10 April 1912. Persis seratus sepuluh tahun lalu. Kawasan pelabuhan di kota Southampton tampil meriah. Bak sedang ada perhelatan besar saja. Ribuan calon penumpang dan pengantar memadati hampir setiap jengkal kawasan dermaga itu. Di hari itu, RMS Titanic, kapal penumpang terbesar di dunia saat itu, sedang bersiap melakukan pelayaran perdana alias 'maiden voyage' ke New York City.Â
Pelayaran bersejarah ini memang mendapat sambutan luar biasa. Sebagian besar kabin mewah, baik di Kelas Satu maupun Kelas Dua, telah di-booking warga super kaya dari Inggris, AS dan negara lainnya. Bahkan tiket kabin di Kelas Tiga pun setidaknya bakal dipenuhi hampir seribu penumpang dari berbagai negara Eropa yang hendak bermigrasi ke Amerika.
Padahal tarif kabin dipatok selangit. Harga kabin di Kelas Satu, misalnya, antara $150 (untuk kabin biasa)- $4350 (untuk suite room). Dalam kurs saat ini berkisar $1700-$50,000). Namun, semakin mahal harga tiket kapal, kian bergengsi pula bagi siapapun yang berhasil naik kapal mewah itu.
Seperti dilansir dari situs "Ultimate Titanic", sejak pukul 09.30 hingga 11.30 penumpang mulai menaiki kapal berbobot 46.328 GT ini. Dan tepat pukul 12.15, RMS Titanic pun mulai bergerak meninggalkan pelabuhan Southampton, Inggris menuju New York, Amerika Serikat.
Sebelum melaju ke Samudra Atlantik, Titanic melakukan dua kali persinggahan singkat, yakni di Cherbourg- Prancis dan di Queenstown- Irlandia (kini dikenal sebagai Cobh) untuk menjemput sebagian penumpang dan kru serta perbekalan lainnya.
Pada tanggal 11 April 1912, jam 13.30, Titanic mulai meninggalkan pelabuhan Queenstown dan melaju menuju Samudra Atlantik. Kecepatan jelajah kapal bermesin uap saat itu sekitar 21 knot atau 39 km/ jam. Suatu pelayaran hebat yang mestinya bakal menjadi catatan sejarah tersendiri.
Akan tetapi, Titanic memang tercatat dalam sejarah. Tapi sebuah sejarah kelam dalam dunia pelayaran. Kapal laut milik White Star Line ini bernasib buruk. Pada tanggal 14 April 1912, tepatnya pada pukul 23.40, Titanic menabrak sebuah gunung es di Samudra Atlantik Utara. Sekitar 690 km di selatan Newfoundland- Kanada.
Dua jam empat puluh menit jam pasca tabrakan, kapal mewah yang dibanggakan sebagai "The Unsinkable"Â (Tidak dapat tenggelam) itu pun karam. Tragisnya, dari total 2.224 penumpang dan kru, hanya 710 yang berhasil diselamatkan dan selanjutnya dibawa ke New York oleh RMS Carpathia. Artinya, lebih dari 1500 penumpang lainnya gagal menyelamatkan diri.Â
Titanic ternyata tidak memiliki jumlah sekoci penolong yang memadai. Sekoci yang tersedia hanya cukup mengangkut setengah jumlah penumpang. Dan situasi kian parah ketika kru yang seharusnya bisa memaksimalkan semua sekoci yang ada diduga kurang terlatih. Sebagian sekoci hanya terisi setengah dari kapasitasnya.
Tenggelamnya Titanic pun tercatat sebagai salah satu bencana maritim terburuk di dunia sepanjang sejarah. Dan sekaligus musibah kapal laut yang paling terkenal hingga kini.
Sejarah konstruksi Titanic sejatinya tidak terlepas dari kompetisi di jalur Transatlantic yang sangat menguntungkan pada awal tahun 1900-an. Perusahaan kapal penumpang besar bersaing mengisi rute sibuk ini untuk mengangkut pebisnis tajir, pelancong kaya dan juga imigran yang hendak mencari peruntungan lebih baik di tanah impian Amerika.
Rute pelayaran ke Amerika memang sangat populer di masa itu. Tidak ada pilihan transportasi lain selain menggunakan kapal laut. Penerbangan komersial pertama untuk rute transatlantik baru hadir pada tahun 1939, yakni oleh Pan American (PanAm). Salah satu maskapai terbesar di era itu.
Maskapai ternama asal Negeri Paman Sam yang telah bangkrut pada tahun 1991 itu mulai membuka rute penerbangan dari New York ke Marseilles sejak tanggal 28 Juni 1939. Lalu diikuti rute New York- Southampton mulai tanggal 28 Juni 1939. Â Dan tentunya rute lainnya setelah itu.
Tidak mengejutkan, kehadiran Titanic pun bak menjawab seluruh ekspektasi kalangan berduit di Eropa pada masa itu. Apalagi kapal-kapal besar itu tidak saja bisa melaju cepat, tetapi juga menyediakan fasilitas yang sangat menakjubkan. Bahkan untuk kelas kapal penumpang mewah saat ini sekalipun.
