Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Romantika Perjalanan, dari Toilet ke Toilet

12 Januari 2022   17:36 Diperbarui: 3 Maret 2022   03:54 1563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cukup pesan secangkir espresso sudah bisa gunakan toilet kafe/bar tsb. Sumber: Dokumentasi pribadi

Siapa bilang urusan ke toilet adalah hal sepele. Apalagi dalam sebuah perjalanan wisata yang panjang. Hampir setiap hari bakal selalu diwarnai serial "Petualangan Mencari Toilet". Dari satu kota ke kota lain. Tidak jarang, waktu ke toilet pun ikut mengikis durasi singkat city tour di sebuah kota.

Turis Indonesia memang dikenal sebagai turis yang paling suka mencari toilet. Bahkan belum lama bus meninggalkan hotel pun, sudah ada yang meminta berhenti untuk ke toilet lagi. Tidak heran, wisatawan dari negeri kita pun kerap dijuluki wisatawan "Tiga TO".

Dua "TO" yang pertama tentu saja berhubungan dengan hobi berbelanja di Toko. Lalu, kegemaran berfoto di manapun. Dan, TO yang terakhir, tidak lain berkaitan dengan urusan ke Toilet di sepanjang waktu. :)

Dalam berbagai perjalanan panjang antar kota, sopir-sopir LDC (Long Distance Coach) sering dibikin bingung oleh hobi ke toilet wisatawan asal Indonesia. Solusi terbaik pun akhirnya diterapkan. Ketika hendak Toilet Stop, sopir selalu mencari tempat yang bisa lakukan dua urusan sekaligus. Belanja dan ke toilet!

Salah satu Rest-Area di Italia. Sumber: Francesca Tosolini/www.italyfromtheinside.com
Salah satu Rest-Area di Italia. Sumber: Francesca Tosolini/www.italyfromtheinside.com
Masalah ke toilet akan mudah diatasi andaikata toilet gampang ditemukan di mana-mana. Dalam banyak kasus, toilet umum tidak semudah itu ditemukan, khususnya di kota-kota tua di Eropa. Dan kalaupun ada, selain berbayar juga dihadang antrean yang panjang, khususnya di toilet wanita.

Dalam suatu perjalanan di Valencia, seorang pemandu wisata setempat yang baru saja kami temui di Torres de Serranos akhirnya lebih sibuk mengantar peserta tour mencari toilet daripada bercerita tentang kotanya yang indah.

Bagaimana tidak. Belum lama berjalan kaki menuju Katedral Valencia dalam program Walking City Tour yang hanya berdurasi sekitar 3 jam, seorang peserta tur sudah mengajukan pertanyaan unik.

Oh, bukan bertanya soal tahun berapa Menara Serranos dibangun. Tidak juga soal nama arsitek yang merancang Katedral Valencia yang berarsitektur gotik itu. Anda pasti bisa menduga pertanyaan pertama yang diajukan. "Ada toilet di sini?" :)

Singkatnya, setelah menemukan toilet yang penuh antrean, bukan satu orang yang hendak ke toilet. Rupanya hasrat ke toilet cepat sekali menular. Satu rombongan pun semuanya mendadak pingin juga ke toilet. Alamak!

Alhasil, sekitar 30 menit lebih berlalu hanya berada di sekitar toilet. Waktu city tour mengunjungi kota tua yang sempit pun ikut tergerus oleh 'wisata toilet' itu. :)

Sebetulnya, ada cara lain untuk mendapatkan toilet lebih cepat dan bersih, yakni mampir ke sebuah kafe. Tentu saja, Anda harus membeli sesuatu sebelum menggunakan toiletnya. Namun, seringkali hanya beberapa orang yang memanfaatkan opsi ini.

Cukup pesan secangkir espresso sudah bisa gunakan toilet kafe/bar tsb. Sumber: Dokumentasi pribadi
Cukup pesan secangkir espresso sudah bisa gunakan toilet kafe/bar tsb. Sumber: Dokumentasi pribadi
Cerita soal antrean di toilet umum membuat saya kembali teringat kejadian lucu lainnya di Istana Alhambra, Granada-Spanyol. Bayangkan saja jika Anda sudah sangat kebelet, tetapi antrean di depan seolah tidak bergerak. Apalagi di jalur menuju toilet wanita yang selalu padat merayap. 

Begitulah, ketika semua wajah tegang sedang antre. Tetiba seorang wanita menerobos ke jalur toilet pria yang lebih sepi. Bak pindah ke jalur busway saja. Di dalam toilet pria memang ada WC berpintu. Namun, untuk masuk ke sana tentu butuh nyali besar. Terlebih lagi di antara puluhan pasang mata yang sama putus asanya menanti di jalur sebelah (Toilet Wanita). "Emergency!," teriaknya. Hahaha.

