Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengintip Kesuksesan Penang Menggenjot Wisata Medisnya

13 Agustus 2022   06:54 Diperbarui: 14 Agustus 2022   10:30 3124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boleh jadi nama rumah sakit lebih terkenal dari objek wisata ini. Sumber: dokumentasi pribadi

Antrian di konter Air Asia tujuan Penang sudah memanjang di pagi itu. Padahal waktu check in baru saja dibuka. Low Cost Carrier (LCC) dengan nomor penerbangan AK-1572 itu rupanya tidak menyisakan satu pun tempat duduk kosong. Pesawat penuh. Ada apa di Penang?

Rute penerbangan ke Penang tampaknya kian ramai dipadati wisatawan. Namun, ini bukan penerbangan yang membawa wisatawan sekedar pesiaran. Tanda-tandanya sudah terlihat sejak di konter check in tadi hingga di saat boarding. Beberapa penumpang berkursi roda di area check in ternyata hampir semuanya menuju Penang.

Tidak salah lagi. Penang, yang kabarnya sangat populer di kalangan pasien asal Indonesia, telah berkembang pesat menjadi salah satu destinasi wisata medis terkemuka di Asia Tenggara. Persis seperti pemandangan yang terlihat di Terminal 3, Bandara Soekarno-Hatta, pada pagi itu. Mayoritas penumpang yang menuju ke Penang sejatinya memang bertujuan berobat.

Dalam terminologi pariwisata, aktivitas tersebut dikenal dengan nama 'Medical Tourism'. Istilah ini sedikit berbeda dengan Wisata Kesehatan atau 'Wellness Tourism' yang kini mulai dikembangkan Indonesia, khususnya di Jakarta, Medan dan Bali.

Jika dalam Wisata Medis, wisatawan melakukan perjalanan untuk mendapat perawatan tertentu di sebuah rumah sakit. Maka lain lagi dengan Wisata Kesehatan. Di sini wisatawan melakukan perjalanan untuk memelihara, mengelola dan meningkatkan kesehatan dan kondisi tubuh.

Berdasarkan pengertian di atas, maka Penang jelas memprioritaskan wisata medis. Dan menariknya, target utamanya ternyata wisatawan asal Indonesia. Tidak heran juga, rute penerbangan Jakarta - Penang dan Medan - Penang kian sibuk belakangan ini. Apalagi sejak pintu perbatasan Penang dibuka pada 1 April 2022 lalu.

Pulau Penang sendiri merupakan bagian dari Negara Bagian Penang di Malaysia yang terbagi dua, yakni Pulau Pinang (Penang) dan sebagian wilayah Seberang Perai di Semenanjung Malaysia. Kedua wilayah yang terpisah oleh Selat Penang itu dihubungkan dua jembatan megah, yakni Jembatan Penang dan Jembatan Sultan Abdul Halim Muadzam Shah atau Jembatan Kedua Pulau Pinang.

Meskipun Penang pun dianugerahi peninggalan bersejarah yang bertebaran di pusat kota tua George Town , serta berbagai pesona alam di sepanjang pantai-pantainya, tetapi Penang justru lebih kondang di kalangan wisatawan Indonesia sebagai kota tujuan wisata medis.

Dan bagi wisatawan jenis ini, deretan nama rumah sakit di pulau ini boleh jadi sudah sama terkenal dengan berbagai objek wisata andalan di Penang. Bahkan nama-nama hospital di sini, di antaranya, Island Hospital, Loh Guan Lye, Gleneagles dan Adventist, bisa saja lebih dikenal dibandingkan Kelenteng Kek Lok Si, Clan Jetty dan Fort Cornwallis, tiga objek wisata populer di pulau ini.

Boleh jadi nama rumah sakit lebih terkenal dari objek wisata ini. Sumber: dokumentasi pribadi
Boleh jadi nama rumah sakit lebih terkenal dari objek wisata ini. Sumber: dokumentasi pribadi
Perkembangan wisata medis yang kian marak di pulau inilah yang kemudian melahirkan "Penang Health Association" pada tahun 2006. Selanjutnya, untuk lebih mempromosikan Penang sebagai destinasi wisata medis, berdirilah "Penang Centre of Medical Tourism (PMED)" pada tahun 2015.

PMED awalnya hanya terdiri dari 9 anggota pendiri. Namun, kini sudah berkembang menjadi 13 anggota dan 13 Associate Member. Dengan kekuatan ini, Penang pun berhasil menjadi destinasi wisata medis nomor satu di Malaysia dan salah satu paling populer di Asia Tenggara.

Pada tahun 2019, misalnya, Penang berhasil meraih posisi pertama dalam hal pendapatan dari wisata medis. Dikutip dari harian The Star, Penang sedikitnya meraup sekitar RM 750 juta dari 500,000 pasien yang berobat di Penang di sepanjang tahun itu. Satu ringgit kira-kira setara dengan 3,290 rupiah.

Angka sebenarnya bisa saja jauh di atas itu. Pasalnya, selain menghabiskan waktu rerata lebih lama dari wisatawan umumnya, pasien yang datang pun selalu ditemani anggota keluarga lainnya. Dan pengeluaran jelas tidak hanya untuk rumah sakit, tetapi juga untuk berbagai keperluan lainnya. Dari sewa apartemen, makanan hingga transportasi.

Ketika sedang melaju ke pusat kota George Town. Sopir Grab yang mengantar saya dari bandara Penang mengatakan bersyukur bahwa banyak turis Indonesia yang kembali datang. Ekonomi Penang pun kembali berdenyut. Selain pasien yang berobat, Penang memang juga diramaikan banyak wisatawan pendamping pasien.

Alhasil, sopir Grab pun ikut ketiban rezeki dari order yang terus mengalir masuk. Begitupun penjaja makanan kaki lima (Penang hawker food) yang sangat terkenal di pulau yang pernah dikuasai Inggris ini.

Reputasi Penang sebagai destinasi wisata medis kabarnya terletak pada keunggulan dalam layanan medis berkualitas tinggi. Selain itu, yang paling menarik, harga perawatan di sini disebut-sebut jauh lebih murah dari Indonesia maupun Singapore. Dan untuk lebih memanjakan pasien asal Indonesia, pihak rumah sakit pun menyediakan konter khusus untuk mereka.

Jadi bisa dimengerti jika Penang pun disebut sebagai 'Preferred Destination' atau destinasi yang lebih disukai bagi sebagian besar wisatawan medis yang ke Malaysia. Sebuah pencapaian yang pantas menjadi perhatian Indonesia jika hendak membidik pasien di wisata medis ini. 

Presiden Jokowi sendiri sudah mencanangkan pengembangan Medical Tourism di Indonesia. Dan salah satu langkah terobosan yang dilakukannya adalah dengan membangun sebuah RS Internasional di Bali. Harapan sang Presiden jelas sudah. Agar kelak warga Indonesia tak perlu lagi berobat ke Singapore, Malaysia, dan negara lainnya. 

Semoga ya!

***

George Town, 13 Agustus 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun