Bagaimana dengan Garuda Indonesia? Apakah kembali diselamatkan?
Maskapai nasional yang sudah pernah berada di tepi jurang kebangkrutan itu sejatinya sudah dalam status bangkrut. Seperti dikutip dari Kompas.com, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, secara teknis PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sudah dalam kondisi bangkrut, namun belum secara legal.
Terang saja bangkrut. Utang perusahaan sudah jauh lebih besar daripada asetnya. Saat ini Garuda tercatat memiliki kewajiban mencapai 9,8 miliar dollar AS. Sementara, asetnya hanya sebesar 6,9 miliar dollar AS.
Kinerja Garuda memang terus merosot dalam beberapa tahun terakhir. Pandemi covid-19 tentunya salah satu penyebab utama. Namun, masalah Garuda memang sangat kompleks. Bukan semata akibat pandemi ini. Mulai dari tata kelola korporasi yang buruk, pengadaan pesawat dari Lessor yang berbiaya mahal dan sebagainya.
Dari daftar 'World's Top 100 Airlines'Â yang dilansir Skytrax, posisi Garuda juga merosot. Dari sebelumnya berada di ranking 12 pada tahun 2019, turun ke peringkat 15 pada tahun ini. Namun, Garuda masih berada di kelompok 10 besar di kategori 'Best Airlines Cabin Crew 2021' (5) dan 'World's Best Economy Class Airline 2021' (10).
Namun, semua penghargaan tersebut tidak berarti ketika kinerja keuangan Garuda sendiri kian memburuk. Di masa lalu, Garuda pun pernah nyaris bangkrut. Dihantam krisis moneter 1998 serta buruknya kinerja Garuda membuat maskapai ini pun sempoyongan.
Menteri BUMN kala itu, yakni Tanri Abeng akhirnya menunjuk Robby Djohan, mantan Dirut Bank Niaga, untuk menakhodai Garuda hingga akhirnya kembali sehat. Penyakit Garuda kala itu konon tidak berbeda jauh dengan saat ini. Utang menggunung yang diperparah dengan kinerja keuangan yang buruk serta banyaknya praktik KKN.
Meskipun Garuda seakan kembali terperosok di lubang yang sama, Pemerintah Indonesia yang diwakili Kementerian BUMN sepertinya tidak akan membiarkan sayap-sayap Garuda patah begitu saja. Setidaknya dari penjelasan Wakil Menteri BUMN, Pemerintah masih berupaya untuk mencari solusi terbaik bagi maskapai pelat merah ini.
Selain melakukan negosiasi ulang kontrak penyewaan pesawat dengan para Lessor, Garuda sedang berusaha mentransformasi bisnisnya. Mulai dari fokus kembali pada rute-rute domestik yang lebih menguntungkan sampai pada pengurangan tipe pesawat yang digunakan.
Jika hendak fokus ke rute domestik, Southwest tentunya layak dijadikan benchmark. Maskapai jawara asal AS ini dikenal sebagai maskapai LCC (Low Cost Carrier) yang sangat efisien mengelola ratusan armadanya.Â
Bayangkan saja, dari sekitar 700-an pesawat yang digunakan saat ini, Southwest hanya mengoperasikan tiga tipe pesawat dari seri Boeing 737.