Singgah ke toilet pun kerap bukan semata antrean yang panjang. Namun, yang tidak kalah memusingkan adalah toilet berbayar yang relatif mahal. Apalagi bagi sebagian turis yang apapun pasti dikurs dulu ke dalam mata uang sendiri. Makin terasa mahal!

Gara-gara toilet nan mahal itulah, ada saja yang menanyakan kembali arah jalan ke restoran tempat kami makan siang tadi. Ada barang ketinggalan? Tidak bro. Tapi mau kembali ke sana untuk menggunakan fasilitas toiletnya. :)

Di Venezia, misalnya, Anda harus merogoh kocek sampai 1.5 euro atau Rp 24 ribu untuk sekali menggunakan toiletnya. Toilet yang berada dekat butik Louis Vuitton, tidak jauh dari Piazza San Marco, itu memang paling strategis. Dekat ke mana-mana. Tetapi, sekaligus paling mahal. Makin terasa berat bagi turis yang hobi bolak-balik ke toilet.

Tarif Toilet di Venezia paling mahal. Sumber: Andreas Schalagowski/Google Maps
Tarif Toilet di Venezia paling mahal. Sumber: Andreas Schalagowski/Google Maps
Di negeri pizza Italia, khususnya di kota-kota besar, toilet-toilet umum biasanya berbayar. Di stasiun Termini - Roma, contohnya, Anda harus membayar 1 euro untuk menggunakan toilet di situ. Bahkan banyak toilet umum yang seharusnya gratis, tetapi jika ada penjaganya, Anda pun diharapkan memberi tip.

Tentu saja, masih ada toilet gratis yang bisa ditemukan. Misalnya, di resto cepat saji McDonalds dan Starbucks. Namun, di beberapa gerai McD pun sudah ada yang menggunakan kode angka untuk membuka pintu toilet. Password ini bisa Anda dapatkan di bagian bawah struk setelah membayar pesananmu.

Tidak hanya di dalam kota. Di hampir semua jaringan Autogrill yang umumnya berada di area pompa bensin di autostrada (jalan tol di Italia) fasilitas toilet gratis selalu tersedia. Namun, bila Anda bertemu seorang penjaga yang menyediakan baki kecil di depan toilet, Anda diharapkan memberi tip. Meskipun tidak ada keharusan untuk itu.

Toilet umum yang dikelola Sanifair. Sumber: www.spiegel.de
Toilet umum yang dikelola Sanifair. Sumber: www.spiegel.de
Berbeda dengan Italia, di negara Jerman, banyak toilet umum dikelola secara profesional. Khususnya toilet-toilet di berbagai Rest Area yang dikelola Sanifair GmBh. Perusahaan Jerman yang berdiri sejak tahun 2004 ini awalnya hanya mengelola jaringan toilet umum di Jerman. Namun, kini menawarkan waralaba ke seluruh benua Eropa.

Konsep pengelolaan toilet yang diusung Sanifair sangat menarik. Di sekitar 550 lokasi yang kini dikelolanya, Sanifair hanya membebankan jasa toilet sebesar 0,50 euro. Namun, Anda masih akan mendapatkan kupon setelah koinmu masuk ke slot mesin toilet.

Kupon yang berfungsi sebagai voucher diskon itu bisa di-redeem ketika Anda membeli kopi atau barang lainnya di toko/kafe yang menyatu dengan fasilitas Sanifair. Menarik, bukan?

Kupon di Sanifair yang bisa digunakan ketika membeli kopi dll. Sumber: www.sanifair.com
Kupon di Sanifair yang bisa digunakan ketika membeli kopi dll. Sumber: www.sanifair.com
Sebetulnya, jika berada di kota besar yang ada shopping mall, tentu saja Anda bisa menggunakan toiletnya secara gratis. Namun, tidak semua kota di Eropa memiliki pusat perbelanjaan besar seperti di kawasan Asia.

Soal fasilitas toilet gratis, apa yang dilakukan Pemerintah Kota Paris layak diapresiasi. Pemkot Paris menyewa ratusan Sanisette dari sub-kontraktor senilai 1200 euro per bulan. Bahkan menghabiskan budget sekitar 6 juta euro per tahun ke Perusahaan JCDecaux yang mengoperasikan dan memelihara semua Sanisette di kota Paris.

Sanisette adalah merek dagang terdaftar untuk toilet umum mandiri, dapat dibersihkan sendiri, unisex, yang dipelopori oleh perusahaan Prancis JCDecaux. Pada awalnya, Sanisette yang didesain oleh Patrick Jouin itu adalah toilet berbayar, yakni 40 sen sekali pakai.

Sanisette di kota Paris. Sumber: Agateller/Wikimedia
Sanisette di kota Paris. Sumber: Agateller/Wikimedia
Akan tetapi, secara bertahap hingga Februari 2006, semua sanisette yang diperkirakan ada sekitar 420 itu, akhirnya dikonversi menjadi toilet gratis. Oh, tentu saja di luar jaringan Sanisette, Anda masih akan menemukan toilet berbayar lain. Misalnya, yang menggunakan koin.

Urusan ke toilet di Paris memang tidak banyak menguras kantong wisatawan. Namun, ada hal lain yang wajib diwaspadai di banyak toilet umum di ibu kota Prancis itu. Waspada akan tukang copet! Di Menara Eiffel, contohnya, semua turis wajib ekstra hati-hati. Inilah salah satu 'destinasi copet' yang paling digemari komplotan pencopet di Paris.

Peringatan Awas Copet di Toilet Eiffel. Sumber: www.corporatesafetytravel.com
Peringatan Awas Copet di Toilet Eiffel. Sumber: www.corporatesafetytravel.com
Di Inggris, kisah toilet tidak kalah menarik. Di negara Mr. Bean inilah, urusan toilet umum pernah menjadi agenda Dewan Kota London dengan melibatkan komunitas setempat. Itulah Community Toilet Scheme (CTS) yang berawal dari distrik Richmond- London dan kini diikuti beberapa kota lainnya di wilayah Britania Raya.

Skema toilet ini mengajak restoran, pub, bar, kafe, dan toko untuk ikut berpartisipasi dalam menyediakan toilet yang lebih bersih ke publik. Setiap partisipan yang terdaftar diharapkan memberikan akses toilet gratis ke publik tanpa ada kewajiban apapun untuk membeli sesuatu. 

Sebagai imbalannya, selain menerima sokongan biaya perawatan toilet dari Dewan Kota, mereka juga mendapatkan publikasi gratis di situs Dewan Kota, di peta kota yang dicetak, dan sebagainya. Suatu sinergi yang bagus antara Pemerintah Kota dan perusahaan swasta yang bermanfaat bagi masyarakat.

Lalu bagaimana mengetahui restoran atau kafe mana yang menyediakan toilet gratis ini? Lihat saja partisipan yang memasang stiker CTS di depan pintunya. Atau bisa juga mencarinya via peta The Great British Public Toilet Map yang bisa diakses via situs toiletmap.org.uk.

Contoh stiker CTS yang dipasang di depan resto. Sumber: www.derrystrabane.com
Contoh stiker CTS yang dipasang di depan resto. Sumber: www.derrystrabane.com
Masih seputar urusan toilet. Lagi-lagi kota London yang terdepan "menjual" pesona toiletnya. Di ibu kota Inggris ini terdapat sebuah paket wisata yang boleh jadi sulit ditemukan di destinasi wisata mana pun di dunia. Wisata bertajuk "London Loo Tour" itu mengajak peserta tour mengunjungi beberapa toilet menarik.

Dipandu oleh seorang local guide berpengalaman, peserta wisata tidak hanya diajak mengunjungi toilet gratis, tetapi juga toilet berbayar. Salah satu di antaranya yang menarik dikunjungi adalah The Jubi-loo yang terletak di London's South Bank, dekat the London Eye.

Toilet Jubi-loo yang terkenal di London. Sumber: www.loo.co.uk
Toilet Jubi-loo yang terkenal di London. Sumber: www.loo.co.uk

Sejak pembukaannya pada tanggal 25 Mei 2012, Jubi-loo langsung menarik perhatian publik, khususnya wisatawan yang tertarik dengan keunikan toilet umum ini. Dan cukup membayar 50 pence atau sekitar Rp 9.700 yang dimasukkan ke pintu penghalang otomatis, Anda pun sudah bisa menikmati toilet keren bertemakan bendera Inggris Raya ini.

Toilet bertema bendera Inggris. Sumber: www.loo.co.uk
Toilet bertema bendera Inggris. Sumber: www.loo.co.uk
Ah, tetiba saya ingat impian Engkong Felix yang hendak membuat "Wisata Toilet SPBU". Persisnya, setelah ribut-ribut soal toilet berbayar di pompa bensin milik Pertamina yang disentil seorang Menteri. Bagaimana Engkong? Apakah sudah siap meluncurkan wisata ini? :)

***

Kelapa Gading, 12 Januari 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2, 3

Catatan:

1) Semua foto yang digunakan sesuai dengan keterangan di masing-masing foto.

2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun