Hangzhou termasuk salah satu kota yang berkembang pesat di China. Kota yang akan menjadi Tuan Rumah Asian Games 2022 ini bahkan kerap masuk daftar kota bisnis terbaik di Negeri Tirai Bambu versi Forbes.Â
Namun, yang membuatnya sangat termasyhur di dunia bukan lantaran laju modernisasi di kota ini. Tidak juga berkat Alibaba Group yang terkenal itu bermarkas di sini. Hangzhou telah lama meraih nama harum di pentas dunia karena keindahan Danau Barat serta sebuah legenda yang tersimpan rapat di sini.
Danau Barat (West Lake) atau Xi Hu telah lama menjadi ikon kota Hangzhou, ibu kota Provinsi Zhejiang, China. Bahkan dari 2.800 lebih danau yang tersebar di seluruh penjuru Negeri Tirai Bambu itu, nama Danau Barat di Hangzhou menempati posisi yang sangat istimewa.
Selain keindahannya yang selalu mengundang puja-puji penyair dan pelukis di sepanjang sejarah China, Danau Barat juga sangat terkenal berkat Legenda Ular Putih (The Legend of White Snake) yang juga populer dengan nama "Madame White Snake". Legenda yang ikut mengangkat nama danau seluas 6.5 km persegi itu menjadi destinasi wisata nomor satu di Hangzhou.
Nama Danau Barat itu sendiri sejatinya merujuk ke nama lokasinya yang berada di sisi barat kota Hangzhou. Di masa lalu danau ini sebetulnya pernah disebut dalam berbagai nama. Akan tetapi, nama Danau Barat atau Xi Hu yang akhirnya digunakan hingga kini.Â
Tertarik ke Danau Barat? Kalau begitu, yuk ke Hangzhou.
Kota Hangzhou bisa dicapai dengan mudah dari berbagai kota di China maupun beberapa kota lainnya di Asia. Hangzhou Xiaoshan International Airport melayani banyak maskapai penerbangan dunia. Namun, sebagian besar wisatawan mancanegara justru lebih sering mengunjunginya via Shanghai.
Shanghai - Hangzhou - Suzhou biasanya termasuk dalam satu paket wisata yang sangat populer di wilayah timur China. Sedangkan rute Shanghai-Hangzhou sendiri termasuk rute transportasi yang sangat sibuk.Â
Selain dengan bus, jarak sepanjang 177 km ini paling praktis dicapai dengan kereta api. Hampir setiap jam ada kereta yang berangkat. Baik kereta cepat maupun kereta reguler.
Kereta cepat Shanghai-Hangzhou yang dikenal sebagai Huhang High-speed Railway bisa mengantar penumpang hanya dalam waktu 45 menit. Namun, Anda boleh juga mencoba kereta reguler. Meskipun lebih lambat, tetapi memberikan pengalaman bepergian yang berbeda. Berangkat dengan kereta cepat, pulang dengan kereta reguler.
Sebagai ikon kota Hangzhou, Danau Barat memang sangat memesona. Banyak taman indah, pulau-pulau serta kuil dan pagoda bersejarah menghiasi area di sekeliling danau permai ini. Dan keindahan ini pula yang kemudian meyakinkan UNESCO untuk menganugerahi status "UNESCO World Heritage Site" pada tahun 2011.
Pesona Danau Barat sejatinya telah lama dikisahkan bak sebuah dongeng saja. Dari sebuah literatur, misalnya, Danau Barat dipercaya sebagai perwujudan dari Xi Shi, salah seorang dari "Four Beauties" dalam kisah Tiongkok Kuno. Four Beauties adalah kisah tentang Empat Wanita Cantik yang sangat terkenal akan kemolekannya.Â
Mungkin itu juga sebabnya, Danau Barat pun menjadi salah satu danau yang paling sering disebut penyair-penyair ternama dari berbagai dinasti. Di antaranya, penyair Lin Bu (967-1028) yang hidup di masa Dinasti Song Utara akhirnya memilih tinggal di tepi Danau Barat selama 20 tahun.
Sementara itu, salah seorang pengarang ternama lain dari era Dinasti Ming, yakni Zhang Dai (1597-1684) ikut pula menulis banyak esai tentang Danau Barat. Dan tidak terbilang lagi, begitu banyak pelukis Tiongkok yang telah menggores pesona danau ini di atas kanvas lukisan mereka.
Tidak hanya penyair dan pelukis Tiongkok yang menyanjung keindahan Danau Barat. Marco Polo, penjelajah asal Venezia- Italia pun pernah terpesona dibuatnya. Ketika mengunjungi Hangzhou dan Danau Barat di zaman Dinasti Yuan (1271-1368), Marco Polo memujinya sebagai "the most beautiful and magnificent city in the world".
Kota Hangzhou tidak melupakan jasa Marco Polo, orang barat pertama yang mengunjungi Hangzhou dan memperkenalkan kota ini ke dunia barat. Sebagai penghargaan ke sang penjelajah, sebuah patung Marco Polo pun didirikan di tepi Danau Barat. Persisnya di Liu Park, salah satu taman di sisi utara danau.
Pelancong yang mengunjungi Danau Barat memang selalu terpukau. Taman-taman yang dirancang di sekitar danau membuatnya tampil demikian menawan. Pun atmosfer yang tercipta di sekitar danau. Begitu meneduhkan dan romantis. Hm, tidak mengherankan, banyak pasangan terlihat memadu cinta di sekitar danau ini.
Danau Barat tidak hanya populer di kalangan wisatawan lokal, wisatawan mancanegara pun banyak yang mengaguminya. Apalagi di sepanjang musim semi hingga musim panas, danau ini sudah pasti ramai dikunjungi. Kawasan di sekitar danau pun dipadati pengunjung. Baik yang hanya duduk di sekitar danau, maupun yang berjalan menyusuri tepian danau yang indah.
Aktivitas di atas danau tidak kalah meriah. Perahu-perahu dalam berbagai ukuran hilir mudik mengantar wisatawan yang berpesiar di danau. Ada perahu berukuran besar nan mewah.Â
Ada pula perahu kayu berukuran sedang dengan seorang pendayung. Dan bagi pasangan yang sedang kasmaran biasanya memilih perahu kecil untuk dikayuh sendiri.Â
Pagoda yang dibangun di sini pun tidak kalah atraktif. Lihatlah betapa menawannya Pagoda Leifeng yang dibangun di atas Sunset Hill yang berada di sisi selatan danau.Â
Pagoda yang aslinya didirikan tahun 975 itu sempat runtuh pada tahun 1924. Namun, pagoda yang arsitektur yang sama kemudian dibangun kembali pada tahun 2002.
Panorama Pagoda Leifeng, khususnya dari Changqiao Park, menjadi salah satu spot fotografi yang sangat populer. Setiap hari menjelang matahari terbenam, taman di tepi danau ini selalu dipenuhi pengunjung yang menunggu momen terbaik untuk mengabadikannya.
Pagoda Leifeng tidak hanya terkenal dengan keindahan arsitektur serta sejarah di baliknya. Pagoda ini serta Danau Barat juga lekat dengan Legenda Ular Putih (The Legend of White Snake) yang sangat populer. Dalam salah satu versi legenda yang ditulis di era Dinasti Ming, Siluman Ular Putih itu sudah dikurung selamanya di dasar Pagoda Leifeng.
Legenda Siluman Ular Putih sendiri mengisahkan seorang siluman ular putih bernama Bai Suzhen yang jatuh cinta pada seorang pelajar bernama Xu Xian. Legenda ini sudah sering ditampilkan dalam berbagai pementasan opera, film, serial tv, dan sebagainya. Ada yang sudah pernah menonton filmnya?
Selain Pagoda Leifeng, masih ada Pagoda Baochu yang berada di sisi utara danau, serta Yue Fei Temple dan Lingyin Temple yang berada di sisi lain danau. Dan tentu saja Broken Bridge yang dibangun di zaman Dinasti Tang.
Namun, bagi banyak pengunjung, selain taman, pagoda, kuil, dan jembatan, boleh jadi sebuah restoran di tepi danau ini pun tidak kalah menarik. Apalagi bagi pecinta kuliner. Restoran Lou Wai Lou sudah seperti sebuah destinasi wisata yang wajib dikunjungi di Hangzhou.
Lou Wai Lou adalah sebuah restoran tradisional yang berlokasi di Gushan, salah satu pulau di tengah Danau Barat. Restoran ini konon telah berdiri sejak tahun 1848 di era Dinasti Qing. Namun, bangunan restoran modern yang sekarang ini baru didirikan pada tahun 1980.
Restoran yg telah meraih berbagai penghargaan prestisius dari Pemerintah China itu sangat kondang dengan salah satu menu andalannya. Ada yang bisa menebaknya? Betul sekali sobat! Itulah Ayam Pengemis atau Beggar's Chicken yang sangat populer di kota ini. Salah satu kuliner wajib yang harus dicicipi bila Anda ke Hangzhou.
Ayam Pengemis tentu bukan makanan khusus untuk perkumpulan pengemis atau Kaipang, seperti dalam cerita silat. Nama ini diberikan karena berhubungan dengan seorang pengemis dalam salah satu versi cerita asal usul masakan unik ini.
Alkisah, pada suatu saat seorang pengemis mencuri seekor ayam dari sebuah peternakan. Namun, karena miskinnya, sang pengemis tidak memiliki satu pun peralatan memasak untuk mengolah ayam tersebut. Apa yang dilakukannya?
Dia lalu membungkus ayam tersebut dengan daun teratai dan melapisinya dengan tanah liat. Selanjutnya, ayam itu dimasukan ke dalam lubang di bawah api yang sudah dinyalakannya. Setelah beberapa saat kemudian, dia menggali ayam tersebut dan menemukan daging ayam di dalam tanah liat itu ternyata sangat empuk dan harum.
Pesona Danau Barat, Legenda Ular Putih dan Ayam Pengemis yang maknyus mungkin sudah cukup membuat semua pelancong sulit melupakan kota kelahiran Jack Ma ini. Meskipun sang pendiri Alibaba yang super tajir itu kabarnya lebih menyukai mie instant dibandingkan Ayam Pengemis. :)
***
Kelapa Gading, 9 September 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan:
1) Semua foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi.
2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H