Halmahera memang menakjubkan. Pesona wisata di pulau terbesar di Kepulauan Maluku itu tersebar di mana-mana. Dari pulau cantik, danau indah, teluk menawan, hingga tanjung jelita. Dan belum lama ini, sebuah destinasi wisata anyar kembali mencuat dari bumi Halmahera. Itulah Tanjung Bongo yang sedang hits!Â
Galela, Halmahera Utara. Galela sendiri selama ini lebih dikenal dengan Danau Galela sebagai destinasi wisata andalan untuk memikat wisatawan. Namun, daya tarik danau terbesar di pulau Halmahera itu belum cukup mengangkat reputasi kecamatan ini.
Tanjung Bongo terletak di desa Pune, KecamatanTidak mengherankan, kehadiran Tanjung Bongo pun disambut dengan sangat antusias. Bahkan demi mengangkat namanya, pada akhir November 2018 silam, acara tahunan dari Pemda Halmahera Utara bertajuk "Festival Wonderful Halmahera Utara" pun dipusatkan di Tanjung Bongo.
Tanjung Bongo sendiri sejatinya belum lama dikenal di pentas pariwisata nasional. Menurut seorang warga lokal, destinasi wisata ini paling lama baru mulai didatangi wisatawan sekitar tiga tahun lalu. Padahal lokasinya begitu dekat dengan pelabuhan Soa Sio - Galela.
Posisinya yang agak tersembunyi di balik gugusan pulau karang itulah yang boleh jadi membuatnya tidak terdeteksi pelancong manapun selama ini. Bahkan sampai saat ini pun, akses ke destinasi wisata menawan ini hanya bisa dicapai dengan perahu ketinting.
Meningkatnya pamor Tanjung Bongo bak mengikuti jalur yang sama seperti destinasi wisata lainnya di tanah air. Setelah foto-fotonya yang indah tersebar luas di media sosial, nama Tanjung Bongo kian menanjak. Wisatawan lokal pun mulai mengalir ke sini. As always, everyone wants to be the first! :)
Dengan lokasinya yang relatif dekat dari pusat kota Soa Sio, ibu kota Kecamatan Galela, Tanjung Bongo dengan cepat menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Halmahera Utara. Dari Tobelo, ibu kota Kabupaten Halmahera Utara, Tanjung Bongo pun bisa dicapai dalam waktu hanya 45 menit.
Perahu-perahu ketinting selalu siap di tepi pantai dekat pelabuhan Soa Sio. Inilah pintu masuk utama ke sana. Anda bisa menyewa perahu kecil ini dengan dua puluh ribu rupiah per orang untuk pergi-pulang. Tanjung Bongo pun bisa dicapai dalam waktu kurang dari 10 menit. Tidak jauh, bukan?
Namun, perjalanan singkat ini meninggalkan kesan yang sulit dilupakan dalam waktu lama. Perjalanan menuju ke Tanjung Bongo menyajikan pemandangan yang menakjubkan. Dari birunya laut sebelum memasuki gugusan pulau karang hingga berubah ke warna toska ketika perahu merapat ke arah dermaga Tanjung Bongo. Fantastic!
Sebagai sebuah destinasi baru, Tanjung Bongo telah dilengkapi berbagai fasilitas. Dari dermaga hingga jembatan kayu yang menghubungkan satu pulau karang dengan pulau karang lainnya. Beberapa pondok kayu juga ikut dibangun. Ideal bagi keluarga yang hendak berpiknik ke sini.
Sekalipun begitu, semoga semua pembangunan fasilitas itu tidak merubah wajah alamiah Tanjung Bongo. Betapapun, Tanjung Bongo sudah terlihat sangat menarik ketika tampil bersahaja. Dengan gugusan pulau karang kecil yang tersebar di tanjung ini saja, Tanjung Bongo tampil begitu memukau.
Pesona Tanjung Bongo bahkan kerap dibandingkan dengan Kepulauan Raja Ampat, destinasi wisata di Papua Barat yang sudah termasyhur hingga ke seluruh dunia itu. Sebagian wisatawan pun tidak ragu menyebutnya sebagai "Miniatur Raja Ampat".Â
Sebuah julukan yang bisa dimengerti. Apalagi setelah Anda mendaki salah satu spot bebatuan vulkanik di tanjung jelita ini. Dari atas ketinggian itu, Tanjung Bongo sekilas memang mirip dengan panorama yang terhampar di Wayag atau Pianemo - dua spot spektakuler di Raja Ampat.
Dan sesuai julukan miniatur yang disandangnya, gugusan pulau karang di Tanjung Bongo memang berukuran lebih kecil. Tidak seluas gugusan pulau karang di Kepulauan Raja Ampat. Namun, keindahannya tentu saja tidak kalah memesona. Setiap pengunjung yang pernah ke sini bak tersihir dibuatnya.
Sebagai destinasi wisata kekinian, Tanjung Bongo tidak lupa menyediakan banyak spot swafoto bagi yang gemar berfoto-ria. Spot berlabel instagrammable yang paling diburu. Beruntung saya mengunjunginya di hari biasa sehingga leluasa memotretnya. Andaikan di akhir pekan, sepanjang jembatan kayu di Tanjung Bongo bisa berubah bak catwalk.Â
Setelah cukup mengelilingi kawasan wisata ini di bawah teriknya matahari di penghujung November saat itu, saya akhirnya terdampar di sebuah rumah makan di salah satu sudut Tanjung Bongo. Tidak jauh dari dermaga. Dan satu-satunya yang dibuka saat itu.
Tanjung Bongo memang sungguh memikat. Tetapi, di siang nan terik itu saya sungguh percaya, sebutir kelapa muda nan segar terlihat jauh lebih cantik. Panasnya pol.... and I'm so thirsty! Hahaha.
***
Kelapa Gading, 13 Desember 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan:
1) Semua sumber foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi.
2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H