Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Lima Jam di Segovia

15 Maret 2022   09:19 Diperbarui: 19 Maret 2022   13:30 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Plaza del Azoguejo, Segovia. Sumber: dokumentasi pribadi

Bagi banyak pelancong dunia, Spanyol identik dengan kota-kota terkenal seperti Barcelona, Madrid atau Sevilla. Lalu bagaimana dengan Segovia? Boleh jadi tidak banyak yang pernah mendengarnya. Padahal kota kecil ini tidak kalah menarik dan bersejarah. Sejarah yang menempel di pilar-pilar Aqueduct, melekat di dinding Katedral dan tertanam di benteng Alcazar. Tiga objek wisata yang telah mengangkat nama Segovia berkibar di pentas pariwisata Negeri Matador itu.

Matahari pagi tampak berbinar menyapa Madrid di penghujung tahun 2019 lalu. Seakan ikut menyemangati kami yang hendak ke Segovia. Dan di depan Ayre Gran Hotel Colon, saya akhirnya bertemu Antonio Domingo Alegria, sopir bus asal Vigo, Galicia, yang siap mengantar kami ke sana. Senor Antonio, hayo berangkat!

Segovia adalah sebuah kota bersejarah di wilayah otonomi Kastila dan Leon. Sekitar 90 km di sebelah baratlaut Madrid. Jika naik bus, Segovia bisa dicapai dalam waktu sekitar 90 menit dari Madrid. Jarak ini bahkan bisa dipangkas menjadi hanya sekitar 30 menit andai menggunakan kereta cepat AVE.

Dengan jarak sependek itu, Segovia pun berkembang menjadi salah satu destinasi wisata populer bagi wisatawan yang sudah berada di kota Madrid. Dikemas dalam paket wisata satu hari (one day tour), paket wisata ini jelas sangat menggoda. Apalagi pusat kota tuanya kian memikat dengan status bergengsi sebagai UNESCO World Heritage Site sejak tahun 1985.

Sejarah Segovia diawali dari sebuah pemukiman suku Celtic pada sekitar tahun 700 SM. Wilayah ini selanjutnya dikuasai bangsa Romawi pada tahun 80 SM. Lalu kembali beralih ke bangsa Moors yang telah menyapu sebagian besar Semenanjung Iberia pada awal abad ke-8. Dan akhirnya direbut kembali oleh Raja Alfonso VI pada tahun 1079.

Menjelang jam 10 pagi, Antonio memberi isyarat. Aha, bus kami kini melaju perlahan memasuki Segovia. Bayangan Aqueduct of Segovia yang sangat terkenal itu pun segera tampak. Antonio menurunkan kami persis di dekat Plaza Oriental, tidak jauh dari Plaza del Azoguejo, tempat berdirinya Aqueduct of Segovia. Perfecto!

Plaza del Azoguejo, Segovia. Sumber: dokumentasi pribadi
Plaza del Azoguejo, Segovia. Sumber: dokumentasi pribadi
Sebagai salah satu destinasi wisata populer di Spanyol, Segovia memiliki banyak objek wisata bersejarah yang wajib dikunjungi. Namun, ada tiga di antaranya yang berada di posisi terdepan, yakni The Aqueduct, The Cathedral dan The Alcazar. Tiga objek wisata andalan Segovia yang tidak hanya kondang di Spanyol, tetapi juga di seantero Eropa.

Aqueduct of Segovia adalah sebuah mahakarya konstruksi bangsa Romawi yang sangat menakjubkan. Bangsa Romawi sejatinya membangun aqueduct di seluruh wilayah kekaisarannya. Dari Italia, Prancis, Spanyol, Yunani hingga Afrika Utara. Namun, di antara semua aqueduct peninggalan Romawi yang masih ada, Segovia terbilang beruntung memiliki aqueduct ini.

Aqueduct sendiri merupakan saluran yang digunakan untuk mengangkut air dari sumber terpencil ke lokasi yang diinginkan. Aqueduct di Segovia membentang sepanjang 728meter dari keseluruhan panjang aqueduct yang mencapai 15km. Di masa lalu, air disalurkan dari sungai Rio Frio melalui aqueduct ini ke tempat penampungan di kota Segovia.

Konstruksi Aqueduct yang menakjubkan. Sumber: dokumentasi pribadi
Konstruksi Aqueduct yang menakjubkan. Sumber: dokumentasi pribadi
Ketika melangkah hingga berada persis di antara pilar-pilar Aqueduct, saya pun terpana. Pilar-pilar yang menjulang setinggi 28.5 meter itu benar-benar mengagumkan. Betapa tidak, aqueduct ini diperkirakan telah dibangun pada sekitar tahun 50 AD. Hampir 2,000 tahun lalu!

Bagian terbaik dari aqueduct ini adalah yang melintas di atas Plaza del Azoguejo. Alhasil, alun-alun ini  pun menjadi semacam titik temu semua rombongan wisatawan dunia. Dan status ini rupanya telah berlangsung sejak dahulu kala.

Plaza del Azoguejo dulunya merupakan sebuah alun-alun pasar yang selalu ramai. Tempat pertemuan favorit di kota ini. Tidak hanya bagi warga kota Segovia sendiri. Tetapi juga penduduk dari kota-kota di sekitarnya. Dan di era terkini pun, Plaza del Azoguejo belum kehilangan magnetnya.

Dari alun-alun cantik ini pula, saya mulai menghitung langkah menjelajahi kota tua Segovia. Dari plaza ke plaza. Dari Plaza del Azoguejo, saya pun mulai menyusuri jalan-jalan kecil menuju Plaza Mayor, alun-alun paling terkenal di kota Segovia. 

Plaza Mayor, alun-alun utama di Segovia. Sumber: dokumentasi pribadi
Plaza Mayor, alun-alun utama di Segovia. Sumber: dokumentasi pribadi
Menariknya, jalan pertama yang saya lewati adalah Calle de Cervantes. Nama jalan yang seketika membuatku teringat kisah Don Quixote de la Mancha. Nama tokoh utama dalam novel "Don Quixote" karya Miguel de Cervantes. Dan tidak salah, jalan ini memang didedikasikan untuk sang novelis Spanyol yang sangat terkenal itu. 

Angin dingin di penghujung Desember membuat saya sedikit mempercepat langkah. Mencari sedikit perlindungan di antara toko dan kafe di ujung jalan sana. Calle de Cervantes berakhir di mulut jalan lainnya yang tampak jauh lebih ramai. Itulah Calle Juan Bravo yang digelari sebagai jalan paling terkenal di Segovia.

Di jalan yang dulu disebut Calle Real ini berderet toko suvenir, butik, kafe, hotel, dan alun-alun. Di jalan ini pula langkah kaki semua wisatawan kerap tertahan. Bukan hanya oleh toko-toko yang menggoda, tetapi juga demi mengagumi pesona arsitektur beberapa bangunan bersejarah dari abad pertengahan. Misalnya Casa Des Los Picos, Church of San Martin hingga Segoiva Medieval Prison.

Tidak mengherankan, jalan ini pun selalu ramai dengan wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Apalagi ketika puncak musim turis tiba di Segovia. Ribuan turis yang bolak-balik dari Plaza del Azoguejo ke Plaza Mayor bakal membuat jalan ini kian padat merayap. Namun, di musim dingin yang sepi, Anda tentunya bisa menikmati sepuasnya jalan terkenal ini.

Dan masih di Calle Juan Bravo, sebuah alun-alun cantik akhirnya memaksaku menepi sejenak. Plaza de Medina del Campo, yang dikelilingi banyak bangunan tua sarat sejarah memang memesona. Bahkan pesonanya membuat saya sampai melupakan kameraku yang masih meringkuk dingin di dalam tas punggungku. 

