Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bisnis Pengecatan Pesawat yang Sedang Berkibar

5 Agustus 2021   15:31 Diperbarui: 6 Agustus 2021   08:00 1569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Delta Airlines yg masih ekspansi di pasar domestik AS. Sumber: OCFLT_OMGcat / www.planespotters.net

Di antara berita Olimpiade yang masih mendominasi jagat pemberitaan di tanah air, sebuah kabar berbeda menyelinap ke pusaran pemberitaan. Pesawat Kepresidenan Indonesia yang disebut "Indonesia One" baru saja dicat ulang. Dengan livery kombinasi merah putih, pesawat tipe Boeing 737-800 itu pun tampil menawan. Berita ini pun seketika memantik perhatian. Namun, tidak kalah menariknya adalah bisnis pengecatan pesawat yang kini kembali berkibar di dunia.

Sejak dunia dilanda badai Covid-19, industri aviasi bisa dibilang babak belur. Betapa tidak, dengan berbagai restriksi penerbangan internasional di berbagai belahan dunia, ribuan pesawat pun lebih banyak diparkir tidak terpakai. Bahkan banyak pula yang terpaksa dikirim ke "Aircraft Graveyard" untuk pensiun selamanya.

Proses pengecatan pesawat. Sumber: www.behance.net
Proses pengecatan pesawat. Sumber: www.behance.net

Namun demikian, dunia bisnis selalu memiliki dua wajah berbeda. Bencana bagi yang satu, peluang bagi yang lain. Lihat saja apa yang terjadi di sekitar kita. Dan itu pula yang kini melanda industri penerbangan global.

Ketika ratusan pesawat harus dikembalikan ke Lessor (perusahaan leasing pesawat) oleh puluhan maskapai dengan berbagai alasan. Baik akibat gagal bayar maupun pemutusan kontrak penyewaan lebih awal. Pada saat yang sama maskapai baru bermunculan di mana-mana.

Baca juga: "Aircraft Lessor" dan Bisnis Raksasa Penyewaan Pesawat" 

Dan salah satu bisnis yang ikut menikmati kembali semaraknya industri aviasi dunia tidak lain adalah bisnis pengecatan pesawat. Baik perusahaan pengecatan pesawat, maupun pabrikan cat pesawat. Seperti dikutip dari Bloomberg, peningkatan bisnis ini memang dipicu oleh mulai menggeliatnya dua pabrikan pesawat raksasa, yakni Airbus dan Boeing.

Boeing 777 milik Qatar yg belum dicat dgn livery khas maskapai tsb. Sumber: C.V.Grinsven / Jetphotos.net
Boeing 777 milik Qatar yg belum dicat dgn livery khas maskapai tsb. Sumber: C.V.Grinsven / Jetphotos.net
Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah kontribusi dari Lessor yang memiliki ratusan pesawat bekas yang siap berpindah tangan. Tentu saja, setiap perubahan penyewa sama artinya dengan pengecatan pesawat kembali sesuai dengan livery dari masing-masing maskapai.

Pengecatan pesawat kembali sejatinya bisa terjadi karena beberapa alasan. Mulai dari perubahan livery akibat rebranding; penggantian livery karena perubahan penyewa pesawat; hingga ke pengecatan kembali yang wajib dilakukan demi perawatan pesawat. Biasanya setiap 7 tahun sekali.

American Airlines yang baru mengganti livery-nya. Sumber: American Airlines via www.scramble.nl
American Airlines yang baru mengganti livery-nya. Sumber: American Airlines via www.scramble.nl
Indonesia One, misalnya, mulai digunakan sejak 2014 lalu. Artinya sudah saatnya untuk dicat kembali pada tahun ke-7 yang jatuh di tahun ini. Ini sesuai dengan panduan perawatan pesawat pada saat D Check atau suatu tahap pemeriksaan kondisi pesawat secara komprehensif. D Check juga dikenal sebagai "Heavy Maintenance Visit" (HMV).

Sementara soal penggantian livery baru itu pun dilakukan lebih efisien dengan mengikuti jadwal pengecatan kembali. Supaya tidak lupa, livery pesawat terbang sejatinya adalah corak, gambar, logo, dan warna yang digunakan maskapai penerbangan pada semua badan pesawatnya.

Pesawat Kepresidenan Indonesia dgn livery baru. Sumber: tangkapan layar IG@adhimas_aviation
Pesawat Kepresidenan Indonesia dgn livery baru. Sumber: tangkapan layar IG@adhimas_aviation

Livery Pesawat Kepresidenan Indonesia yang lama memiliki corak warna biru dan putih. Bagi pemerhati dunia aviasi, tentu mengenalnya dengan baik. Sekilas livery lama itu mirip Korean Air, maskapai asal Korea Selatan.

Baca juga: "Airline Livery, Cara Maskapai Membangun Citranya"

Kini livery 'Indonesia One', yang boleh jadi dikerjakan di GMF AeroAsia itu, memiliki livery yang jauh lebih menarik. Sangat khas Indonesia. Bagi penulis, livery ini lebih bagus dibandingkan livery sebelumnya. Terlepas soal waktu pengerjaan yang dianggap tidak tepat oleh sebagian pihak.

Livery lama Indonesia One yg mirip maskapai asal Korsel. Sumber: Rob Schleiffert/ wikimedia
Livery lama Indonesia One yg mirip maskapai asal Korsel. Sumber: Rob Schleiffert/ wikimedia
Meningkatnya aktivitas pengecatan pesawat memang sejalan dengan mulai menggeliatnya industri aviasi dunia di sepanjang tahun 2021 ini, khususnya di berbagai negara dengan pasar domestik yang kuat. Dua pabrikan pesawat terbesar di dunia, yakni Boeing dan Airbus pun mulai menggenjot produksinya.

Kedua pabrikan raksasa itu tentu saja memiliki fasilitas pengecatan sendiri. Tetapi, cat pesawatnya biasanya dipasok oleh berbagai pabrikan cat dan coating (pelapis) pesawat ternama. Salah satu pabrikan cat pesawat terbesar di dunia, yakni AkzoNobel NV bahkan telah meraup penjualan setara dengan sebelum pandemi.

Coating pesawat dari AkzoNobel, salah satu pabrikan cat pesawat terbesar di dunia. Sumber: www.aerospace.akzonobel.com
Coating pesawat dari AkzoNobel, salah satu pabrikan cat pesawat terbesar di dunia. Sumber: www.aerospace.akzonobel.com
Perusahaan berbasis di Amsterdam ini juga memasok produknya ke berbagai perusahaan pengecatan pesawat independen. Pun ke perusahaan perawatan pesawat yang memiliki fasilitas pengecatan pesawat sendiri. Sukses yang sama juga dicatat pesaing utama Akzo asal AS, yakni PPG Industries.

Pabrikan pesawat raksasa tidak selalu mengerjakan semua pengecatan pesawat sendiri. Dalam beberapa kesempatan, pekerjaan ini dialihkan ke perusahaan pengecatan independen, seperti IAC (International Aircraft Painting). Meskipun klien terbesar IAC biasanya datang dari maskapai komersial, antara lain United Airlines, Delta Airlines, dan lain-lain.

Delta Airlines yg masih ekspansi di pasar domestik AS. Sumber: OCFLT_OMGcat / www.planespotters.net
Delta Airlines yg masih ekspansi di pasar domestik AS. Sumber: OCFLT_OMGcat / www.planespotters.net
IAC, yang bermarkas di Costa Mesa, California- AS, dikenal sebagai salah satu perusahaan terkemuka di bidang MRO (Maintenance, Repair and Overhaul). Pengecatan pesawat tentu saja termasuk salah satu layanan yang ditawarkannya. Tidak heran, IAC kini sangat sibuk.

Pengecatan pesawat memang bisnis besar. Bagi perusahaan perawatan pesawat, pengecatan pesawat telah berubah menjadi revenue contributor yang sangat menjanjikan. Betapa tidak, biaya pengecatan pesawat termasuk layanan mahal.

