Tanpa langkah pertama tersebut, saya tidak akan melangkah sejauh ini. Kompasiana telah memberikan suatu gairah baru dalam perjalanan hidup yang berbeda. Itu sebabnya, keputusan itu tanpa ragu saya sebut sebagai "One of the best decisions that I've ever made!".
Rumah besar Kompasiana sejatinya bukan sekedar blog untuk menyalurkan passion dalam menulis. Bagi sebagian boleh jadi cara membangun suatu Personal Branding. Platform ini bisa juga diibaratkan sebuah terminal keberangkatan. Semua penumpang (baca: Kompasianer) memiliki tujuan yang berbeda.
Namun, satu hal yang tidak terbantahkan. Kompasiana juga bak sebuah universitas terbuka. Siapa pun bebas belajar. Tanpa batas. Selama ada kemauan ke arah itu. Simak saja deretan artikel berkelas yang ditayangkan. Aneka topik nan aktual bak berkejaran tampil setiap hari. That's the beauty of Kompasiana!Â
Suatu fakta bahwa saya sendiri telah banyak belajar di sini. Belajar dari banyak Kompasianer lainnya. Dari ribuan artikel keren yang telah saya nikmati sejauh ini. Mulai dari cara mengulas suatu topik secara menarik, hingga berbagai kiat menulis lain yang kerap dibagikan.
Di samping itu, tidak terhitung lagi berbagai kosa kata baru yang ikut memperkaya perbendaharaan kata yang selama ini masih terbatas. Dan yang paling menakjubkan, dari sebuah topik pilihan yang ditawarkan Kompasiana, bisa muncul aneka artikel dengan sudut penulisan berbeda.
Dua ratus artikel di Kompasiana tentu saja hanya pencapaian biasa. Ah, jangan bandingkan dengan Kompasianer lainnya yang bahkan sanggup mencapainya hanya dalam beberapa bulan. Namun, jangan lupa, setiap orang punya cara untuk menyemangati diri sendiri. :)
Dua ratus artikel memang masih sedikit. Saya masih harus menulis ratusan artikel lainnya. Tetapi sejujurnya, saya sendiri tidak pernah menyangka telah menulis sebanyak itu. Mungkin sekitar 50-an artikel lebih masuk akal. Itupun paling berbagai cerita destinasi wisata yang pernah saya kunjungi.
Akan tetapi, setelah sekian bulan berlalu, saya ternyata masih bisa menulis terus. Dan bukan hanya soal destinasi wisata saja. Segala pernak-pernik perjalanan ikut ditulis. Dari urusan koper, pengalaman di hotel, kuliner, arsitektur, sampai berbagai hal terkait dunia transportasi.
Tidak itu saja. Dari hobi fotografi pun bisa muncul berbagai tulisan. Di antaranya, cerita pengalaman berburu foto lanskap, atraksi wisata seperti Pacu Jawi, sampai foto-foto cityscape. Pengalaman menulis menjadi kian menyenangkan dari waktu ke waktu.
Dan itu hanya terjadi ketika kita selalu bersikap terbuka untuk terus belajar. Belajar dari siapapun. Dari artikel apapun. Saya memang bukan tipikal penulis yang hanya fokus pada karya sendiri. Membaca banyak karya Kompasianer lainnya adalah salah satu cara terbaik memperbaiki karya tulis sendiri.
Apalagi banyak Kompasianer begitu murah hati berbagi komen antar sesama. Komen yang diberikan tidak sekedar pelecut semangat untuk terus menulis. Sebagian di antaranya bahkan menjadi sumber inspirasi untuk artikel berikutnya. That's so true!