Dua perusahaan asal Inggris yang bersaing ketat saat itu adalah White Star Line, perusahaan kapal Inggris yang berdiri sejak tahun 1845 di Liverpool dan Cunard Line, perusahaan kapal Inggris lainnya yang bermarkas di kota Southampton. (White Star Line sudah merger dengan Cunard pada tahun 1934. Dan Cunard Line sendiri kini berada di bawah Carnival Corporation & plc).Poster dari White Star Line. Sumber: www.emmacruises.com
Di musim panas 1907, demi meningkatkan pangsa pasarnya, Cunard Line meluncurkan dua kapal baru, yakni RMS Lusitania dan RMS Mauretania. Dua kapal berukuran besar yang dikenal dengan kecepatan rata-rata di atas semua pesaingnya.
Mauretania, misalnya, mencatat rekor kecepatan rerata sekitar 23.69 knot atau 43.87 km per jam. Rekor kapal laut tercepat yang mengarungi transatlantik pada masa itu. Dan sebagai kapal penumpang, bukan kapal pesiar, faktor kecepatan memang sangat penting.
Untuk mewujudkan rencananya, J. Bruce Ismay lalu menemui William James Pirrie, Chairman perusahaan perkapalan Harland & Wolff dari Belfast, Irlandia Utara, yang sama dengan Ismay juga menduduki kursi direktur di perusahaan induk IMM.
Harland & Wolff sudah lama dikenal sebagai pembuat sebagian besar armada kapal White Star Line. Singkatnya, perusahaan perkapalan ini kembali dipercaya untuk merancang dan membangun tiga kapal kelas Olympic, yakni RMS Olympic, RMS Titanic dan HMHS Britannic. Â
Salah satu fitur paling menarik dari interior Titanic adalah tangga di Kelas Satunya yang disebut Grand Staircase. Begitu pula berbagai ruangan lainnya yang serba wow. Ruang makan di Kelas Satu, misalnya, didesain dengan dekorasi ala Istana Versailles di Paris yang dibangun Raja Louis XIV.
Pada awalnya kapal ini hanya disebut sebagai "Number 400", sesuai urutan ke-400 dari kapal yang pernah dibangun di galangan kapal Harland & Wolff. Nama "Titanic", yang diberikan oleh J. Bruce Ismay, diambil dari nama Titan dalam mitologi Yunani, yakni para raksasa yang menguasai bumi sebelum para Dewa Olimpus berkuasa. Singkatnya, Titanic merepresentasi ukuran kapal yang sangat besar.
Sedangkan sebutan RMS (Royal Mail Ship) di depan namanya menandakan kapal ini pun mengangkut surat sesuai kontrak dengan Royal Mail dan United States Post Office Department. Jangan lupa, di era itu tentu saja belum ada email dan berbagai media komunikasi modern lainnya.
Pada tanggal 10 April 1912, RMS Titanic pun melakukan pelayaran perdananya, dari Southampton ke New York City, seperti telah dikisahkan di atas. Kapal yang dijuluki sebagai "Millionaire's Special" ini juga dikapteni Edward J. Smith yang juga mendapat julukan keren sebagai "Millionaire's Captain".Â
Daftar penumpang Titanic ibarat buku "Who's Who" saja, yakni buku yang memuat nama orang-orang berpengaruh di dunia. Betapa tidak, di antara penumpang Titanic tercatat nama-nama kondang, seperti Benjamin Guggenheim, industrialis asal AS. Lalu ada  John Jacob Astor IV, milyuner Amerika yang juga terkenal sebagai penulis dan pemilik hotel mewah Astoria Hotel. Begitu pun Isidor Straus, pemilik jaringan toserba Macy's.
J.P. Morgan pun hampir saja ikut menjadi korban. Sang taipan itu dijadwalkan ikut pelayaran perdana RMS Titanic. Tetapi, kemudian menyatakan batal pada menit terakhir.
Tragedi Titanic hingga kini masih menyita banyak perhatian. Bisa dibilang sejak tenggelamnya kapal yang juga dijuluki "The Floating Palace" itu, setiap kapal besar berikutnya selalu dibandingkan dengan Titanic. Tidak hanya sesama kapal laut, tetapi juga dibandingkan dengan kapal pesiar lainnya.
Kapal fenomenal ini telah menginspirasi berbagai kisah, film dan musik. Titanic juga telah menjadi subjek penelitian dan spekulasi ilmiah. Dan warisan terpenting dari bencana ini adalah penetapan Konvensi Internasional untuk Keselamatan Penumpang di Laut atau SOLAS (the Safety Of Life at Sea) Convention.
Misalnya saja, mengapa Kapten Edward J. Smith yang sudah berpengalaman itu memutuskan untuk tetap mempertahankan kecepatan Titanic di tengah ancaman gunung es yang kerap muncul di Atlantik Utara. RMS Titanic bahkan menerima sampai 7 kali peringatan soal gunung es itu.
Berbagai spekulasi pun mengemuka. Mulai dari keyakinan soal Titanic yang tidak mungkin tenggelam; lalu kapten Smith yang ingin tiba di New York dengan rekor kecepatan waktu; hingga tekanan dari J. Bruce Ismay, pemilik kapal yang juga ada di atas Titanic, yang menekan sang kapten agar menjaga kecepatan kapal sekaligus reputasi perusahaannya.
Akan tetapi, tak ada satu pun teori maupun spekulasi yang pasti. Dan sepertinya misteri itu akan selamanya terkubur bersama RMS Titanic di dasar Samudra Atlantik. Lebih dari 3.800 meter di bawah permukaan laut.
***
Kelapa Gading, 10 April 2022
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan:
1) Semua foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto. Sumber video: Encyclopaedia Britannica via www.youtube.com.
2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menjiplak / menyalin isi artikel ini untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI