Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Membidik Pesona Monas

16 Agustus 2021   09:35 Diperbarui: 26 Agustus 2021   17:39 2793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monas, monumen kebanggaan bangsa Indonesia. Sumber: dokumentasi pribadi

Siapa bilang Monas tidak bisa tampil sekeren Menara Eiffel di Paris? Bahkan dibandingkan Washington Monument pun, Monas masih tidak kalah menawan. Menyambut HUT ke-76 Republik Indonesia ini, penulis pun ingin berbagi sekilas kisah tentangnya serta dilengkapi foto-foto yang yang dibidik dalam beberapa kali kunjungan. Siapa tahu Anda pun tertarik ikut memotret monumen kebanggaan kita ini. Ayo, ke Monas!

Monumen Nasional atau yang populer disingkat Monas adalah ikon kota Jakarta yang paling terkenal. Monumen yang menjulang setinggi 137 meter ini berdiri persis di tengah Lapangan Merdeka yang di zaman Belanda disebut Koningsplein. Lapangan ini sendiri terletak di jantung kota Jakarta dan dikelilingi berbagai bangunan penting di ibu kota Jakarta.

Sebagai sang ikon yang juga disebut sebagai 'landmark' ibu kota Jakarta, Monas memang harus tampil meyakinkan. Sama seperti Eiffel Tower bagi kota Paris, Opera House untuk Sydney atau Washington Monument buat Washington, DC -AS. Tidak hanya monumen itu sendiri yang harus dijaga, tetapi lingkungan di sekitarnya pun layak ditata.

Monas bersanding dengan Menara Eiffel dan Monumen Washington. Sumber: dokumentasi pribadi
Monas bersanding dengan Menara Eiffel dan Monumen Washington. Sumber: dokumentasi pribadi
Sejarah pembangunan Monas tidak terlepas dari peranan Soekarno, Presiden Pertama Indonesia. Setelah ibu kota Indonesia kembali ke Jakarta pada tahun 1950, Bung Karno mulai memikirkan untuk membangun sebuah monumen sebagai simbol perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.

Berbagai desain pun mulai dipertimbangkan. Konon Bung Karno ingin membangun sebuah monumen nasional yang bisa dibandingkan dengan Menara Eiffel di Paris. Namun, ada pula yang mengatakan Soekarno sebetulnya terinspirasi oleh bentuk Luxor Obelisk yang berdiri persis di tengah Place de la Concorde, alun-alun terkenal di pusat kota Paris.

Hal ini tentunya berkaitan dengan kesukaan Bung Karno menginap di Hotel de Crillon ketika berkunjung ke Paris di masa itu. Hotel de Crillon adalah sebuah hotel mewah dan bersejarah yang berdiri di depan Place de la Concorde. Dari kamar hotelnya, Bung Karno tentu bisa memandang ke arah tugu yang dibawa dari Luxor -Mesir itu.

Monas ketika 'blue hour'. Difoto dari atas Gedung Sapta Pesona. Sumber: dokumentasi pribadi
Monas ketika 'blue hour'. Difoto dari atas Gedung Sapta Pesona. Sumber: dokumentasi pribadi
Monas pun mulai dibangun pada tanggal 17 Agustus 1961 dan akhirnya selesai pada tanggal 12 Juli 1975. Suatu proses konstruksi yang cukup lama, yakni 14 tahun. Menariknya, berbeda dengan Eiffel yang memiliki antena di puncaknya. Puncak Monas justru dihiasi lidah api yang terbuat dari perunggu. Dan hebatnya lidah api itu dilapisi lembaran emas seberat 35 kg. Wow!

Lidah api itu sendiri melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala dari rakyat Indonesia. Pada titik inilah, Monas lebih menyerupai Monumen Washington daripada Eiffel. Setidaknya kedua monumen itu merupakan simbol sejarah. Monas simbol perjuangan bangsa Indonesia. Sedangkan Monumen Washington untuk menghormati perjuangan George Washington, Presiden Pertama AS.

Monas, monumen kebanggaan bangsa Indonesia. Sumber: dokumentasi pribadi
Monas, monumen kebanggaan bangsa Indonesia. Sumber: dokumentasi pribadi
Setelah hampir lima dekade berdiri, Monas tampil kian menawan. Apalagi ketika malam tiba. Cahaya lampu yang disorot ke tubuh monumen hingga ke puncaknya membuatnya tampil begitu cantik. Sungguh indah dan romantis!

Sejak itu pula Monas pun mulai menjadi salah satu spot menarik bagi pecinta fotografi di Jakarta. Berbagai komunitas fotografer pun makin sering mendatanginya. Bahkan Monas juga menarik banyak komunitas lainnya dari luar Jakarta untuk mengabadikannya. Dalam waktu singkat foto-foto Monas pun tersebar di berbagai jaringan sosmed.

Ada beberapa spot menarik di sekitar area ini. Sumber: dokumentasi pribadi
Ada beberapa spot menarik di sekitar area ini. Sumber: dokumentasi pribadi
Akan tetapi, tidak semua fotografer mendapatkan foto seperti yang diharapkan. Apalagi bagi yang belum cukup mengenal spot yang tepat. Tidak itu saja, Monas hanya akan menampakkan pesona terbaiknya di waktu tertentu. Jelang sunset sampai blue hour. Hm, bagi pehobi fotografi cityscape tentu sudah mengerti.

Salah satu spot favorit yang paling banyak dituju fotografer berada di sekitar Patung Kartini. Atau tepatnya berada di sisi timur dari Monas yang bersebelahan dengan Jalan Medan Merdeka Timur. Di lokasi inilah, Anda bisa mengeksplor berbagai pilihan komposisi dari berbagai angle (sudut bidik).

Monas difoto dari kolam dekat Patung Kartini. Sumber: dokumentasi pribadi
Monas difoto dari kolam dekat Patung Kartini. Sumber: dokumentasi pribadi
Spot favorit biasanya selalu padat dengan pengunjung. Baik sekedar memotret dengan gawai sederhana sampai dengan peralatan foto nan canggih. Kelompok fotografer biasanya hadir dengan peralatan lengkap. Deretan tripod mereka kadang terlihat dipajang sebagai tanda kavling tersebut sudah ditempati. Itu sebabnya datang lebih awal akan selalu lebih baik.

Monas tentu saja tidak hanya spot di sisi timur ini. Bahkan di sekitar lapangan yang luas pun Anda bisa mendapatkan berbagai foto menarik ketika matahari belum menghilang di balik horizon. Tidak sedikit fotografer juga membidik aktivitas warga sebagai sasaran foto dengan latar belakang Monas.

Di lokasi yang sama tetapi dari sudut bidik berbeda. Sumber: dokumentasi pribadi
Di lokasi yang sama tetapi dari sudut bidik berbeda. Sumber: dokumentasi pribadi
Dalam banyak situasi, sebagian fotografer bak terjebak pada satu spot yang sama terlalu lama. Padahal masih banyak spot lain yang tidak kalah menawan. Suatu observasi lapangan akan sangat membantu untuk membuat beberapa foto indah secara cepat dan segera berpindah ke spot berikutnya.

Selain lokasi di atas, satu lagi spot yang tidak boleh dilewatkan adalah di sisi utara Monas. Lokasi tempat berdirinya Patung Pangeran Diponegoro yang terkenal itu. Di spot ini, penulis lebih suka memotret dari arah belakang kolam untuk mendapatkan refleksi Monas di permukaannya. Dan jika ada elemen lain sebagai bingkai foto, tentu jauh lebih menarik.

Patung Diponegoro dan Monas difoto dari sisi utara Monas. Sumber: dokumentasi pribadi
Patung Diponegoro dan Monas difoto dari sisi utara Monas. Sumber: dokumentasi pribadi

Baca juga: "Pesona Jakarta Ketika Malam Tiba"

Sejatinya, foto-foto yang bagus tidak begitu saja muncul. Selain harus dirancang dalam sebuah komposisi yang menarik, juga perlu sedikit direncanakan. Baik soal peralatan yang dibutuhkan, waktu memotret yang tepat maupun lokasi (spot) pengambilan foto itu sendiri.

Ansel Adams, seorang fotografer terkenal dan penulis buku fotografi kondang asal AS mengatakan, "You don't take a photograph, you make it".

Dirgahayu Republik Indonesia!

***

Kelapa Gading, 16 Agustus 2021

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan:

1) Semua foto-foto yang digunakan adalah koleksi pribadi.

2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun