Jadi wajar saja ketika Pemerintah Turki akhirnya memutuskan penggantian ini. Nama baru itu bahkan sudah dikampanyekan sejak Desember 2021 lalu. Selain lewat sosmed dengan tagar #HelloTurkiye dan #SayTurkiye, nama baru ini juga kian gencar digunakan lewat semua jalur komunikasi resmi Pemerintah.
Produk-produk ekspor dari negara ini pun kini mulai dilabeli "Made in Turkiye". Tidak lagi "Made in Turkey". Tidak terkecuali, situs web pariwisata negara ini pun ikut diganti menjadi GoTurkiye.com. Pokoknya, Welcome Turkiye! dan Goodbye Turkey!
Negara Turki sebetulnya tidak asing dengan perubahan nama seperti itu. Sejarah mencatat, kota terbesar di negara itu, yakni Istanbul pernah ganti nama beberapa kali. Kota yang berdiri di antara benua Asia dan Eropa itu awalnya bernama Byzantium, lalu diganti menjadi Konstantinopel di era Kekaisaran Romawi Timur. Dan akhirnya secara resmi menjadi Istanbul sejak tahun 1930.
Saint Petersburg (St. Petersburg), kota kelahiran Vladimir Putin, Presiden Russia saat ini. Kota kedua terbesar di Russia ini pernah ganti nama sampai 3 kali!
Selain Bangkok dan Istanbul, kota ternama lain yang bolak balik ganti nama adalah kota
Kota cantik di tepi Laut Baltik itu didirikan pada tahun 1703 oleh Peter the Great, Tsar Russia paling terkenal. Awalnya disebut Saint Petersburg, tetapi pada 1 September 1914, setelah pecah Perang Dunia I, kota ini ganti nama menjadi Petrograd. Selanjutnya berubah menjadi Leningrad sejak tahun 1924. Tidak lama pasca kematian Lenin. Dan akhirnya kembali menjadi St. Petersburg mulai tanggal 6 September 1991.
Masih banyak kota terkenal di dunia pernah berganti nama. Di antaranya, Bombai- India diubah menjadi Mumbai pada tahun 1995. Lalu, Saigon ke Ho Chi Minh City. Dan Rangoon ke Yangon. Sedangkan di Indonesia sendiri, selain Jakarta, kota Makassar pun pernah dikenal dengan nama Ujung Pandang sebelum kembali dinamai Makassar.
Jika Turki hanya mengubah penulisan kata Turkey menjadi Turkiye, maka tidak demikian dengan beberapa nama negara lain yang berubah total. Misalnya, perubahan dari Ceylon ke Sri Lanka; Siam ke Thailand; Burma ke Myanmar; Macedonia ke North Macedonia, dan sebagainya.
Tidak kalah menariknya adalah apa yang ditetapkan Pemerintah Belanda. Negeri Tulip yang selama ini juga populer dengan nama Holland secara resmi memutuskan untuk hanya menggunakan nama The Netherlands sebagai 'official branding' alias nama resminya. Tidak lagi menggunakan Holland sebagai representasi nama negaranya.
Holland sendiri sebetulnya hanya merujuk ke nama salah satu provinsi di negeri itu yang kini terbagi dua menjadi North Holland dan South Holland. Jadi maklum saja, Belanda kemudian memilih menggunakan Netherlands yang lebih pas mewakili seluruh wilayah negeri Kincir Angin itu.
Penggantian nama memang penting jika ada alasan logis di baliknya. Seperti kata Presiden Turki Erdogan terkait penggantian nama negara tersebut, "Kata Turkiye mewakili dan mengekspresikan budaya, peradaban dan nilai-nilai bangsa Turki dengan cara terbaik."Â Berbeda dengan kata Turkey yang bisa berarti macam-macam... :)
***