Di antara berita Olimpiade yang masih mendominasi jagat pemberitaan di tanah air, sebuah kabar berbeda menyelinap ke pusaran pemberitaan. Pesawat Kepresidenan Indonesia yang disebut "Indonesia One" baru saja dicat ulang. Dengan livery kombinasi merah putih, pesawat tipe Boeing 737-800 itu pun tampil menawan. Berita ini pun seketika memantik perhatian. Namun, tidak kalah menariknya adalah bisnis pengecatan pesawat yang kini kembali berkibar di dunia.
Sejak dunia dilanda badai Covid-19, industri aviasi bisa dibilang babak belur. Betapa tidak, dengan berbagai restriksi penerbangan internasional di berbagai belahan dunia, ribuan pesawat pun lebih banyak diparkir tidak terpakai. Bahkan banyak pula yang terpaksa dikirim ke "Aircraft Graveyard" untuk pensiun selamanya.
Namun demikian, dunia bisnis selalu memiliki dua wajah berbeda. Bencana bagi yang satu, peluang bagi yang lain. Lihat saja apa yang terjadi di sekitar kita. Dan itu pula yang kini melanda industri penerbangan global.
Ketika ratusan pesawat harus dikembalikan ke Lessor (perusahaan leasing pesawat) oleh puluhan maskapai dengan berbagai alasan. Baik akibat gagal bayar maupun pemutusan kontrak penyewaan lebih awal. Pada saat yang sama maskapai baru bermunculan di mana-mana.
Baca juga: "Aircraft Lessor" dan Bisnis Raksasa Penyewaan Pesawat"Â
Dan salah satu bisnis yang ikut menikmati kembali semaraknya industri aviasi dunia tidak lain adalah bisnis pengecatan pesawat. Baik perusahaan pengecatan pesawat, maupun pabrikan cat pesawat. Seperti dikutip dari Bloomberg, peningkatan bisnis ini memang dipicu oleh mulai menggeliatnya dua pabrikan pesawat raksasa, yakni Airbus dan Boeing.
Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah kontribusi dari Lessor yang memiliki ratusan pesawat bekas yang siap berpindah tangan. Tentu saja, setiap perubahan penyewa sama artinya dengan pengecatan pesawat kembali sesuai dengan livery dari masing-masing maskapai.
Pengecatan pesawat kembali sejatinya bisa terjadi karena beberapa alasan. Mulai dari perubahan livery akibat rebranding; penggantian livery karena perubahan penyewa pesawat; hingga ke pengecatan kembali yang wajib dilakukan demi perawatan pesawat. Biasanya setiap 7 tahun sekali.
Indonesia One, misalnya, mulai digunakan sejak 2014 lalu. Artinya sudah saatnya untuk dicat kembali pada tahun ke-7 yang jatuh di tahun ini. Ini sesuai dengan panduan perawatan pesawat pada saat D Check atau suatu tahap pemeriksaan kondisi pesawat secara komprehensif. D Check juga dikenal sebagai "Heavy Maintenance Visit" (HMV).