Pemerintah AS sendiri telah menghabiskan sekitar 14 milyar dolar untuk membangun tanggul dan 'flood-walls' (dinding banjir) untuk melindungi kota ini. Akan tetapi, kini salah satu projek pekerjaan umum terbesar dalam sejarah itu mulai diragukan.
Miami Beach, Florida- AS
Masih di wilayah Pantai Timur AS, inilah salah satu destinasi pantai paling menakjubkan di dunia. Namun, kota pantai yang sangat sering muncul di berbagai film buatan Hollywood itu kini terancam tenggelam. Miami hanya sekitar 3 kaki (91.44 cm) Â di atas permukaan laut.
Menurut 'Intergovernmental Panel on Climate Change', permukaan laut bakal dengan mudah melewatinya akibat perubahan Iklim yang terjadi. Kota ini pun diprediksi akan berada di bawah permukaan laut pada pergantian abad. Akan tetapi, tidak seperti kota lainnya, Miami meresponsnya secara berbeda.
Miami-Dade County, county yang terletak di bagian tenggara negara bagian Florida dan meliputi kota Miami, justru memilih hidup bersama dengan perubahan iklim ini. Pemerintah setempat bahkan telah mengeluarkan sebuah blue-print bertajuk 'Miami-Dade Country Sea Level Strategy'.
Dikutip dari harian The New York Times, pemerintah setempat memilih untuk hidup lebih dekat dengan air. Misalnya, fokus pada meninggikan rumah, jalan-jalan disesuaikan, konstruksi lebih jauh ke pedalaman, dan lain-lain. Dan tidak kalah pentingnya menciptakan lebih banyak ruang terbuka untuk mengelola banjir di wilayah dataran rendah.
Bangkok- Thailand
Bangkok, ibu kota Negeri Gajah Putih Thailand, adalah salah satu destinasi paling populer di kawasan Asia. Bukan hanya aset wisata sejarah dan budayanya saja, tetapi wisata belanja dan kulinernya pun jarang ada bandingan.
Namun, seperti beberapa kota lain di dunia, permukaan kota Bangkok juga pelan tapi pasti terus menurun. Kota di tepi Sungai Chao Phraya tenggelam sekitar 2- 3 cm per tahun. Sebuah laporan yang dirilis Pemerintah pada tahun 2015, pernah memprediksi kota ini akan berada di bawah permukaan laut pada sekitar tahun 2030.
Menurut 'Thai Geo-Informatics and Space Technology Development Agency'Â (GISTADA), seperti dikutip dari situs Global Geneva, salah satu biang keladinya tidak lain dari ekstraksi air tanah yang berlebihan. Meskipun secara resmi sudah dilarang, tetapi praktek semacam ini masih terus berlanjut.
Tentu saja, ada sebab lainnya, misalnya topografi Bangkok yang rendah serta curah hujan yang tinggi sepanjang musim hujan dari Mei-Oktober. Dan sama seperti kota-kota di permukaan rendah lainnya, dampak perubahan iklim global ikut mengancam kota ini.