Plaza Mayor, Segovia. Sumber: dokumentasi pribadi
Plaza Mayor, Segovia. Sumber: dokumentasi pribadi
Kamera memang biasanya selalu tersimpan di dalam tas dan hanya dikeluarkan ketika hendak memotret. Di banyak kota di Eropa, sebaiknya tidak menggantung kamera di leher kala berjalan-jalan. Ataupun sambil membuka peta di jalan ramai. Dua ciri itu bak menandai dirimu sendiri sebagai turis yang bisa menjadi sasaran pencopet profesional.

Setelah melalui Calle Isabela la Catolica, yang merupakan sambungan Calle Juan Bravo, saya pun tiba di Plaza Mayor. Alun-alun kota paling terkenal di Segovia. Bagaimana tidak terkenal, di alun-alun ini berdiri berbagai bangunan penting di Segovia. Mulai dari Town Hall, Juan Bravo Theatre, San Miguel Church, hingga Segovia Cathedral.

Tentu saja Katedral Segovia adalah bintang utamanya. Apalagi dengan posisinya yang berada di titik tertinggi di Segovia, katedral yang dibangun pada tahun 1527 hingga 1577 ini pun tampil sebagai salah satu landmark kota yang sangat menonjol. Sama dengan Aqueduct maupun Alcazar. Segovia Cathedral juga tercatat sebagai katedral gotik terakhir yang dibangun di Spanyol. 

Katedral Segovia, Plaza Mayor. Sumber: dokumentasi pribadi
Katedral Segovia, Plaza Mayor. Sumber: dokumentasi pribadi
Dari Plaza Mayor ini terdapat beberapa opsi untuk melanjutkan tour di kota kecil berpenduduk sekitar 51.6 ribu ini. Bisa mengunjungi Jewish Quarter yang berada cukup dekat dari alun-alun ini. Atau lanjut melangkah ke Alcazar de Segovia. Dan boleh juga ngopi di salah satu kafe nan hangat di sekitar Plaza Mayor.

Alcazar de Segovia hanya berjarak sekitar 750 meter dari Plaza Mayor atau sekitar 15 menit berjalan kaki. Dengan bentuknya yang menawan, kastil abad pertengahan ini konon ikut menginspirasi kastil yang hadir di film animasi "Snow White and the Seven Dwarves" dari Walt Disney.

Jejak sejarah Segovia sejatinya tidak hanya ada di balik kontruksi Aqueduct, Cathedral dan Alcazar. Bagi pecinta kuliner, sejarah kota ini juga bisa ditemukan di lembaran menu yang disajikan di banyak restoran ternama di kota ini. Dua di antaranya adalah Meson de Candido dan Restaurante Casa Duque.

Restoran Meson de Candido, salah satu restoran tertua di Segovia. Sumber: dokumentasi pribadi
Restoran Meson de Candido, salah satu restoran tertua di Segovia. Sumber: dokumentasi pribadi

Meson de Candido telah berdiri di Plaza del Azoguejo sejak September 1786. Sedangkan Casa Duque yang berlokasi Calle de Cervantes telah beroperasi sejak 1895. Kedua restoran legendaris ini sangat kondang dengan menu andalannya, yakni The Suckling Pig. Kuliner tradisional paling terkenal di kota Segovia. Hm, mirip kuliner yang juga populer di Ubud ya. :)

Kota Segovia memang tidak terlalu besar. Betapapun, lima jam di Segovia tetap saja terasa kurang. Namun, sesuai janji dengan Antonio yang akan menjemput tepat jam 3 sore, saya pun mempercepat langkah kaki kembali ke Plaza del Azoguejo. Dan selanjutnya menunggu sang Galician di sana.

Adios Segovia!

***

Kelapa Gading, 15 Maret 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan:

1) Semua foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi.

2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun