Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Rute Panas di Atas Ukraina

27 Januari 2022   09:32 Diperbarui: 20 Mei 2022   20:48 1914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maskapai flag carrier di bandara Odessa. Sumber: Wiktor Kepinski / www.planespotters.net

Situasi di belahan utara Laut Hitam kian memanas belakangan ini. Awan gelap bak berarak menyelimuti wilayah Ukraina. Persis seperti ketika pasukan Rusia mencaplok semenanjung Krimea pada tahun 2014 silam. Ancaman perang antara Rusia dan Ukraina sepertinya sudah di depan mata.

Intimidasi Rusia terhadap Ukraina tentu saja mengingatkan dunia akan perang lainnya yang melibatkan Rusia, yakni ketika negara Beruang Merah itu menyerang Georgia pada tahun 2008. 

Kala itu Rusia bak 'menghukum' Georgia, setelah tentara Georgia menyerang Ossetia Selatan yang hendak memisahkan diri. Pasalnya, banyak penduduk di situ memiliki status warga negara Rusia.

Perseteruan Rusia vs Ukraina kali ini pun sekali lagi membuat seluruh kawasan Laut Hitam hingga Kaukasus pun kembali bergolak di tengah musim dingin yang menggigit. Temperatur di wilayah ini yang masih di bawah nol derajat celcius tetap belum mampu mendinginkan situasi yang sedang panas.

Peta Ukraina dan Rusia. Sumber: Mapbox/www.aljazeera.com
Peta Ukraina dan Rusia. Sumber: Mapbox/www.aljazeera.com

Baik Ukraina maupun Georgia adalah bekas negara satelit di bawah kendali Uni Republik Sosialis Soviet alias Uni Soviet. Dan keduanya sama berbatasan dengan Laut Hitam. Sementara Rusia, sebagai negara terbesar di zaman negara sosialis itu, bisa dibilang sebagai pewaris utama Uni Soviet yang bubar pada tahun 1991.

Namun, kali ini Rusia harus berhitung cermat. Situasi pada tahun 2014 dan tahun 2022 ini tentu saja berbeda. Ukraina kini mendapat dukungan militer dari NATO. Tak pelak lagi, perkembangan ini pun ikut berimbas ke jalur penerbangan sipil di kawasan ini dan sekitarnya.

Rusia terus mengirim pasukannya ke perbatasan dengan Ukraina. Sumber: AP / www.af.com
Rusia terus mengirim pasukannya ke perbatasan dengan Ukraina. Sumber: AP / www.af.com
Maskapai penerbangan internasional yang melayani rute ke Kyiv (Kiev), ibu kota Ukraina, pun makin was-was dengan situasi terkini. Austrian Airlines, misalnya, yang biasanya menerbangi rute ke Kyiv dan bermalam di Kyiv, kini memilih segera kembali ke kota asalnya. Seperti yang terjadi pada tanggal 23 Januari 2022 lalu.

Kala itu Austrian Airlines dengan nomor penerbangan OS-667 dengan rute Vienna--Kyiv seharusnya bermalam di kota itu. Baik pesawat maupun kru pesawat. Namun, maskapai tersebut justru memutuskan segera kembali ke Vienna sebagai penerbangan khusus dengan nomor penerbangan OS-1402.

Keputusan maskapai tersebut untuk tidak bermalam di kota Kyiv bisa dipahami. Kotanya Vitali Klitschko, mantan petinju kelas berat yang kini menjabat sebagai Wali Kota Kyiv itu, sewaktu-waktu bisa saja diserang Rusia. Pengalaman terjebak di kota yang sedang dilanda perang jelas bukan hal yang diharapkan. Bandara Boryspil--Kyiv pun bisa saja langsung ditutup.

Maskapai asal Austria yang menerbangi rute Vienna-Kyiv. Sumber: Marco Wolf / www.planespotters.net
Maskapai asal Austria yang menerbangi rute Vienna-Kyiv. Sumber: Marco Wolf / www.planespotters.net
Boryspil International Airport adalah bandara terbesar di Ukraina. Bandara ini melayani sekitar 65% arus lalu lintas penerbangan, termasuk penerbangan antar benua, di ibu kota negara kedua terluas di Eropa itu. Kyiv sendiri memiliki dua bandara untuk penerbangan sipil. Selain Boryspil, kota ini juga memiliki Kyiv Zhulyany Airport.

Dunia penerbangan pun belum melupakan nasib tragis pesawat Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh di atas wilayah Ukraina Timur pada tanggal 17 Juli 2014. Pesawat jenis Boeing 777-200ER dengan rute penerbangan Amsterdam--Kuala Lumpur itu pun jatuh bersama 283 penumpang dan 15 kru. Tidak ada satu pun yang selamat.

Pesawat nahas itu ditembak jatuh oleh sebuah rudal jenis darat-ke-udara Buk 9M83 buatan Rusia. Malaysia Airlines saat itu diduga melintas di atas wilayah konflik di Ukraina Timur. Tepatnya di wilayah Donbas yang sedang terjadi konflik antara Ukraina dan kelompok separatis Donbas yang didukung Rusia.

Rongsokan pesawat Malaysia Airlines MH-17 yang direkonstruksi untuk tujuan investigasi. Sumber: Piroschka van de Wouw / Reuters / www.rferl.org
Rongsokan pesawat Malaysia Airlines MH-17 yang direkonstruksi untuk tujuan investigasi. Sumber: Piroschka van de Wouw / Reuters / www.rferl.org
Meskipun secara militer Ukraina tentu saja bukan tandingan negara adidaya Rusia, namun industri penerbangan di negara ini sebetulnya pernah berkibar. Bahkan di era Uni Soviet, pesawat jenis Antonov buatan Ukraina ikut melengkapi armada Aeroflot, maskapai terbesar sejak era Soviet itu.

Bersama dua pabrikan pesawat Rusia lainnya, yakni Ilyusin dan Tupolev, pesawat buatan Antonov ikut menghiasi industri penerbangan di masa Uni Soviet. Antonov State Enterprise, yang telah membangun sekitar 22,000 pesawat, juga ikut memproduksi pesawat angkut militer dan khususnya terkenal dengan pesawat kargo berukuran besar buatannya.

Antonov An-225 Mriya, misalnya, diakui sebagai pesawat kargo terbesar yang pernah mengangkasa di dunia. Nama Mriya sendiri dalam bahasa Ukraina berarti Mimpi atau Inspirasi. Pesawat ini bahkan pernah digunakan untuk mengangkut Buran, yakni pesawat ulang alik di era Uni Soviet.

Antonov 225 sedang mengangkut pesawat ulang alik Buran. Sumber: Master Sgt.Dave Casey/wikimedia
Antonov 225 sedang mengangkut pesawat ulang alik Buran. Sumber: Master Sgt.Dave Casey/wikimedia
Kemungkinan perang antara Rusia vs Ukraina tidak hanya mengancam keselamatan negara mantan pesepak bola tenar Andriy Shevchenko itu. Perang itu pun bisa mengakibatkan ditutupnya semua jalur penerbangan internasional ke negara itu. Bisnis penerbangan di wilayah itu pun akan kembali terpuruk. 

Dan yang paling terpukul tentu saja maskapai utamanya, yakni Ukraine International Airlines (UIA). Sebelum sepenuhnya pulih akibat hantaman keras pandemi covid-19, kini maskapai berstatus flag carrier ini harus bersiap menghadapi situasi terburuk yang bisa memaksanya untuk kembali meng-grounded semua armadanya. 

Maskapai yang berbasis di bandara Boryspil itu saat ini menerbangi lebih dari 80 kota ternama di dunia. Dari Asia, Timur Tengah, Eropa, sampai Amerika Utara.

Maskapai flag carrier di bandara Odessa. Sumber: Wiktor Kepinski / www.planespotters.net
Maskapai flag carrier di bandara Odessa. Sumber: Wiktor Kepinski / www.planespotters.net
Pada April 2020 lalu, maskapai ini pun sempat mengikuti tren "Flight to Nowhere" dengan menawarkan suatu penerbangan spesial di atas Chernobyl Nuclear Power Plant. Masih ingat Chernobyl? Inilah reaktor nuklir di Ukraina yang meledak pada tanggal 26 April 1986 yang tercatat sebagai kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah.

Ukraina sendiri pun termasuk negara yang cukup menarik bagi banyak maskapai ternama dunia. Selain kota Kyiv, kota-kota lainpun mulai diterbangi maskapai besar dunia. Pada Desember 2021 lalu, contohnya, Qatar Airways baru saja melakukan penerbangan inaugural ke Odessa.

Odessa, yang merupakan kota terbesar ketiga di Ukraina, dikenal sebagai kota wisata terkenal yang kerap dijuluki "Pearl of the Black Sea". Inilah kota kedua yang diterbangi maskapai terkenal asal Doha- Qatar itu. Sebelumnya Qatar sudah menerbangi rute Doha - Kyiv setiap hari.

Tidak hanya Qatar Airways, maskapai pembawa bendera lainnya yang ikut meramaikan rute penerbangan ke Kyiv, antara lain Aegean Airlines, Air France, Austria Airlines, KLM, Lufthansa, dan Turkish Airlines.

Selain maskapai full-service di atas, maskapai kategori Low Cost Airlines pun ikut memadati rute sibuk ke Kyiv. Di antaranya, Vuelling Airlines- Spanyol, Wizz Air- Hungaria, Air Arabia- UEA, Eurowings- Jerman, flydubai- UEA dan RyanAir- Irlandia.

Ukraina juga memiliki Low Cost Airlines. Ini salah satunya, yakni Bees Airline. Sumber: Anna Svereva / wikimedia
Ukraina juga memiliki Low Cost Airlines. Ini salah satunya, yakni Bees Airline. Sumber: Anna Svereva / wikimedia
Ketegangan di sekitar perbatasan Ukraina--Rusia terus meningkat. Dikutip dari situs berita Aljazeera, sekitar 100 ribu pasukan Rusia telah mencapai perbatasan Ukraina. Meskipun demikian, Rusia masih terus menyangkal akan menginvasi Ukraina. Namun, banyak yang tidak percaya. 

Seperti kata Oksana Syroyid, mantan Wakil Ketua Parlemen Ukraina, yang ditulis harian New York Times beberapa waktu lalu. "When the Russian say No, they often mean Yes". Lebih lanjut dijelaskannya, jika Rusia mengatakan tidak akan menginvasi Ukraine, sebetulnya harus dibaca sebagai "Yes, kami akan menginvasi Ukraina!".

Manuver Rusia memang sulit ditebak. Begitupun apa yang ada dalam benak seorang Vladimir Putin. Meminjam sebuah peribahasa lama, "Dalamnya Laut Hitam dapat diukur, dalamnya hati Putin siapa pula yang tahu." 

***

Kelapa Gading, 27 Januari 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2

Catatan:

1) Semua foto-foto yang digunakan sesuai dengan keterangan di foto masing-masing

2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun