Entah sudah berapa kali saya melirik GPS di ponselku. Seolah memastikan tidak ada yang salah dengan sisa jarak yang masih harus ditempuh. Meteora sungguh membuatku sedikit tidak sabar untuk segera mendekapnya. Apalagi santer terdengar pesonanya telah memikat jutaan pelancong dunia yang saban tahun mengunjunginya. Dan ketika bus kami akhirnya mendekati deretan pilar batu Meteora, saya pun maklum. Meteora memang mudah membuat siapapun jatuh hati.
Meteora telah lama menjadi salah satu destinasi wisata penting di Yunani. Dan namanya kian mencuat setelah salah satu biara tercantiknya digunakan sebagai lokasi syuting film "For Your Eyes Only". Salah satu film serial James Bond yang diproduksi tahun 1981. Sudah lama sekali. Tapi seperti diketahui, hampir semua lokasi syuting film Agen 007 itu bak garansi menjadi destinasi wisata populer.
Sejatinya, Meteora memang sangat spektakuler. Tidak hanya karena deretan pilar batunya yang fantastis. Tetapi puluhan biara yang dibangun di puncak-puncak pilar batunya itu pun begitu memukau. Jadi wajar saja, produsen film terkenal itu pun memilihnya sebagai lokasi syuting film yang dibintangi Roger Moore itu.Â
Meteora terletak di tepi barat laut Dataran Thessalia, dekat Sungai Pineios dan Pegunungan Pindus. Persisnya berada di dekat kota Kalabaka atau Kalambaka. Sebuah kota kecil yang menjadi pintu masuk utama ke Meteora yang sudah ditetapkan sebagai UNESCO World Heritage Site sejak tahun 1995.
Destinasi wisata yang kian populer ini berjarak sekitar 358 km dari Athena, ibu kota Yunani. Atau kurang lebih 228 km dari Thessaloniki, kota kedua terbesar di negeri para Dewa Olympus itu. Cukup jauh, bukan? Bandara terdekat saja hanya ada di Thessaloniki, yakni Thessaloniki Airport Makedonia.
Meskipun demikian, Meteora is really worth a visit! Sangat layak dikunjungi. Jarak sejauh itu terbukti tidak menjadi halangan berarti bagi banyak wisatawan. Setiap tahun Meteora dikunjungi hampir 2 juta wisatawan. Dan sebagian besar di antaranya datang dari Athena dengan bus wisata. Suatu perjalanan panjang yang memakan waktu sekitar 5 jam.
Baca juga: Florence, Kota Renaisans di ItaliaDi negara seperti Yunani yang bertabur begitu banyak destinasi wisata kelas satu, jelas tidak mudah meraih posisi di deretan atas. Apalagi masuk di posisi sepuluh besar. Namun, dengan segala keunikannya, Meteora sukses meraih posisi prestisius. Situs wisata ternama seperti Planetware dan The Culture Trip pun menempatkannya di deretan atas dari daftar "Top Tourist Attractions in Greece". Bersaing dengan nama-nama kondang lain seperti Santorini, Mykonos dan Parthenon.
Meteora memang memiliki banyak keunggulan yang belum tentu ditemukan di tempat lain di dunia. Sebut misalnya, formasi pilar-pilar batu raksasa yang konon terbentuk sejak periode Paleogene pada sekitar 60 juta tahun lalu. Begitu pula gua-gua batu di sekitar Meteora yang kabarnya sudah dihuni terus menerus antara 50.000 dan 5.000 tahun lalu.
Dan di atas segalanya adalah deretan biara-biara cantik yang didirikan di puncak-puncak pilar batunya. Suatu kombinasi kebesaran ciptaan alam dan kehebatan kreasi manusia. Dan hasilnya memang sangat luar biasa. Sebuah lanskap fenomenal yang hanya ada di Meteora, Yunani.
Biara-biara yang dibangun di Meteora memang menakjubkan. Bayangkan saja, untuk mendaki puncak pilar itu saja sudah sangat sulit. Lalu bagaimana mungkin bisa membangun biara-biara itu di sana. Suatu pemilihan lokasi yang membuat biara-biara itu bak menggantung di langit. Persis seperti makna dari kata asalnya, yaitu Meteoros. Yang berarti, 'Middle of the Sky' atau 'Di Tengah Langit'.
Sejarah berdirinya biara-biara di atas pilar batu Meteora tidak terlepas dari pergolakan politik di wilayah itu. Khususnya, sejak memudarnya pengaruh Kekaisaran Byzantium di wilayah Yunani utara pada akhir abad ke-14. Dan bersamaan dengan itu, pasukan Turki terus merangsek ke wilayah ini.
Para biksu pertapa, yang sedang mencari tempat pengasingan diri akhirnya menemukan deretan pilar batu di Meteora. Pilar-pilar batu yang menjulang tinggi itu memang sulit didaki. Tetapi, justru karena tingkat kesulitannya itu, maka Meteora pun sangat ideal sebagai tempat perlindungan.
Selain aman dan jauh dari pergolakan politik, para biksu pertapa itu juga memiliki kendali penuh atas akses ke puncak pilar batu. Satu-satunya akses ke biara, misalnya, hanya dengan cara menaiki tangga tali yang panjang. Dan tangga ini siap ditarik setiap saat kala mereka merasa terancam.
Pada puncak kejayaannya di abad ke-16, kompleks biara Meteora memiliki sedikitnya 24 biara yang dibangun antara abad ke-13 sampai abad ke-14. Dengan begitu banyak biara di situ, Meteora pun kerap disebut sebagai salah satu kompleks biara Orthodox Timur terbesar di dunia.
Akan tetapi, dari 24 biara yang pernah berdiri di Meteora, hanya enam biara yang masih tetap bertahan hingga ini. Selebihnya sudah tidak ada. Keenam biara yang bahkan masih digunakan itu adalah The Monastery of Great Meteoron, Monastery of Varlaam, Monastery of St. Nicholas Anapafsas, Monastery of Rousanou, Monastery of St. Stefanos dan The Monastery of Holy Trinity.
Walaupun hanya tersisa enam biara, tetapi masing-masing biara ini masih menyimpan pesona magis yang sulit ditemukan di destinasi manapun. The Monastery of Great Meteoron, misalnya, menyimpan banyak peninggalan bersejarah. Mulai dari lukisan fresko di dalam gereja sampai berbagai koleksi yang dipajang di museum biara.
Biara yang menjulang sekitar 415 meter di atas lembah itu juga merupakan biara terbesar dan tertua di Meteora. Biara ini dibangun oleh Saint Athanasios the Meteorite pada abad ke-14. Santo Athanasios sendiri juga dikenal sebagai pendiri komunitas biarawan di Meteora.
Sementara itu, Monastery of Varlaam yang berdiri tidak jauh dari Monastery of Great Meteroan, juga termasuk biara yang sangat populer. Dan inilah biara kedua terbesar di Meteora yang didirikan pada abad ke-14. Nama biara ini diambil dari nama pendirinya, yakni seorang biarawan bernama Varlaam.
Oh, hampir lupa. Sebelum ke kedua biara di atas, saya sempat berhenti sebentar di kaki bukit tempat berdirinya Monastery of St. Nicholas. Biara yang terletak hanya sekitar 1 km dari desa Kastraki. Namun, kesan pertama tidak begitu bagus. Boleh jadi karena pandangan ke arah biara dari sisi jalan di bawahnya tidak begitu sempurna.
Biara yang berdiri di atas sebuah tebing setinggi 80 meter baru tampak kian menarik setelah melihatnya dari posisi berbeda di kejauhan. Local guide, yang mendampingi kami, kembali menunjuk ke arah biara St. Nicholas sambil memuji, "Such a lovely monastery!" Nah, kali ini saya sepakat dengannya. Begitu indah menyatu dengan lanskap di sekitarnya.
Tidak hanya biara St. Nicholas yang membuatku terpesona. Dua biara lainnya bahkan sempat membuatku sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan keindahannya. Pokoknya, amazing! Itulah Monastery of Rousanou dan Monastery of Holy Trinity. Dua biara yang memiliki daya pikat level dewa.Â
Monastery of Rousanou sungguh cantik jelita. Begitu pula Monastery of Holy Trinity yang tidak kalah menawan hati. Seperti sebuah postcard yang sempurna. Pantas saja kedua biara yang sekilas mirip ini sama-sama menyandang predikat sebagai biara favorit dan fotogenik.Â
Walaupun begitu, jika harus memilih salah satunya, maka The Monastery of Holy Trinity masih sedikit lebih unggul. Biara Trinitas Suci yang bertengger dengan kokoh di atas sebuah pilar batu itu telah lama menjadi ikon pariwisata Meteora. Penampilannya yang begitu impresif sulit dilupakan siapapun yang pernah melihatnya.
Biara yang juga dikenal dengan nama Agia Triada itu didirikan di puncak pilar batu yang menjulang di atas Lembah Peneas. Di atas ketinggian lebih dari 400 meter. Dan selain diakui sebagai yang paling sulit dicapai, Biara Trinitas Suci juga disebut-sebut sebagai "The Most Photographed Monastery in Meteora". Alias biara yang paling banyak difoto!
The Monastery of Holy Trinity sebetulnya berdiri tidak jauh dari biara Monastery of Agios Stefanos. Hanya sekitar 10 menit jalan kaki. Sayang sekali, karena keterbatasan waktu, saya hanya bisa memotretnya dari luar. Padahal, biara itu termasuk yang paling mudah dicapai. Waktu memang seakan berputar cepat di Meteora. Begitu banyak yang mau dilihat, begitu sedikit waktu yang tersedia.Â
Kala sedang check out di Grand Meteora Hotel, Kalabaka, sekelompok wisatawan yang juga bersiap meninggalkan kota Kalabaka sepertinya belum rela meninggalkan Meteora. Dengan segala pesonanya itu, Meteora memang telah memikat banyak wisatawan dunia. Dan akan kian banyak lagi yang mengalir ke sini di tahun-tahun mendatang.
Alhasil, biara-biara di Meteora yang dibangun jauh di puncak pilar batu, mungkin tidak akan pernah sepi lagi. Padahal, di masa lalu biara-biara itu seakan hendak menjauh dari dunia ramai. Dengan akses yang sangat terbatas kala itu, Meteora pun menjadi tempat ideal untuk mencapai isolasi mutlak.Â
Akan tetapi, dunia ramai yang dulu dihindarinya kini mendatanginya. Dalam bentuk grup wisatawan, komunitas fotografer dan kelompok pendaki. Dan akan selalu seperti itu...
***
Kelapa Gading, 27 Juli 2022
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H