tahun 2019 lalu, tercatat lebih dari 70 juta perjalanan dilakukan warga Jerman ke seluruh dunia. Sementara itu, setahun sebelumnya, Prancis pun menorehkan rekor impresif. Diperkirakan lebih dari 50 juta perjalanan ke luar negeri dilakukan penduduk negeri anggur itu. Suatu potensi besar yang pantas dibidik Indonesia.

Paris sendiri adalah etalase pariwisata global. Kampanye wisata di kota terkenal ini tentu saja penting. Tidak hanya bisa mencuri perhatian warga lokal, tetapi sekaligus mempromosikan ke wisatawan dunia yang sedang berlibur di kota itu. Asal tahu saja, setiap tahun Paris dikunjungi sekitar 20 juta wisatawan mancanegara.

Taxi di Paris dengan logo
Taxi di Paris dengan logo "Wonderful Indonesia". | Sumber: Kemenpar/VITO Prancis/Kompas.com
Namun demikian, Indonesia tidak sendiri. Dengan strategi berbeda, negara-negara pesaing dari Asia Tenggara pun tidak kalah gencar mempromosikan destinasi masing-masing. Sementara itu, wisatawan Eropa sendiri mungkin saja tidak melihat perbedaan signifikan dari berbagai destinasi yang ditawarkan negara-negara di Asia Tenggara.

Bahkan jika hanya menjual "3 S" alias "Sun, Sea, and Sand", maka Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina kerap dianggap berperang dengan peluru yang nyaris sama. Jika Indonesia mengandalkan Bali, Lombok, Labuan Bajo, dan lain-lain. Maka Thailand menjagokan Phuket, Ko Phi Phi, dan Koh Samui.

Pulau Lombok, Indonesia.| Sumber: dokumentasi pribadi
Pulau Lombok, Indonesia.| Sumber: dokumentasi pribadi

Bagaimana dengan Malaysia dan Filipina? 

Tidak berbeda jauh. Malaysia memiliki Pulau Langkawi, Pulau Tioman, dan lain-lain. Sedangkan Filipina menawarkan deretan destinasi wisata topnya, antara lain Boracay, Bohol, Coron, dan sebagainya.

Nah, Anda bisa melihat kesamaannya, bukan? 

Memang tidak mudah menampilkan diferensiasi produk di antara negara dari kawasan yang sama-sama memiliki ratusan pantai dan pulau indah. Dengan hanya mengandalkan aset wisata yang ada tanpa strategi yang tepat, maka kita akan selalu tertinggal dari pesaing lainnya.

Coba saja lihat pencapaian Singapore yang kerap dianggap tidak memiliki apapun. Negeri Singa itu tidak mempunyai pulau seindah Bali - Indonesia atau destinasi secantik Coron di Palawan- Filipina. Namun, jumlah kunjungan wisatawan ke negara ini justru melampaui pencapaian Indonesia maupun Filipina.

Pada tahun 2019 lalu, Singapore sukses menarik sekitar 19.1 juta wisatawan. Sementara Indonesia dan Filipina masing-masing hanya mendapatkan 16.1 juta dan 8.26 juta. Lalu apa kunci keberhasilan negara kecil berpenduduk 5,4 juta jiwa itu?

Singapura selama ini terkenal dengan berbagai slogan kreatif dalam mengangkat namanya di pasar global. Beberapa di antaranya yang pernah sangat populer, antara lain Surprising Singapore (1984), Uniquely Singapore (2004), Your Singapore (2010), dan Passion Made Possible (2017). 

Singapore sukses membangun citra yang sangat positif di mata wisatawan.|Sumber: dokumentasi pribadi
Singapore sukses membangun citra yang sangat positif di mata wisatawan.|Sumber: dokumentasi pribadi
Dimotori Singapore Tourist Promotion Board (STPB), yang kini dikenal sebagai Singapore Tourism Board (STB), Singapore berhasil membangun suatu branding yang sangat kuat di pasar internasional. Negara ini dipersepsikan sebagai destinasi wisata yang aman, teratur, bersih, menarik, dan didukung sistem transportasi yang sangat bagus.

Tentu saja bukan hanya itu. STB yang telah berdiri sejak tahun 1964 itu pun rajin menerobos ke berbagai target pasar dengan promosi besar-besaran. Dan yang terakhir, ketika pintu internasional mulai dibuka, STB kembali tampil dengan tema "Singapore Reimagine" sejak Mei 2022 lalu.

Pemerintah Singapore konon mengalokasikan bujet sebesar 500 juta dolar Singapore untuk memulai kampanye ini. Dua target pasar potensial pun langsung dibidik, yakni Indonesia dan India. Singapore memang termasuk destinasi wisata favorit bagi wisatawan asal Indonesia.

Kiprah Thailand tidak kalah menarik diamati. Selain berbagai promosi yang digalang Tourism Authority of Thailand (TAT), Thailand sendiri terus menerus melakukan terobosan menarik dalam membangun branding Thailand sebagai destinasi yang 'Amazing'. Persis seperti tagline-nya, "Amazing Thailand".

Wat Arun, salah satu objek wisata terkenal di Bangkok| Sumber: dokumentasi pribadi
Wat Arun, salah satu objek wisata terkenal di Bangkok| Sumber: dokumentasi pribadi
Sejak tahun 2016, contohnya, TAT gencar melakukan kampanye pemasaran di wilayah Teluk Persia, yang dikitari negara-negara Teluk yang kaya. Beberapa maskapai kondang pun ikut dirangkul untuk promosi bersama. Misalnya, dengan maskapai Emirates, Etihad dan Qatar.

Tidak itu saja, pada tahun 2017 lalu, TAT bermitra dengan Michelin Travel Partners untuk menerbitkan buku panduan wisata Michelin Guide. Pemerintah Thailand konon mengucurkan dana sedikitnya 144 juta baht untuk projek penerbitan buku ini. Tujuannya tidak lain demi meningkatkan pengeluaran turis di sektor kuliner sekitar 10%.

Seperti diketahui, Michelin Guide adalah serial buku panduan perjalanan populer yang diterbitkan Michelin, sebuah pabrikan ban terbesar di dunia dari Prancis. Yang paling menonjol dari buku panduan ini adalah sistem rating yang diberikan Michelin untuk restoran-restoran ternama.

Buku panduan wisata dari Michelin yang berisikan 361 restoran di Thailand.|Sumber: www.guide.michelin.com
Buku panduan wisata dari Michelin yang berisikan 361 restoran di Thailand.|Sumber: www.guide.michelin.com

Arah kebijakan Thailand di bidang kuliner sejatinya telah dimulai sejak tahun 2002 ketika Thailand meluncurkan program "Global Thai". Program yang sangat populer sebagai bagian dari "Gastrodiplomacy" (diplomasi gastronomi) atau diplomasi kuliner pun mengundang banyak pujian.

Kampanye kuliner Thailand yang disponsori pemerintah Thailand ini dianggap sebagai strategi yang jitu. Paul Rockower, seorang pakar gastrodiplomacy, mendeskripsikan upaya Thailand sebagai "winning the hearts and minds through stomachs." Atau memenangkan hati dan pikiran pelanggan (baca: wisatawan) melalui kuliner.

Gastrodiplomacy memang salah satu kiat cerdas mempromosikan Thailand ke mancanegara dengan menggunakan instrumen kuliner khas Thailand. Program Global Thai pun diakui sukses besar. Jika pada awal kampanye, hanya terdapat sekitar 5,500 restoran Thailand di berbagai penjuru dunia. Angka ini melonjak hingga lebih dari 10,000 restoran saat ini.

Hebatnya, ribuan restoran Thai di seluruh dunia itu seakan merepresentasi keramahtamahan khas bangsa Thai yang sudah mendunia. Mulai dari sapaan "Sawadee krap", interior yang dibalut dekorasi khas Thailand, hingga sajian makanan Thai yang begitu otentik. Seakan Anda sedang santap di sebuah resto di Bangkok saja. 

Dengan strategi seperti itulah, Thailand pun sukses menjadi salah satu negara yang paling banyak dikunjungi di Asia. Bagaimana tidak, ribuan restoran Thai di seluruh dunia sudah seperti Thailand Tourism Ambassador. Menggoda pelanggannya untuk ikut berkunjung langsung ke negara asal semua masakan Thai itu.

Jadi tidak mengejutkan jika Thailand begitu sukses menjaring kunjungan wisatawan global. Tahun 2019, misalnya, Thailand berhasil menarik hampir 40 juta wisatawan mancanegara. Jauh meninggalkan semua negara Asia Tenggara lainnya.

Livery
Livery "Amazing Thailand" di pesawat Thai Air Asia.| Sumber: milesflyer/jetphotos.com
Strategi promosi pariwisata yang langsung menerobos ke pasar potensial pun bisa dilihat dari manuver badan promosi pariwisata asal negeri ginseng, yakni Korea Tourism Organization (KTO) yang cukup agresif. Suatu gaya promosi langsung dari garis start - titik awal seorang wisatawan memulai perjalanannya.

Dalam event ASTINDO Travel Fair 2022 lalu, KTO ikut hadir berpartisipasi. Jumlah wisatawan Indonesia ke Korea Selatan memang terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini tidak lain dari meningkatnya gelombang Korea alias Korean Wave, baik melalui drakor maupun K-Pop Bands yang sangat digandrungi di Indonesia. KTO pun jelas tidak mau kehilangan momentum emas ini.

Korea juga pernah berpromosi lewat bus-bus kota di New York City, AS.| Sumber: koreatimes.co.kr
Korea juga pernah berpromosi lewat bus-bus kota di New York City, AS.| Sumber: koreatimes.co.kr

KTO sendiri sudah menempatkan sebuah kantor perwakilan di Jakarta. Langkah yang sama juga telah lebih dulu dilakukan negara lain yang ikut mengincar pasar wisatawan asal Indonesia. Misalnya, Hong Kong Tourism Board, Singapore Tourism Board, dan lain-lain.

Bagaimana dengan Indonesia? 

Indonesia jelas tidak mau hanya menjadi sasaran pasar dari negara lain. Setelah gebrakan di Paris, yang dikelola oleh Visit Indonesia Tourism Office (VITO), kantor perwakilan pariwisata Indonesia di Paris yang baru dibuka pada tahun 2016, kita tentunya berharap adanya inisiatif yang sama dari semua kantor perwakilan pariwisata kita di negara lain.

Kemenparekraf sendiri telah menempatkan perwakilannya di belasan kota ternama di dunia. Di antaranya, Singapore, Hong Kong, Tokyo, Sydney, dan London. Dan kantor-kantor itu seharusnya tidak lagi sekadar berfungsi bak "Tourist Information Office" yang hanya membagikan brosur dan informasi ke wisatawan. 

Tetapi, lebih dari segalanya, kantor-kantor perwakilan itu harus makin aktif menggarap semua pasar potensial langsung di negara asal wisatawan itu. Alias memulainya dari garis start! Jika tidak, kita pun bakal makin tercecer di belakang. 

Dan bukan itu kan yang kita harapkan. Ayo, jangan kasih kendor!

***

Kelapa Gading, 20 September 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2

Catatan: Semua foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun