Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Lourdes, Destinasi Wisata Ziarah Terkemuka di Eropa

2 Maret 2022   11:54 Diperbarui: 4 Mei 2022   23:14 6512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suster muda dari sebuah negara di Eropa yang ikut prosesi lilin. Sumber: dokumentasi pribadi

Musim semi seolah tiba lebih awal di Eropa. Satu per satu negara mulai membuka pintunya bagi wisatawan dunia. Waktu yang tepat menyongsong datangnya musim semi di akhir Maret nanti. Tidak terkecuali dengan Lourdes, destinasi wisata ziarah umat Katolik di Prancis selatan, yang kini bersiap menyambut kembalinya rombongan peziarah dari seluruh penjuru dunia.

Lourdes adalah sebuah kota kecil di tepi Gave de Pau (The River of Pau) di kaki pegunungan Pyrenees, di selatan Prancis. Meskipun hanya sebuah kota kecil dengan populasi sekitar 13 ribu, Lourdes kerap menuai pujian sebagai "Lourdes, c'est Magnifique!". Dan tidak salah, Lourdes memang cantik.

Sejarah Lourdes berawal dari sebuah desa dengan jumlah penduduk hanya 4,135 pada tahun 1858. Namun, setelah penampakan Bunda Maria di Grotto of Massabielle (Gua Massabielle) di tahun itu, peruntungan Lourdes pun berubah. Dan sejak itulah jutaan peziarah mulai membanjiri Lourdes setiap tahun. Lourdes pun makin dikenal sebagai salah satu kota ziarah umat Katolik terkemuka di benua Eropa.

Matahari di langit Prancis selatan sedang memamerkan pesonanya pada suatu musim semi yang indah. Waktu yang tepat kala bus kami meluncur kencang dari Nice menuju Lourdes via Montpellier. Suatu jarak yang sangat panjang, sekitar 728 km! Berangkat pagi hari dari Nice dan tiba menjelang sore di Lourdes.

Sebagai sebuah kota tujuan peziarah dunia, Lourdes adalah destinasi wisata yang selalu sibuk sepanjang tahun, khususnya antara April - Oktober. Jalan-jalan sempit di sekitar Rue Sainte Marie terasa kian menyempit ketika bus kami ikut menyesaki jalan itu menuju hotel kami.

Jalan di pusat kota Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Jalan di pusat kota Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Hotel-hotel yang berada di sepanjang jalan itu termasuk yang paling diminati semua peziarah karena lokasinya yang sangat strategis. Dari Hotel Saint Sauveur, tempat saya menginap kala itu, hanya berjarak sekitar 350 meter dari "The Sanctuary of Our Lady of Lourdes", pusat ziarah di Lourdes.

Kawasan sekitar hotel kian ramai menjelang malam. Peziarah dari seluruh dunia mulai memadati jalan-jalan di pusat kota yang dipenuhi deretan hotel, restoran, kafe, toko suvenir, dan lain-lain. Dari beberapa toko suvenir yang selalu ramai pengunjung, sesekali terdengar candaan khas dari Indonesia. Hm, peziarah asal Indonesia pun telah tiba di sini.

Toko suvenir memang magnet bagi semua peziarah. Apalagi bagi peziarah Indonesia yang suka belanja di manapun. Aneka suvenir khas Lourdes tersedia, seperti rosario, salib, botol air suci, dan sebagainya. Namun, ketika malam tiba, semua peziarah mulai meninggalkan toko dan berjalan ke satu titik: The Grotto of Massabiella.

Itulah tempat dimulainya Prosesi Maria yang juga disebut Prosesi Lilin. Salah satu aktivitas yang paling dinanti semua peziarah Katolik yang berkunjung ke kota Lourdes.

Suvenir yang banyak dibeli peziarah di Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Suvenir yang banyak dibeli peziarah di Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Prosesi Maria yang konon telah berlangsung sejak tahun 1858 itu selalu sukses menarik ribuan peserta setiap malam. Para peziarah yang hendak ikut telah siap dengan sebatang lilin panjang. Lengkap dengan pelindung kardusnya agar tangan terlindung dari tetesan lilin dan hembusan angin.

Meskipun prosesi lilin sejatinya baru dimulai jam 9 malam, tetapi sejak sore ribuan peziarah telah bergerak ke grotto dan di sekitar pelataran Basilika Rosario. Tidak ketinggalan peziarah disabilitas yang dibantu banyak sukarelawan yang mendorong kursi rodanya melaju di atas jalur khusus.

Ketika saya melangkah ke grotto dan bergabung dengan rombongan peziarah asal Indonesia terdengar pengumuman dan ucapan selamat datang dalam berbagai bahasa. Tentu saja, termasuk dalam bahasa Indonesia. Peziarah asal Indonesia ikut mewarnai setiap acara prosesi di sini bersama ribuan peziarah dari berbagai negara lainnya.

Suster muda dari sebuah negara di Eropa yang ikut prosesi lilin. Sumber: dokumentasi pribadi
Suster muda dari sebuah negara di Eropa yang ikut prosesi lilin. Sumber: dokumentasi pribadi
Prosesi Maria sendiri dimulai dari depan Grotto. Ribuan peziarah berjalan perlahan sambil menyanyikan lagu "Ave Maria de Lourdes" yang bait pertamanya ditulis pada tahun 1873 sesuai dengan melodi kuno Pirenia. Namun, lagu itu diubah oleh Bruder Le Bas pada tahun 1967 yang isinya mengisahkan penampakan Bunda Maria.

Setiap peziarah memegang sebatang lilin menyala - sebagai peringatan akan nilai baptisme. Cahaya ribuan lilin di tangan peziarah membentuk suatu pemandangan yang sangat dramatis. Apalagi dililihat dari ketinggian. Suatu barisan cahaya lilin yang panjang. Bak tak putus-putusnya. Menakjubkan!

Prosesi Maria di Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Prosesi Maria di Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Prosesi yang sulit dilupakan itu diakhiri dengan doa Kredo dan Salam Maria, sebagai penghormatan terakhir kepada Perawan Maria. Setelah itu, para peziarah diberkati oleh Uskup atau Pastor yang hadir. Dan pelan-pelan pelataran sekitar Grotto pun kembali sepi.

Malam di Lourdes masih cukup panjang. Kafe dan toko suvenir di sekitar hotel masih banyak yang buka hingga larut malam. Bersama seorang teman saya pun terdampar di sebuah kafe yang dipenuhi pengunjung dari berbagai negara. Dari Filipina sampai Meksiko. Para peziarah inilah yang ikut menghidupkan ekonomi lokal Lourdes. Sulit dibayangkan kala Lourdes kehilangan semua turisnya (baca: peziarah).

Lourdes boleh jadi tidak berubah banyak andaikan tidak terjadi keajaiban di Gua Massabielle. Adalah seorang gadis desa bernama Bernadette Soubirous yang kemudian merubah nasib kota ini. Dari sebuah desa menjadi kota tujuan ziarah umat Katolik dari seluruh dunia. Bahkan bisa dibilang paling terkenal di Eropa.

Sejak pagi peziarah menuju grotto yang berada di samping Tribasilika. Sumber: dokumentasi pribadi
Sejak pagi peziarah menuju grotto yang berada di samping Tribasilika. Sumber: dokumentasi pribadi

Setiap tahun sekitar 5 juta peziarah dari seluruh penjuru dunia datang dan berdoa di "Grotto of Massabielle". Di tempat inilah terjadi penampakan Bunda Maria pada tahun 1858. Seorang gadis kecil 14 tahun, Bernadette Soubirous (sekarang St. Bernadette), yang beruntung menerima anugerah penampakan itu.

Syahdan, pada hari Kamis, 11 Februari 1858, Bernadette, adiknya Toinette dan temannya Baloume, sedang mencari kayu ke Massabielle. Bernadette melihat seorang "Wanita berbaju putih" muncul di dalam gua. Ia lalu menceritakan penglihatannya. Tetapi, adiknya mengaku tidak melihat apapun.

Mendengar itu, Ibunya memarahi dan melarangnya kembali ke grotto. Namun, pada hari Minggu, 14 Februari, ayahnya mengizinkannya kembali ke sana. Dan terjadilah penampakan kedua. Berita itu pun menyebar dengan cepat ke seluruh desa.

Selanjutnya, Bernadette masih menerima berbagai penampakan berikutnya. Hingga pada tanggal 25 Maret, sudah terjadi penampakan yang ke-16. Saat itulah, "Wanita berbaju putih" itu akhirnya menyatakan siapa dirinya. "Akulah Perawan Suci," katanya.

Bernadette berlari ke desa dan melaporkan hal itu. Pastor Peyramale terpana mendengarnya. Pada tanggal 16 Juli, ketika Bernadette ke padang rumput di seberang jeram Le Gave, sekali lagi dia menerima penampakan. Inilah penampakan ke-18 atau yang terakhir. Bernadette mengaku, "Belum pernah saya melihatnya secantik itu".

Gua Massabielle yang terkenal. Sumber: dokumentasi pribadi
Gua Massabielle yang terkenal. Sumber: dokumentasi pribadi

Semua penampakan ini akhirnya diselidiki oleh Monsinyor Laurence, Uskup Tarbes. Dan pada tanggal 18 Januari 1862, Monsinyor Laurence akhirnya mengakui penampakan dan tujuh kesembuhan mukjizat yang terjadi antara Maret hingga November 1858. Umat Katolik pun mengalir ke grotto dan kesembuhan ajaib terus terjadi.

Sementara itu, Bernadette yang mulai sakit-sakitan memasuki biara Saint Gildard di Nevers pada tahun 1866. Oleh Uskup Nevers, Bernadette tidak ditempatkan di manapun dan hanya menugasinya berdoa. Pada tahun 1879, kesehatannya memburuk dan wafat pada 16 April 1879. 

Jenazah Bernadette kini disimpan di dalam peti kaca di biara Saint Gildard, Nevers. Setelah dibeatifikasi pada tahun 1925 dan mendapat gelar beata, Bernadette Soubirous kemudian dikanonisasi sebagai orang kudus oleh Paus Pius XI pada tanggal 8 Desember 1933.

Selain mengikuti Prosesi Maria, semua peziarah tidak melewatkan kesempatan mengikuti misa di salah satu basilika atau misa pagi di depan grotto. Begitupun mengambil air suci yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Dan tentunya ikut pemandian rohani yang telah disiapkan.

Keesokan hari, ketika Lourdes masih diselimuti remang pagi, para peziarah sudah bergegas menuju sumber air di dekat grotto sambil membawa wadah air dalam berbagai ukuran. Dari botol kecil sampai jerigen besar. Air yang diambil dari keran-keran yang sudah disediakan kerap menjadi oleh-oleh khas dari Lourdes.

Peziarah mengambil air di Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Peziarah mengambil air di Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Air yang keluar dari deretan keran itu sangat jernih dan sejuk. Sumber mata air ini berasal dari bekas galian tanah oleh tangan-tangan mungil Bernadette. Peziarah dari Eropa, misalnya Spanyol, umumnya mengisinya dalam jerigen besar. Sedangkan peziarah dari luar Eropa yang harus terbang kembali ke negara masing-masing hanya mengambil secukupnya.

Grotto of Massabielle adalah titik sentral penziarahan ke Lourdes. Di bagian atas kanannya terdapat sebuah lubang berbentuk bulat telur. Di sana didirikan patung Bunda Maria dari marmer putih karya pemahat Joseph Fabisch. Di kaki patung yang dibangun tahun 1864 itu tertulis, "Que soy era Immaculada Councepcious" (Akulah Perawan Suci). Kalimat yang persis diucapkan Bunda Maria pada penampakan yang ke-16.

Patung Bunda Maria di Gua Massabielle-Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Patung Bunda Maria di Gua Massabielle-Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Di bagian lain grotto, ada mawar yang tumbuh di dinding sebelah kanan yang mengingatkan pada tanda yang diminta oleh Pastor Peyramale. Di sebelah kiri altar terdapat sumber air yang ditemukan oleh Bernadette pada tanggal 25 Februari 1858. Dari sumber air inilah yang dialirkan ke keran air dan pemandian. 

Pada penampakan ke-9, Bunda Maria juga mengajarkan Bernadette untuk meneladani Kristus yang bersedia menderita sebelum kebangkitannya. Kini para peziarah juga dapat turut merasakan penderitaan itu dengan menyusuri Jalan Salib sepanjang 1200 meter di punggung bukit Espelugues.

Salah satu bagian dari Jalan Salib di Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Salah satu bagian dari Jalan Salib di Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Setelah menjalani semua aktivitas di sekitar grotto bersama grup, saya kembali ke alun-alun nan luas di depan Tribasilika yang dibangun antara tahun 1862-1889. Suatu panorama mengagumkan dari tiga gereja yang sekilas terlihat menyatu.

Kripta adalah kapel pertama yang didirikan di tempat suci ini. Kripta dibangun di dalam bukit karang Massabielle dan diresmikan pada tanggal 19 Mei 1866. Selanjutnya di atas kapel ini dibangun Upper Basilica yang juga disebut "The Basilica of the Immaculate Conception".

Upper Basilica (belakang) dengan menaranya yang menjulang tinggi. Sumber: dokumentasi pribadi
Upper Basilica (belakang) dengan menaranya yang menjulang tinggi. Sumber: dokumentasi pribadi
Basilika yang dibuka untuk umum pada tahun 1871 itu diresmikan sebagai basilika minor oleh Paus Pius IX tiga tahun berikutnya. Paus Pius IX juga yang mengeluarkan pernyataan bahwa Maria dilahirkan tanpa dosa.

Hebatnya, masih di lokasi yang sama, atas persetujuan Paus Pius IX, dibangun lagi sebuah gereja pada tahun 1875. Gereja hasil rancangan arsitek Leopold Hardy, yang kemudian dinamai Basilika Rosario, diresmikan pada tahun 1889.

Basilika Rosario dipersembahkan kepada Bunda Maria dan diangkat menjadi basilika minor tahun 1926 oleh Paus Pius XI. Di atas pintu utamanya tampak Perawan Maria dan bayi Yesus memberikan rosario kepada Santo Dominikus, yang terkenal sebagai penyebar doa rosario.

Pahatan Bunda Maria dan bayi Yesus di atas pintu Basilika Rosario. Sumber: dokumentasi pribadi
Pahatan Bunda Maria dan bayi Yesus di atas pintu Basilika Rosario. Sumber: dokumentasi pribadi
Ketiga gereja nan indah itupun kini disebut juga sebagai Tribasilika. Sebuah kompleks gereja yang besar. Padahal Bernadette sendiri awalnya menyampaikan permintaan ke pastor Peyramale, "Sebuah kapel kecil saja!".

Setelah berjalannya waktu, Lourdes makin populer. Jumlah peziarah terus bertambah dari tahun ke tahun. Sampai akhirnya, pada tahun 1956 dibangunlah The Saint Pius X Basilica, yakni sebuah basilika raksasa di bawah tanah yang bisa menampung sampai 25.000 orang. Hampir sama dengan St. Peter's Basilica di Roma.

Misa di basilika bawah tanah di Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Misa di basilika bawah tanah di Lourdes. Sumber: dokumentasi pribadi
Kini Lourdes mestinya kembali berbinar menunggu datangnya peziarah dunia. Kota yang memesona dengan Tribasilika bergaya gotik, benteng medieval di atas bukit kota dan jalan-jalan kecilnya yang menarik. 

Kota ziarah yang telah lama merindukan keriuhan suara peziarah dari lebih 140 negara di dunia.

***
Kelapa Gading, 2 Maret 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan:

1) Semua foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi

2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun