Saga Djokovic berakhir sudah. Petenis nomor satu dunia itu gagal tampil di Australian Open 2022 setelah Pemerintah Australia membatalkan visanya. Sebagai satu dari empat kejuaraan Grand Slam di dunia tenis, Australia Terbuka selalu menyedot perhatian dunia. Tidak heran, drama visa Djokovic pun ikut menghiasi berita utama di berbagai media ternama di dunia. Dari Australia sampai Serbia, negara asal sang petenis top itu.Â
Namun, lupakan Australia Terbuka sejenak. Melbourne sejatinya bukan hanya soal tenis. Melbourne juga tuan rumah Formula One-Australia Grand Prix yang bakal digelar April nanti. Lalu ada pula MotoGP, Melbourne Cup, Boxing Day Test, dan lain-lain, yang diadakan saban tahun di ibu kota negara bagian Victoria ini.
Tidak mengejutkan kota cantik di tepi Sungai Yarra inipun kerap disebut "The Sporting Capital of Australia". Dan sejarah romansa Melbourne dengan dunia olah raga pun sebetulnya telah berlangsung lama.
Melbourne pernah menjadi Tuan Rumah 1956 Summer Olympics. Olimpiade Musim Panas pertama di Negeri Kanguru dan sekaligus yang pertama kali diselenggarakan di luar benua Eropa dan Amerika Utara.
Sejarah Melbourne mulai bergulir sejak kedatangan John Batman di tempat yang kini dikenal sebagai Port Phillip pada tahun 1835. Setelah sukses menegosiasikan sebuah perjanjian dengan masyarakat Aborigin setempat, Batman pun mulai membangun pemukiman pertama di situ. Dan inilah cikal bakal berdirinya kota Melbourne.
Melbourne memasuki babak baru ketika diresmikan sebagai kota oleh Ratu Victoria pada tahun 1847. Berkat demam emas (gold rush)Â pada era 1850-an, yang dikenal sebagai "Marvellous Melbourne", kota ini pun melaju pesat. Dan status Melbourne ikut berubah menjadi ibu kota koloni baru Victoria pada tahun 1851.
Melbourne bahkan menjelma sebagai salah satu kota terpenting di Imperium Britania kala itu. Juga disebut-sebut sebagai salah satu kota terbesar dan terkaya di dunia. Sisa masa keemasan Melbourne kini bisa dilihat di Sovereign Hill, yakni sebuah museum terbuka di pinggiran Ballarat yang menggambarkan era gold rush pada masa itu.
Ketika Persemakmuran Australia dibentuk pada tahun 1901, Melbourne lalu ditetapkan sebagai pusat pemerintahan. Posisi ini terus diembannya sampai tahun 1927, ketika Canberra selanjutnya menjadi ibu kota permanen pada tahun 1927.
Di era terkini, Melbourne adalah perpaduan dari jalan-jalan kecil yang ramai, restoran kelas dunia, museum keren dan galeri yang menawan. Deretan bangunan bergaya Victorian ikut bersanding dengan gedung-gedung modern yang menjulang tinggi. Alhasil, Melbourne pun menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Australia.Â
Pada tahun 2019, misalnya, kota yang juga berjuluk "The Cultural Capital of Australia" ini dikunjungi sekitar 13.9 juta wisatawan. Termasuk di antaranya sekitar 3 juta wisatawan internasional.
Pamor Melbourne memang tidak diragukan. Kota ini juga diakui sebagai pusat musik, teater, komedi, seni, literatur, film dan televisi. Berbagai kegiatan dan festival besar kerap diadakan di kota indah ini. Misalnya, Melbourne International Arts Festival, Melbourne International Film Festival, dan lain-lain.
Apalagi Melbourne pun memiliki deretan museum dan galeri berkelas. Di antaranya National Gallery of Victoria, Melbourne Museum, Australian Centre for Contemporary Art (ACCA), National Sports Museum, Australia Centre for the Moving Image (ACMI), Lyon Housemuseum, Heide Museum of Modern Art, dan banyak lainnya.
Menariknya, sebagian besar museum dan galeri di Melbourne dibuka untuk umum secara gratis. Kota ini memang banyak menawarkan fasilitas gratis buat warganya. Bahkan naik tram keliling kota pun gratis.
Dengan segala reputasinya itu, pantas saja Melbourne pun terpilih sebagai salah satu dari 10 Kota Paling Layak Huni di Dunia. Kota berpenduduk sekitar 5 juta ini malah pernah menyandang status sebagai "The World's Most Liveable City"Â selama tujuh tahun berturut-turut, yakni dari 2011 sampai 2017.
Survei tahunan kota paling layak huni versi Global Liveability Index diselenggarakan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU). EIU sendiri adalah sayap bisnis Economist Group, raksasa media dari Inggris yang terkenal sebagai penerbit majalah berita bergengsi The Economist.
Meskipun Melbourne adalah kota terbesar kedua di Australia setelah Sydney, tetapi pusat kota (city center) Melbourne relatif mudah dijelajahi. Apalagi ada tram yang tersedia gratis. City Circle Tram yang bergaya vintage itu memang salah satu cara terbaik mengunjungi berbagai atraksi wisata di sepanjang rutenya.
Namun, Melbourne pun tidak kalah asyik dinikmati dengan berjalan kaki. Why not? Banyak wisatawan melakukannya di kota ini. Misalnya, menyusuri Swanston Street yang selalu ramai, yakni dari Flinders Street Station sampai Melbourne Central. Dan tentunya tidak lupa singgah di Union Lane yang dipenuhi seni grafiti nan unik.
Beberapa objek wisata terkenal juga berada di Swanston dan sekitarnya. Di antaranya, St. Paul's Cathedral, Melbourne Town Hall, State Library Victoria dan Melbourne China Town. Begitupun Old Treasury Building, Parliament House, St. Patrick's Cathedral dan Royal Exhibition Building. Semuanya ini pun bisa dicapai dengan berjalan kaki.
Rute lain yang juga layak dijelajahi adalah dari Royal Botanic Gardens dan Shrine of Remembrance ke arah Arts Centre Melbourne. Monumen Shrine of Remembrance adalah tugu peringatan perang yang dibangun untuk menghormati pahlawan yang gugur selama Perang Dunia I.
sungai Yarra menuju Crown Melbourne, yakni kompleks kasino dan hiburan di Southbank. Inilah pusat hiburan terbesar di Australia. Selain kasino, juga terdapat hotel, butik-butik mewah, restoran kelas satu, dan sebagainya.
Selanjutnya, dari Princes Bridge (St. Kilda Road) menyusuri area pedestrian di sepanjangJangan lewatkan pemandangan menarik ke arah Ponyfish Island di atas sungai Yarra. Sebuah bar terapung nan unik yang berada persis di bawah Evan Walker Bridge, yakni jembatan khusus pejalan kaki di Southbank- Melbourne.
Melbourne juga dikenal sebagai Kota Taman, persis sama dengan julukan Negara Bagian Victoria yang disebut "the Garden State of Australia". Lihat saja keberadaan taman-taman yang mengitari kota ini. Seperti Royal Botanical Garden, Fitzroy & Treasury Gardens dan lain-lain.
Fitzroy Garden, yang terletak di timur kota Mebourne, memang bukan yang terbesar, tetapi taman ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Pasalnya, di taman inilah Anda bisa mengunjungi Cook's Cottage yang terkenal itu.
Cook's Cottage ini adalah bekas rumah tinggal orang tua James Cook yang dibawa dari Inggris ke Melbourne pada tahun 1934. James Cook sendiri dikenal sebagai seorang penjelajah dan navigator Inggris ternama. Hasil pemetaan Samudera Pasifik yang dibuatnya menjadi panduan bagi penjelajah berikutnya.
Melbourne sungguh memiliki banyak julukan. Namun, julukan terakhir ini barangkali yang paling unik. Bagaimana tidak unik, julukannya adalah "Four Seasons in One Day"Â atau Kota Empat Musim Dalam Sehari.
Cuaca di Melbourne memang sulit diprediksi. Itu sebabnya kota ini pun digambarkan sebagai kota yang mengalami empat musim dalam sehari. Musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi bisa saja datang bergantian dalam sehari.
Setelah akhirnya dideportasi dari Melbourne- Australia, boleh jadi suasana hati Novak Djokovic pun bak empat musim dalam sehari. Super galau! Nah, jangan lupa segera vaksin ya, bro. :)
***
Kelapa Gading, 17 Januari 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan:
1) Semua foto-foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi, kecuali foto City Circle Tram.
2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H