Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pesona Tiga Pantai di Pacitan, dari Klayar sampai Buyutan

1 September 2022   09:33 Diperbarui: 3 September 2022   12:20 1856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama menawan dari Watu Narada di Pantai Buyutan, Pacitan. Sumber: dokumentasi pribadi

Jalur pantai selatan di pulau Jawa telah lama menyimpan pesona dengan daya sihir yang mencengangkan. Mulai dari pesisir pantai di Jawa Barat sampai di Jawa Timur. Tidak heran, banyak wisatawan pun terpukau dibuatnya! Dan akhir pekan lalu, saya kembali berkesempatan menyusuri sebagian pantai-pantai itu di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. 

Nama Pacitan sulit dipisahkan dari julukannya sebagai Kota Seribu Gua. Ratusan gua indah tersebar di kabupaten yang terletak paling ujung barat daya Provinsi Jawa Timur itu. Di antaranya, Gua Gong yang disebut terindah di Asia Tenggara dan Gua Luweng Jaran yang diakui sebagai salah satu gua terpanjang di dunia.

Namun, tidak percuma jika Pacitan disebut-sebut telah lama tenar sebagai daerah tujuan wisata sejak zaman Belanda. Selain gua-gua ternama itu, Pacitan sejatinya memiliki banyak sekali pantai nan cantik yang berderet di sepanjang garis pantainya yang mencapai panjang 70.709 km itu.

Kabar keindahan pantai-pantai di Pacitan pun telah lama berhembus di pentas pariwisata nasional. Wisatawan, peselancar, dan fotografer lanskap pun makin tergiur untuk segera menyambangi kabupaten yang menjadi kampung halaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden Indonesia ke-6 itu.

Dan kabar itu pula yang akhirnya meyakinkanku untuk segera melaju ke sana. Melalui penerbangan singkat dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara YIA di Kulon Progo, Yogyakarta. Lalu melanjutkan dengan perjalanan darat sekitar 4 jam ke Pantai Klayar, Pacitan.

Secara geografis Pacitan memang berada di Provinsi Jawa Timur. Namun, akses ke Pacitan jauh lebih mudah dari Yogyakarta atau Solo dibandingkan via Surabaya. Dari Surabaya ke Pacitan berjarak sekitar 278 km. Sedangkan dari Yogya maupun Solo hanya berkisar 110 km.

Sebagai destinasi wisata pantai terkemuka, Pacitan sedikitnya memiliki 68 pantai. Beberapa di antaranya bahkan telah melejit sebagai destinasi wisata impian para wisatawan. Sebut saja di antaranya, Klayar, Karang Bolong, Watu Karung, Kasap, Srau dan Buyutan. Hebatnya, masing-masing pantai ini memiliki keunggulan tersendiri.

Ada pantai yang sangat elok dengan hamparan pasir putihnya. Ada pula pantai yang sungguh menawan dengan gugusan batu karangnya yang unik. Dan tentu saja, tidak ketinggalan pantai-pantai yang cocok buat surfing. Pantai yang deburan ombak besarnya selalu menjadi tantangan menarik bagi peselancar top.

Pantai Klayar, Pacitan- Jawa Timur. Sumber: dokumentasi pribadi
Pantai Klayar, Pacitan- Jawa Timur. Sumber: dokumentasi pribadi
Pantai Klayar, misalnya, yang telah menjadi ikon destinasi wisata pantai di Pacitan, memiliki beberapa kelebihan di bandingkan pantai-pantai lainnya. Selain hamparan pasir putihnya yang menawan, pantai yang berjarak sekitar 30 km dari kota Pacitan itu, diapit dua bukit karst yang membuatnya tampil kian memesona.

Tidak kalah menariknya, sebuah batu karang yang berada persis di bawah Bukit Klayar ikut mencuri hati banyak wisatawan. Batu karang yang menjulang tinggi itu memang unik. Sekilas mirip dengan patung Sphinx di Giza, Mesir yang sangat terkenal itu. Tak pelak lagi, kemiripan ini pun menjadikannya salah satu daya tarik tersendiri di pantai Klayar. 

Bentuk batu karang di Klayar yang sekilas mirip Sphinx di Giza, Mesir. Sumber: dokumentasi pribadi
Bentuk batu karang di Klayar yang sekilas mirip Sphinx di Giza, Mesir. Sumber: dokumentasi pribadi
Setelah memotret sang Sphinx, sebuah pengumuman kecil di dinding karst menarik perhatianku. Oh, rupanya ada larangan masuk ke atas pelataran tempat berdirinya batu karang ini. Larangan semacam ini memang harus tegas. Jika tidak, ada saja wisatawan yang nekat memanjat batu-batu unik seperti ini.

Namun, larangan itu sekaligus menutup akses ke Seruling Laut yang berada persis di belakang batu karang ini. Seruling Laut adalah sebuah celah karang yang kala dihantam ombak besar menimbulkan suara mirip seruling. Tidak itu saja, ombak yang menerobos masuk ke bawah batu karang itu lalu menyembur tinggi ke atas. Very beautiful!

Seruling Laut di Pantai Klayar, difoto dari atas bukit. Sumber: dokumentasi pribadi
Seruling Laut di Pantai Klayar, difoto dari atas bukit. Sumber: dokumentasi pribadi
Pesona Klayar kian sempurna jika Anda memandanginya dari atas Bukit Klayar. Panorama yang tersaji begitu sedap dipandang mata. Bahkan Seruling Laut, yang akses dari pantai sedang ditutup, pun masih bisa disaksikan dari atas bukit ini. Ah, pantas saja, Didi Kempot yang dijuluki "The Godfather of Broken Heart" pun ikut mempopulerkan pantai ini.

Dengan segala popularitas yang telah diraihnya, Pantai Klayar pun terus berkembang sebagai sentra wisata di kawasan ini. Banyak wisatawan lalu menjadikannya sebagai tujuan utama sekaligus sebagai basis sebelum menjelajahi pantai-pantai lain di sekitarnya. Apalagi berbagai fasilitas pendukung pariwisata cukup tersedia di pantai ini. 

Pantai Klayar dilihat dari atas Bukit Klayar. Sumber: dokumentasi pribadi
Pantai Klayar dilihat dari atas Bukit Klayar. Sumber: dokumentasi pribadi
Mulai dari akomodasi semacam home-stay, rumah makan, kios suvenir, ojek motor, dan lain-lain tersedia di Klayar. Suasana di sepanjang pantai kian ramai ketika memasuki akhir pekan. Klayar pun sesaat bersalin rupa bak sebuah destinasi wisata pantai populer di Bali. Meriah!

Akan tetapi, sekalipun indah, jangan berleha-leha terlalu lama di Klayar. Hanya beberapa ratus meter dari pantai Klayar, Anda bisa menemukan primadona lainnya. Sebuah formasi batu karang yang sungguh menakjubkan. Inilah Pantai Karang Bolong, salah satu andalan lain dari pariwisata di Pacitan.

Pantai Karang Bolong di saat matahari terbenam. Sumber: dokumentasi pribadi
Pantai Karang Bolong di saat matahari terbenam. Sumber: dokumentasi pribadi

Pantai Karang Bolong, begitulah tebing ini disebut, memiliki sebuah tebing yang menjorok ke laut. Dan persis namanya, ada bolong di tengahnya. Lubang ini konon terbentuk akibat hantaman ombak yang sangat keras dari Laut Selatan. Tentunya dalam kurun waktu yang sangat lama.

Sedikit demi sedikit batu karang yang sangat keras itu pun mulai terkikis. Hingga akhirnya terbentuklah lubang di tengahnya. Dan keunikan inilah yang ikut mengangkat nama pantai ini sebagai salah satu tujuan wisata. Bak melengkapi ketenaran Klayar yang berada tidak jauh dari situ.

Panorama Pantai Karang Bolong, Pacitan, yang menjadi buruan banyak fotografer. Sumber: dokumentasi pribadi
Panorama Pantai Karang Bolong, Pacitan, yang menjadi buruan banyak fotografer. Sumber: dokumentasi pribadi

Pantai Karang Bolong memang tidak memiliki pantai seperti Klayar. Tebingnya yang curam pun sulit dituruni. Tetapi, Karang Bolong memiliki keunggulan lain. Dari atas tebingnya yang cukup datar, Karang Bolong terlihat bak primadona yang selalu siap difoto. Sebuah lanskap yang begitu menawan. Pantas menjadi spot idaman pecinta fotografi lanskap.

Selain Klayar dan Karang Bolong yang berlokasi cukup dekat satu dengan yang lain, saya masih sempat mengunjungi sebuah pantai lainnya yang terletak di desa Widoro. Sekitar 9 km ke arah barat dari Klayar melalui rute yang agak memutar. Tetapi, ke pantai yang terkenal dengan gugusan batu karang inilah yang saya kunjungi sampai dua kali. Dua kali dalam waktu kurang dari 24 jam!

Nama Pantai Buyutan memang belum terlalu familiar di kalangan wisatawan umumnya. Namun, tidak demikian di komunitas landscapers, sebutan untuk pecinta fotografi lanskap. Foto-foto pantai ini telah lama menyihir banyak fotografer lanskap yang makin tidak sabar saja untuk bergegas ke sana.

Panorama menawan dari Watu Narada di Pantai Buyutan, Pacitan. Sumber: dokumentasi pribadi
Panorama menawan dari Watu Narada di Pantai Buyutan, Pacitan. Sumber: dokumentasi pribadi
Pantai Buyutan memiliki gugusan pulau karang di lepas pantai yang sangat fotogenik. Seakan pantai serta batu karang itu sengaja disiapkan sebagai objek foto. Apalagi sang ikon yang disebut Watu Narada. 

Ketika pertama kali melihatnya, saya demikian takjub. Sampai lupa untuk segera memotretnya. Dari kejauhan batu karang itu bak sebuah kastel saja. A castle on the sea!

Destinasi wisata ini kian menarik karena di balik keunikan gugusan karang nan cantik ini, terselip banyak kisah berbalut sejarah dan legenda. Pulau-pulau karang itu, contohnya, kabarnya merupakan sisa dari sebuah tanjung kecil yang telah lama hancur akibat terpaan ombak.

Lalu pulau karang tertinggi, yang saya bayangkan seperti sebuah kastel di atas laut, disebut pula serupa mahkota. Rupanya sebutan ini berkaitan dengan legenda mahkota dari Dewa Narada. Salah satu tokoh dalam pewayangan yang juga digambarkan sebagai seorang pendeta yang suka mengembara.

Watu Narada yang disebut mirip mahkota Dewa Narada. Sumber: dokumentasi pribadi
Watu Narada yang disebut mirip mahkota Dewa Narada. Sumber: dokumentasi pribadi
Alkisah, dalam suatu pengembaraannya, Dewa Narada terbang melintasi kawasan pantai ini. Namun, secara tidak disengaja, mahkota yang ada di kepalanya terjatuh. Lama kelamaan, mahkota sang dewa mulai berubah bentuk hingga menjadi batu karang. Itu sebabnya, pulau karang itu disebut Watu Narada.

Pesona pantai-pantai di Pacitan memang sungguh memesona. Tidak hanya memanjakan mata wisatawan maupun fotografer. Tetapi, juga sangat menenteramkan hati siapapun yang memandanginya. Jadi, saya sama sekali tidak terkejut ketika bertemu dengan sebagian wisatawan yang memilih tetirah ke Klayar dan pantai-pantai di sekitarnya. 

Tiga pantai saja sudah membuatku jatuh cinta pada Pacitan, entah bagaimana jadinya jika saya melihat pantai-pantainya yang lain...

***

Kelapa Gading, 01 September 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan: 

Semua foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun