Angka 200 mungkin saja tidak bermakna spesial. Berbeda dengan 500 atau 1000 yang terlihat lebih mengesankan. Apalagi dibandingkan dengan deretan angka ajaib, seperti 111, 222 dan seterusnya yang disebut 'Angel Numbers'. Namun, bagi saya sendiri, 200 itu tetap saja layak disyukuri. Menulis 200 artikel perjalanan dan pernak-perniknya selama 17 bulan ini ibarat suatu perjalanan itu sendiri.
Sedikit flash back ke Maret 2020 silam, sepulang dari sebuah perjalanan ke Finlandia, saya tidak pernah membayangkan pandemi ini akan menghantam industri pariwisata sedemikian telak. Sepulang dari perjalanan itu pula, semua perjalanan seketika stagnan hingga kini.
Frekuensi perjalanan yang biasanya begitu tinggi di tahun-tahun sebelumnya pun berubah drastis. Di tahun 2019, misalnya, saya masih bepergian hampir di setiap bulan. Belasan perjalanan ke dalam negeri maupun ke segala penjuru dunia.
Namun, di awal tahun 2020, hanya tiga kali bepergian sebelum berhenti total di penghujung Maret 2020. Jangan tanya lagi bagaimana kondisi di tahun 2021. Berbagai prediksi pulihnya industri jasa ini masih jauh dari kenyataan. Dalam situasi industri yang dibayangi kabut tebal itulah saya menemukan blog Kompasiana.
Persisnya, tanggal 21 April 2020. Sebuah keputusan penting merubah segalanya. Keputusan untuk mulai menulis di platform Kompasiana membuatku tetap enjoy melewati era pandemi ini. Dan banyak belajar memandang dunia dari sisi berbeda.
Dari artikel pertama itulah, saya bak menemukan suatu passion yang tidak diduga sebelumnya. Ada suatu semangat yang sama seperti dunia traveling dan fotografi yang telah lama saya geluti. Itulah yang membuatku kian terpacu untuk terus menulis.Â
Apalagi dari setiap tulisan yang ditayangkan dan dibagikan, saya seakan menemukan sebuah jembatan komunikasi yang hidup. Baik dengan sesama Kompasianer yang selalu ramah, maupun dengan lingkungan di industri pariwisata. Setiap vote dan komen begitu berharga.Â
Sebuah ungkapan populer di dunia literasi, "Setiap tulisan akan menemukan pembacanya". Tidak salah. Dan benar pula kata seorang penulis. "With each piece of writing, we're invited to see the world from a fresh perspective." (Dengan setiap tulisan, kita diundang untuk melihat dunia dari perspektif baru). Tidak hanya bagi penulis, tetapi juga bagi pembaca.
Langkah pertama memang selalu penting. Andaikan saya tidak pernah menemukan Kompasiana dan memutuskan menulis di blog keroyokan ini, boleh jadi saya masih berlari di tempat yang sama. Berputar di antara zoom meeting, virtual tour, dan sebagainya. Sambil berharap pintu-pintu pariwisata segera dibuka.
Tanpa langkah pertama tersebut, saya tidak akan melangkah sejauh ini. Kompasiana telah memberikan suatu gairah baru dalam perjalanan hidup yang berbeda. Itu sebabnya, keputusan itu tanpa ragu saya sebut sebagai "One of the best decisions that I've ever made!".
Rumah besar Kompasiana sejatinya bukan sekedar blog untuk menyalurkan passion dalam menulis. Bagi sebagian boleh jadi cara membangun suatu Personal Branding. Platform ini bisa juga diibaratkan sebuah terminal keberangkatan. Semua penumpang (baca: Kompasianer) memiliki tujuan yang berbeda.
Namun, satu hal yang tidak terbantahkan. Kompasiana juga bak sebuah universitas terbuka. Siapa pun bebas belajar. Tanpa batas. Selama ada kemauan ke arah itu. Simak saja deretan artikel berkelas yang ditayangkan. Aneka topik nan aktual bak berkejaran tampil setiap hari. That's the beauty of Kompasiana!Â
Suatu fakta bahwa saya sendiri telah banyak belajar di sini. Belajar dari banyak Kompasianer lainnya. Dari ribuan artikel keren yang telah saya nikmati sejauh ini. Mulai dari cara mengulas suatu topik secara menarik, hingga berbagai kiat menulis lain yang kerap dibagikan.
Di samping itu, tidak terhitung lagi berbagai kosa kata baru yang ikut memperkaya perbendaharaan kata yang selama ini masih terbatas. Dan yang paling menakjubkan, dari sebuah topik pilihan yang ditawarkan Kompasiana, bisa muncul aneka artikel dengan sudut penulisan berbeda.
Dua ratus artikel di Kompasiana tentu saja hanya pencapaian biasa. Ah, jangan bandingkan dengan Kompasianer lainnya yang bahkan sanggup mencapainya hanya dalam beberapa bulan. Namun, jangan lupa, setiap orang punya cara untuk menyemangati diri sendiri. :)
Dua ratus artikel memang masih sedikit. Saya masih harus menulis ratusan artikel lainnya. Tetapi sejujurnya, saya sendiri tidak pernah menyangka telah menulis sebanyak itu. Mungkin sekitar 50-an artikel lebih masuk akal. Itupun paling berbagai cerita destinasi wisata yang pernah saya kunjungi.
Akan tetapi, setelah sekian bulan berlalu, saya ternyata masih bisa menulis terus. Dan bukan hanya soal destinasi wisata saja. Segala pernak-pernik perjalanan ikut ditulis. Dari urusan koper, pengalaman di hotel, kuliner, arsitektur, sampai berbagai hal terkait dunia transportasi.
Tidak itu saja. Dari hobi fotografi pun bisa muncul berbagai tulisan. Di antaranya, cerita pengalaman berburu foto lanskap, atraksi wisata seperti Pacu Jawi, sampai foto-foto cityscape. Pengalaman menulis menjadi kian menyenangkan dari waktu ke waktu.
Dan itu hanya terjadi ketika kita selalu bersikap terbuka untuk terus belajar. Belajar dari siapapun. Dari artikel apapun. Saya memang bukan tipikal penulis yang hanya fokus pada karya sendiri. Membaca banyak karya Kompasianer lainnya adalah salah satu cara terbaik memperbaiki karya tulis sendiri.
Apalagi banyak Kompasianer begitu murah hati berbagi komen antar sesama. Komen yang diberikan tidak sekedar pelecut semangat untuk terus menulis. Sebagian di antaranya bahkan menjadi sumber inspirasi untuk artikel berikutnya. That's so true!
Dua ratus artikel tercapai sudah dalam suatu periode hampir satu setengah tahun ini. Pandemi covid-19 memang telah sukses menahan langkah kakiku untuk berkelana. Tetapi, pandemi yang sama tidak mungkin menahan jari-jariku untuk terus menulis berbagai artikel perjalanan berikutnya.
Dari data statistik yang selalu tampil di laman profil, tidak ada yang perlu dibanggakan. Namun, dari data ini pula saya belajar untuk terus memperbaiki diri. Belajar dari Admin Kompasiana yang selalu muncul dengan berbagai ide baru. Belajar dari semua Kompasianer tentang sejuta hal lainnya.
Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya ketika menapak ke jenjang Penjelajah. Perjalananku di Kompasiana masih sangat panjang. Saya hanya perlu menikmatinya. Menikmati setiap proses untuk melangkah lebih jauh.Â
Industri pariwisata memang masih belum beranjak. Namun, itu tidak menghalangiku untuk tetap menikmati 'perjalanan' lainnya di sini. Dan andaikan ada yang bertanya, "Apa yang selalu membuatmu bahagia?" Anda pasti tahu jawabanku.
"Saya menulis di Kompasiana!".
***
Kelapa Gading, 18 September 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan:
Semua foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H