Musim semi seolah tiba lebih awal di Eropa. Satu per satu negara mulai membuka pintunya bagi wisatawan dunia. Waktu yang tepat menyongsong datangnya musim semi di akhir Maret nanti. Tidak terkecuali dengan Lourdes, destinasi wisata ziarah umat Katolik di Prancis selatan, yang kini bersiap menyambut kembalinya rombongan peziarah dari seluruh penjuru dunia.
Lourdes adalah sebuah kota kecil di tepi Gave de Pau (The River of Pau) di kaki pegunungan Pyrenees, di selatan Prancis. Meskipun hanya sebuah kota kecil dengan populasi sekitar 13 ribu, Lourdes kerap menuai pujian sebagai "Lourdes, c'est Magnifique!". Dan tidak salah, Lourdes memang cantik.
Sejarah Lourdes berawal dari sebuah desa dengan jumlah penduduk hanya 4,135 pada tahun 1858. Namun, setelah penampakan Bunda Maria di Grotto of Massabielle (Gua Massabielle) di tahun itu, peruntungan Lourdes pun berubah. Dan sejak itulah jutaan peziarah mulai membanjiri Lourdes setiap tahun. Lourdes pun makin dikenal sebagai salah satu kota ziarah umat Katolik terkemuka di benua Eropa.
Matahari di langit Prancis selatan sedang memamerkan pesonanya pada suatu musim semi yang indah. Waktu yang tepat kala bus kami meluncur kencang dari Nice menuju Lourdes via Montpellier. Suatu jarak yang sangat panjang, sekitar 728 km! Berangkat pagi hari dari Nice dan tiba menjelang sore di Lourdes.
Sebagai sebuah kota tujuan peziarah dunia, Lourdes adalah destinasi wisata yang selalu sibuk sepanjang tahun, khususnya antara April - Oktober. Jalan-jalan sempit di sekitar Rue Sainte Marie terasa kian menyempit ketika bus kami ikut menyesaki jalan itu menuju hotel kami.
Hotel-hotel yang berada di sepanjang jalan itu termasuk yang paling diminati semua peziarah karena lokasinya yang sangat strategis. Dari Hotel Saint Sauveur, tempat saya menginap kala itu, hanya berjarak sekitar 350 meter dari "The Sanctuary of Our Lady of Lourdes", pusat ziarah di Lourdes.
Kawasan sekitar hotel kian ramai menjelang malam. Peziarah dari seluruh dunia mulai memadati jalan-jalan di pusat kota yang dipenuhi deretan hotel, restoran, kafe, toko suvenir, dan lain-lain. Dari beberapa toko suvenir yang selalu ramai pengunjung, sesekali terdengar candaan khas dari Indonesia. Hm, peziarah asal Indonesia pun telah tiba di sini.
Toko suvenir memang magnet bagi semua peziarah. Apalagi bagi peziarah Indonesia yang suka belanja di manapun. Aneka suvenir khas Lourdes tersedia, seperti rosario, salib, botol air suci, dan sebagainya. Namun, ketika malam tiba, semua peziarah mulai meninggalkan toko dan berjalan ke satu titik: The Grotto of Massabiella.
Itulah tempat dimulainya Prosesi Maria yang juga disebut Prosesi Lilin. Salah satu aktivitas yang paling dinanti semua peziarah Katolik yang berkunjung ke kota Lourdes.
Prosesi Maria yang konon telah berlangsung sejak tahun 1858 itu selalu sukses menarik ribuan peserta setiap malam. Para peziarah yang hendak ikut telah siap dengan sebatang lilin panjang. Lengkap dengan pelindung kardusnya agar tangan terlindung dari tetesan lilin dan hembusan angin.