Thomas W. Harton, mantan chairman di American Airlines, pernah mengatakan biaya pengecatan sebuah pesawat berkisar 100,000 - 200,000 dolar untuk pesawat sejenis Boeing 777. Dan sekitar 50,000 dolar untuk tipe Airbus A320. Namun, biaya tersebut bisa berbeda tergantung kompleksitas pengecatan.

Semakin rumit sebuah livery, maka makin mahal. Sumber: www.behance.net
Semakin rumit sebuah livery, maka makin mahal. Sumber: www.behance.net
Maskapai sekelas Delta Air Lines Inc, misalnya, baru saja menambah sekitar 30 pesawat jenis Boeing 737-900 di jajaran armadanya. Delta tentu saja tidak membeli pesawat baru. Tetapi, hanya menyewa pesawat bekas dari pihak Lessor yang kini memiliki stok pesawat menumpuk. Pesawat yang terpaksa ditarik dari berbagai maskapai yang gagal bayar.

Kabarnya, pesawat-pesawat yang kini berpindah tangan ke Delta sebagian adalah ex armada sebuah maskapai asal Indonesia. Penggantian penyewa inipun memberikan tambahan kesibukan di perusahaan pengecatan pesawat. Tidak mungkin kan Delta Airlines mengudara dengan jejak logo maskapai lama. :)

Sebuah pesawat American Airlines yg sedang dicat. Sumber: American Airlines/simpleflying.com
Sebuah pesawat American Airlines yg sedang dicat. Sumber: American Airlines/simpleflying.com
Bisnis pengecatan pesawat memang makin berkibar. Setiap pengalihan satu pesawat bekas ke penyewa baru sudah pasti berdampak ke bisnisnya. Bayangkan saja,sejak Januari 2021 ini, jumlah pesawat yang telah dikembalikan ke pihak Lessor mencapai 790 pesawat. Dengan kata lain, semua pesawat ini pun bakal dicat kembali begitu memiliki penyewa baru.

Proses pengecatan pesawat sendiri tentu saja tidak mudah. Selain aspek estetika yang harus diperhatikan, tidak kalah pentingnya adalah aspek kualitas dan keamanan pesawat itu sendiri. Itu sebabnya, sebuah pengecatan pesawat biasanya melalui beberapa tahapan.

Dari berbagai referensi, pengecatan pesawat kembali setidaknya dilakukan dalam enam tahapan. Mulai dari Masking, Sanding dan/atau Stripping, Cleaning, Apply Primer, Apply Top Coat sampai Remove Masking. Setiap proses diinspeksi dengan sangat ketat dan teliti.

Proses pengecatan pesawat. Sumber: Boeing via www.simpleflying.com
Proses pengecatan pesawat. Sumber: Boeing via www.simpleflying.com
Proses Sanding (pengamplasan) dan Stripping (pengelupasan), misalnya, adalah salah satu tahapan penting. Pengelupasan cat lama akan menjamin performa pesawat tetap bagus. Cat lama yang tidak dilepas bisa ikut membebani pesawat. Berat cat untuk sebuah pesawat sejenis Boeing-737 bisa mencapai 260 kg!

Pengecatan kembali pesawat secara regular juga bermanfaat demi keselamatan. Dalam proses pengecatan, yakni setelah pengelupasan cat lama, teknisi pesawat pun bisa sekaligus memeriksa semua potensi korosi dan kerusakan pada badan pesawat. 

Sekecil apapun kerusakan pada badan pesawat harus mendapat perhatian ekstra dan langsung diperbaki.

Bisnis pengecatan pesawat memang tidak diduga bakal mencuat di tahun ini. Akan tetapi, seperti yang selalu terjadi di setiap periode sulit. Pemenang kerap muncul tidak terduga. Dan tidak salah ketika beberapa media aviasi pun ikut menyanjung perusahaan pengecatan pesawat ini sebagai "The Unlikely Winner of the Pandemic". 

***

Kelapa Gading, 5 Agustus 2021

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2, 3, 4

Catatan: Foto-foto yg digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun