Garuda sendiri mengoperasikan sekitar 13 jenis pesawat dari tiga pabrikan pesawat berbeda, yakni Airbus, Boeing dan Bombardier. Dengan semakin banyak jenis pesawat dan pabrikan berbeda, maka biaya perawatan pesawat pun sudah tentu menjadi jauh lebih mahal. Kabarnya, Garuda segera memangkas jenis pesawat yang digunakan menjadi hanya 7 jenis pesawat.
Pasar penerbangan domestik tidak kalah menjanjikan. Lihat saja bagaimana kiprah maskapai nasional berlogo Singa yang terus berkibar di pasar dalam negeri ini. Secara global pun sama saja. Maskapai yang fokus ke pasar domestik masih tetap bertahan. Tidak terkendala sedikitpun oleh hambatan penutupan batas negara akibat lockdown dan sebagainya.
Dan ketika pandemi kian melandai di tanah air seperti saat ini, industri penerbangan nasional pun seketika bergerak kembali. Bahkan ada yang optimis, pasar penerbangan domestik di tanah air sedang melaju menuju ke level pre-covid 19. Sayang sekali momentum ini justru tidak bisa dinikmati Garuda andaikan gagal mengangkasa lagi.
Dengan segala upaya yang sedang dilakukan saat ini pun, Garuda memang belum tentu bisa melewati badai ini. Bahkan dalam skenario terburuk bila akhirnya bangkrut, sebuah maskapai nasional lain pun telah disiapkan sebagai penerus.
Itulah jalan yang harus dilewati Garuda. Tidak lagi semulus dan selurus landasan pacu di Soekarno Hatta. Namun, suatu jalan panjang nan berliku. Persis judul lagunya The Beatles, "The Long and Winding Road".
***
Kelapa Gading, 10 November 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan:Â
1) Semua sumber foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.