Aeroflot mulai merasakan pahitnya penutupan sejak Jumat lalu. Sebuah pesawat Aeroflot dengan nomor penerbangan SU-2466 dari Moskwa ke Budapest harus terbang lebih lama sekitar 70 menit dari waktu normal setelah Polandia dan Ceko menutup wilayah udaranya bagi pesawat asal Rusia itu. Padahal saat itu tiga negara Baltik masih belum menutup ruang udaranya.
Bisa dibayangkan betapa sulitnya maskapai itu apabila tiga negara Baltik ikut menutup jalur udaranya. Â Aeroflot akan terbang memutar lebih jauh lagi untuk mencapai kota-kota di Eropa Barat dan Tengah. Rossiya dan S7 Airlines, yang juga memiliki rute internasional, pun jelas ikut pening dengan restriksi ini.
Sementara itu, menurut Official Airlines Guide (OAG), seperti dikutip dari media aviasi Simple Flying, jadwal penerbangan internasional Aeroflot mencapai sekitar 5,500 penerbangan ke pasar utama di Eropa. Sepuluh pasar utama dari maskapai terbesar asal Rusia itu meliputi Turkiye, Ukraina, Jerman, Belarus, Armenia, Azerbaijan, Italia, Finlandia, Moldova, dan Hungaria.
Setelah mengalami krisis akibat pandemi covid-19, Aeroflot seakan dihantam badai lainnya yang tidak kalah dahsyat. Tidak itu saja, maskapai Rusia diperkirakan akan kian tertekan jika pabrikan pesawat buatan Airbus (Konsorsium Eropa) dan Boeing (AS) ikut menghentikan dukungan terhadap semua operasional pesawat-pesawat buatannya. Â
Jika di masa lalu, khususnya di era Uni Soviet, hampir semua armada Aeroflot terdiri dari pesawat buatan Rusia sendiri, yakni Tupolev, Ilyushin, dan Sukhoi. Namun, saat ini pesawat-pesawat buatan Airbus dan Boeing yang mendominasi jajaran armada Aeroflot yang telah berdiri sejak tahun 1923 itu.
Pesawat buatan pabrikan pesawat Airbus dan Boeing juga banyak digunakan maskapai penerbangan Rusia lainnya, seperti Rossiya, S7 Airlines, Utair Airlines, Ural Airlines, dan lain-lain. Airbus A320 dan Boeing 737-800 termasuk jenis pesawat yang paling populer.
Sedangkan Sukhoi Superjet 100, pesawat buatan JSC Sukhoi Company, tidak banyak digunakan Aeroflot. Bahkan maskapai Russia lain tidak banyak yang tertarik mengoperasikannya. Pesawat berkapasitas sekitar 100 penumpang ini pernah menghiasi headline media Indonesia, ketika sebuah pesawatnya yang sedang melakukan penerbangan promosi jatuh di sekitar Gunung Salak pada tahun 2012 silam.
Singkatnya, rentetan pembatalan penerbangan segera terlihat di dua bandara utama di kota Moskwa, yakni Bandara internasional Domodedovo dan Sheremetyevo, bandara tersibuk di Rusia. Berbagai penerbangan menuju Paris dan Vienna, misalnya, sudah dibatalkan sejak hari Minggu kemarin.
Pembatalan penerbangan ini sejatinya tidak berhubungan langsung dengan keselamatan terbang akibat invasi Rusia ke Ukraina. Tentu saja, selama semua maskapai menghindari terbang di atas wilayah konflik atau 'No-fly Zones' di atas Ukraina dan sekitarnya. Tetapi, lebih disebabkan adanya larangan terbang memasuki wilayah udara negara-negara Eropa itu.
Semua maskapai Rusia yang biasanya menerbangi rute ke Eropa Barat juga siap-siap menerima kado pahit lainnya dari Jerman, Italia, Prancis, Belgia, Belanda, Denmark, Finlandia dan negara barat lainnya. Pengusaha asal Rusia mungkin sejenak melupakan kunjungan bisnis ke London. Begitupun wisatawan Rusia harus mengubur mimpi berlibur ke kota Paris di musim panas nanti.